Pov of Alessa~
“Nona Alessa, Father meminta Anda menemuinya,” ucap Jeff datang entah darimana dengan sopan. Aku menatapnya jengah, tidak heran bila Jeff menunduk hormat, Katryna berada di sini.
“Ya. Aku akan menemuinya,” jawabku. Jeff mengangguk, sebelum berbalik dia menunduk hormat pada Katryn.
“Kalian masih sering ribut?” tanya Katryn, bibirnya berkedut menahan senyum geli.
“Dia suka membuat darahku naik!” jawabku.
“Jeff kelihatannya tidak begitu,” bela Katryna.
“Tidak tahu saja kau bagaimana si gila hormat itu di belakangmu,” komentarku, Katryn terkekeh.
“Aku menemui Allard dulu,” pamitku meninggalkan Katryn yang tengah membuat kue. Aku tidak membantu, hanya menonton saja, catat itu!
Berjalan ke ruang kerja Allard yang terletak di lantai tiga, aku kembali bertemu dengan Jeff. Tampaknya dia sedang sibuk berbicara, wajahnya datar tidak biasanya.
“Hai, Tuan Gila Hormat!” sapaku, dia menatapku tajam. Oh, baiklah... dia dalam mode serius.
Aku melanjutkan langkahku ke tujuan utama. Ketika ingin mengetuk pintu ruangan, Paman Jo—tangan kanan Allard—sudah lebih dulu membuka pintu. Aku tersenyum sopan dan sedikit berbasa-basi.
“Silakan masuk. Tuan sudah menunggu,” ucap Paman Jo mempersilakan masuk.
“Terima kasih, Paman.” Ia mengangguk dan aku segera memasuki ruang tersebut.
“Ada apa?” tanyaku langsung pada Allard.
“Tugas,” ucapnya singkat.
“Tugas apa kali ini?”
“Selidiki masalah yang terjadi di Markas Spanyol. Kemudian, di perusahaan cabang Athena ada penyusup yang mencoba membobol sistem keamanan, cari dan bereskan!” titahnya seperti biasa.
“Masalah di Markas Spanyol, kenapa tidak meminta pemimpinnya yang menyelidiki?” tanyaku serius. Menurutku sedikit aneh penyelidikan kali ini, tidak biasanya Allard memerintahkanku menyelidiki markas cabang, sebab pemimpin cabang yang akan membereskan langsung.
“Itu juga yang harus kau selidiki. Mereka sedang bermain-main denganku, aku tidak suka itu!” ucap Allard tajam penuh kemarahan.
Tatapan seramnya itu mampu membangkitkan ketakutakanku. Kuakui, aku tidak pernah takut melawan Allard, tetapi tatapannya itu sungguh menganggu lawan bicaranya, khas seorang psikopat.
“Kapan sekiranya aku pergi?” tanyaku memastikan.
“Besok pagi. Jeff akan ikut bersamamu,” jawabnya.
“Oke. Ada lagi?”
“Jangan ada yang tahu kau menyelidiki Markas Spanyol. Berhati-hati, sesuatu sedang terjadi di sana!” peringatnya, aku mengangguk mengerti. Firasat Allard tak pernah melesat, aku pun yakin sesuatu besar sedang terjadi di sana.
“Oke.”
Menurut perkiraanku, ini akan menjadi misi yang menarik. Pertama kalinya Allard memerintahkan penyelidikan markas cabang, selain urusan pemimpin cabang, sebagaimana aturannya, setiap cabang diharuskan melaporkan informasi ke markas utama. Akan tetapi, Markas Spanyol tidak melakukan kewajiban beberapa bulan belakangan ini. Jadi, dipastikan nantinya akan ada konsekuensi yang ditanggung, karena dari markas utamalah Allard mengetahui kondisi semua markas cabang.
Sedikit banyak aku tahu bagaimana sistem dalam markas mafia yang dipimpin oleh Allard, sangat ketat akan peraturan. Entah bagaimana Allard sanggup memimpin begitu banyaknya markas cabang di setiap negara. Walaupun setiap cabang tersebut dipimpin oleh orang kepercayaannya, tapi itu cukup gila.
