Hari-hari di sekolah seperti biasa mendengarkan guru. Mengerjakan tugas. Dan waktu istirahat. Semua bermain sementara Nidah dan Vinnah biasanya hanya berdiri didepan kelas dan melihat semua orang lalu lalang. Nidah juga tidak terlalu fokus pada pertemanan. Dia hanya fokus pada nilai dan terus belajar. Beberapa teman dikelas ingin mengenalnya namun dia yang terlalu takut berteman itu tanpa sengaja abai pada teman-teman yang tertarik padanya. Hingga teman-temannya berfikir Nidah mungkin dari keluarga kaya dan tak ingin berteman dengan mereka yang beda kasta. Padahal Nidah berasal dari keluarga sederhana.
Dia cukup sedikit memberi perhatian pada teman-temannya. Ketakutan untuk menambah kedekatan dengan orang lain dia atasi dengan mengerjakan tugas dan melewatkan istirahat dengan membaca buku pelajaran. Namun, dia tau benar siapa yang membutuhkan perhatiannya.
"Refli.." sapa Nidah karna hanya mereka berdua dikelas. Bedanya Nidah tengah belajar namun, refli sepertinya sedang menghayal punya kekuatan. Atau.. dia memang punya. "Hei.. apa yang kau lakukan?" Tanya Nidah dengan senyum lucu melihat tingkah teman sekelasnya itu.
Refli yang semula mengarahkan tangannya seperti memegang kekuatan magis ditangan melihat Nidah sebentar lalu melanjutkan hayalannya. Nidah sedikit kesal karena dia tak dihiraukan dan berakhir kembali mengerjakan tugasnya.
...****************...
"Teman... Sulit banget dapat temen.." triak Saridia dalam hati.
"Tapi mungkin bukan rezekiku.. duduk makan mie sendiri disini.. sementara yang lain bareng-bareng.." Keluh Saridia.
"Astagfirullah.. gak boleh gitu sari.. semua pasti ada masanya.."
"Si Nidah kemana Vin??" Tanya Sari
"Biasa Sar.. dia ngerjain tugas.." Ucap Vinnah.
"Segitunya ama pelajaran yah.." Ucap Sari.
"Eh.. dia.."
"Oh.. hi.." Ucap Sari melihat Saridia melihatnya Sari tersenyum kaku.
"Kenalin Sari.." Ucap Sari dengan Saridia yang tersedak. "Nama aku Sari juga.." Ucap Saridia.
"Saridia naf.. naf.. naf apa?" Tanya Sari.
"Nafisah.." Ucap Saridia yang bingung karena Sari langsung duduk.
"Saridia nafisah.. ah iya bener.. Nidah kemarin bahas kamu loh.. dia tumben tuh ingat nama orang.. padahal spertinya dia belum ketemu kamu tuh.." Ucap Sari.
"Masa sih? Eh.. si Rama aja lama banget diinget namanya Sama si Nidah.." Ucap Vinnah duduk.
"Ah.. hahaha.." Ketawa garing Saridia bingung menanggapi.
"Eh.. Vinnah.. Si Nidah gak ikut istirahat lagi?" Tanya Ramani datang bersama Anjani.
"Nggak.." Ucap Vinnah yang kemudian melihat Anjani.
"Kenalin Anjani.. satu sekolah sama aku sebelum masuk kesini.." Ucap Ramani.
"Anjani.." Ucap anjani mengulurkan tangan dengan Vinnah dan Sari mengulurkan tangan bersalaman satu persatu.
"Ini siapa?" Tanya Ramani.
"Saridia Nafisah.. anak lokal B.. dia diinget loh namanya sama Si Nidah.." Vinnah.
"Sar.. ayok.." Ucap teman Lokal C sari.
"Duluan weh.." Ucap Sari.
"Weh.. ini kok aku disini sih.." batin Saridia.
"Wah.. bagus dong.. nama aku aja kagak diinget sama si Nidah.." Ucap Ramani tersenyum namun Saridia merasa tercekam.
"Tapi keren sih.." Ucap Anjani.
"Kenapa?" Tanya Vinnah.
"Nidah itu ... Dia sebenarnya perhatian kesemua orang berarti.. cuman ketutup sifat dia yang kek bodoh amat.." Ucap Anjani.
"Tapi.. kamu yang waktu itu di.." Ucapan Ramani di sela.
"Ngomongin orang didepannya langsung dong.." Ucap Nidah muncul.
"Eh..." Semua melihat Nidah membawa piring dan Mie goreng ingin duduk meja itu.
"Makan jangan sendiri.. gak enak.." Ucap Nidah dengan senyum tipis.
"Makan weh.. kalian gak belik makanan?" Tanya Nidah hampir memasukkan mie namun dihentikan oleh Anjani.
"Belum bismillah.." Ucapnya.
"Astagfirullah.. iya lupa.." Ucap Nidah tersenyum dan mengucapkan bismillah.
"Eh.. iya.. kalian mau berdiri terus? Gak duduk?" Tanya Nidah.
"Bentar lagi masuk loh Nid.." Ucap Vinnah.
"Guru rapat.." ucap Nidah santai dan memesan minuman.
"Serius?!" Tanya Vinnah
"Tugas yang aku kerjakan tadi tugas dari ibuk.. mangkanya kukerjakan dulu.. kalau mau nyontek ambil aja dilaci.." Ucap Nidah.