Belum lagi Allard mengurus perusahaan keluarga mereka yang tersebar di negara lainnya. Well... kukatakan dia pria yang hebat, tidak banyak orang dapat mengurus ini-itu dalam waktu bersamaan. Kalau aku yang diposisi Allard, kupastikan aku akan gila!
“Kalau begitu akan bersiap,” ucapku.
“Kabari aku langsung setelah kau menemukan masalahnya,” balas Allard dan aku iyakan.
...***...
Setelah pamit pada Katryna, aku kembali ke apartemenku untuk menyiapkan keperluan yang akan dibawa besok. Sebenarnya tidak perlu membawa apapun, berprofesi sebagai intel rahasia seringkali dihadapkan dengan kejutan tak terduga, dan diawal-awal bertugas dulu barang bawaanku sering tertinggal di tempat penginapan. Maka dari itu, aku jarang sekali membawa keperluan, paling aku akan membeli langsung.
Berhubung tugas ini diberikan oleh Allard, pastinya lebih terstruktur. Aku membawa sepasang pakaian serta perangkatnya. Selesai memasukkan pakaian ke dalam ransel, aku mendudukan diri di pinggir ranjang. Mataku menemukan satu objek di atas nakas, kotak beludru pemberian Joe. Penglihatanku berpindah pada cincin yang aku kenakan di jari manisku, ini adalah cincin pernikahanku dengan Nick.
Aku tidak mengerti mengapa hatiku menginginkan cincin ini melingkar di jariku. Padahal semenjak Nick tewas, aku melepas cincin ini dan menyimpannya. Namun, ketika cincin pemberian Joe melekat di jariku, rasanya aku seperti mengkhianati Nick, itu mengapa aku tidak mengenakan cincin Joe lagi.
Aku menimbang sesuatu, aku harus melepaskan cincin Nick dan mengenakan cincin pemberian Joe. Bukannya yakin, aku semakin ragu. Ada apa denganku? Mengapa menerima lamaran Joe rasanya seperti salah?
“Ayolah. Kau sudah memutuskan untuk melangkah, kenapa kau masih ragu?!” batin dan pikiranku tidak berjalan sama.
Jariku tanpa sadar memutar cincin pemberian Nick di jari manisku. Meyakinkan hatiku untuk melepaskan cincin Nick sekarang atau nanti setelah aku benar-benar menikah dengan Joe.
“Oh, Tuhan!” desahku seraya membaringkan tubuhku di atas kasur.
Terasa getaran ponsel di saku celana jeans yang aku kenakan. Dengan malas aku mengambil ponselku, tertera nama Joe di sana. Aku menghela nafas, ibu jariku menggeser layar untuk menerima panggilannya.
[“Hai, Joe.”]
^^^[“Hai, Baby. Bagaimana kabarmu?”] tanya Joe.^^^
[“Baik. Kau?”] tanyaku balik.
^^^[“Tidak buruk.”]^^^
[“Good,”] balasku.
^^^[“Besok kau ada waktu?”] tanyanya.^^^
[“Ada apa?”] Bukanya menjawab, aku malah bertanya balik.
^^^[“Aku berencana menghabiskan waktu bersamamu, apa kau free?”] tanyanya lagi^^^
[“Sorry, Joe. Aku ada pekerjaan sampai tiga hari kedepan,”] tolakku halus benar adanya.
^^^[“Sedikitnya aku tahu jawabanmu,”] balasnya, terdengar helaaan nafas di seberang sana.^^^
[“Maaf. Bagaimana setelah pekerjaanku selesai?”]
Jujur aku tak enak hati. Dua minggu setelah pertemuan kemarin, aku tidak menemuinya lagi karena misi penting bersama tim-ku. Pekerjaan sebagai agent rahasia sekaligus anggota Klan Hellbert menyita waktu-ku, dan Joe tidak tahu pekerjaan asli-ku.
^^^[“Kau yakin bisa?”] sindirnya. Oh, tolong jangan berdebat sekarang!^^^