"Vin.. ke kelas aja dulu ambil bukunya kasih contekan satu kelas kalau mau.. yang mau aja.. gak usah maksa.." Ucap Nidah dengan Vinah langsung ke kelas.
"Yah.. kok gitu.. mu gak masalah kalau di contek Nid?" Tanya Ramani.
"Iya.. bukannya capek ngerjainnya?" Tanya Anjani.
"Emang.." Ucap Nidah dengan mereka yang diam. Lalu dilanjutkan Nidah "Capek sih.. tapi aku malas cari musuh.. dulu aku dimusuhi cuman gara-gara ngasih tau ke guru siala yang nyontek dan juga dimusuhi gara gak ngasih contekan.." Ucap Nidah santai.
Semuanya terdiam mendengar itu. "Tapi kita di MTS Nid.. kan gak boleh gak jujur gitu.." Ucap Saridia.
Nidah melihatnya dan tersenyum hambar. "Aku tau.. tapi kau tau? Didunia ini hal menyontek sudah lumrah.. jadi ketika kau jujur dalam mengerjakan tugas ataupun ujian itu tak menjadi urusan yang lain. Mereka hanya ingin menyontek kalau mereka gak dapat contekan mereka akan memusuhimu. Aku tidak masalah soal itu sebenarnya. Tapi, aku ingin menghindarinya.. menghindari memiliki musuh" Ucap Nidah yang kemudia meminum minumannya.
"Kau tau sendirian selama 6 tahun itu menyebalkan. Aku merasa tak pantas berteman dengan siapapun. Tapi, benar adanya semakin kau berilmu semakin kau paham. Ternyata orang-orang itu yang tak pantas berteman denganku. Namamu.. Saridia Nafisah kan? Arti namamu itu permata berharga.. namaku Nidah... Sebenarnya jika kau tidak mau berteman tidak apa.. entah kenapa.. saat melihat kalian perasaan tak pantas berteman kembali muncul.. bedanya jika dulu karena takut.. namun, aku melihat kalian secara hormat.." Ucap Nidah selesai makan dan membayar.
"Aku rasa kalian masih tak mengerti dengan yang aku katakan.. maaf yah.. lanjutkan saja obrolan kalian.. kurasa kalian juga ragu tuk berteman dekat denganku.." Ucap Nidah lagi.
"Kamu mau kemana Nid?" Tanya Anjani.
"Mencari udara segar.. sendirian.." Ucap Nidah.
"Dia.. apa tidak apa dia sendirian?" Tanya Saridia.
...****************...
*Nidah Pov
Kembali aku melihat langit dari atap sekolah Melihat langit yang luas. Otakku terus berbicara mengenai kehidupanku ini...
Sendirian.. apa yang salah dengan itu? Pada dasarnya manusia juga terlahir sendirian. Semuanya hanya titipan.. Teman, keluarga, harta.. bahkan usia dan kehidupanku ini hanya milik -Nya.
Pada dasarnya aku hanya seorang pengecut yang takut ditinggalkan. Ayahku sudah pergi lebih dulu meninggalkanku menemuiMu ya Allah. Lalu bagaimana aku tidak takut jika yang lainpun akan Engkau ambil kembali? Karena bahkan ayahku hanyalah titipan. Hari dimana ayahku Engkau ambil aku bahkan melawanmu seakan aku kuat dan bisa-bisanya aku mengatakan hal bodoh. Seakan aku hebat sampai berkata bahwa aku lebih senang kau mengambil nyawaku dibanding ayahku.
Sekarang.. aku hanya akan menjalani semua sesuai alur yang Engkau buat. Aku dari dulu tak akan menangis untuk orang lain. Karena, sebenarnya aku menangisi diriku sendiri yang tak bisa menentang Engkau yang maha kuasa. Aku menangisi kisah hidupku yang terlihat naas ini. Lahir dari keluarga yang ekonominya sulit? 6 tahun di sd seperti sendirian tak memiliki teman yang benar-benar teman. Lalu.. Engkaupun mengambil Ayahku yang sangat dekat denganku?. Apalagi yang akan Engkau berikan padaku?
Sejak SD aku bahkan berfikir tuk mengakhiri hidup. Namun, prasangka baikku kepada-Mu membuatku gagal mengakhirinya. Yah, masalahnya aku percaya adanya siksa kubur dan neraka. Kalau aku bunuh diri tidak menyelesaikan masalah. Hidup susah masa diakhirat susah juga. Jadi... Aku hanya memohon padaMu. Ya Allah karena tiada tuhan selain Engkau ya Allah. Berikan, aku kekuatan untuk menghadapi segala kesulitan yang Engkau siapkan..
Itu saja..
"Hah.. (menghela nafas) otak!!! Apa kau tak bisa diam!! Sudahlah.. hiduplah.. jalani hidup! Jangan banyak ngeluh! Masih syukur hidup! Dapat makanan enak masakan ummi! Sekolah.. dapat ilmu! Punya cita-cita! Banyak yang iri sama kehidupanmu sekarang!!!" Ucap ku lagi membuat pikiranku ini diam sejenak. Sangat menyebalkan terkadang saat otak mulai berbicara.
"Satu satunya yang bisa bikin otak diam memang cuman mulut.. tapi kalau aku ngomong disini kek orang gila yang ada!!" Ucapku diterpa hembusan angin lembut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments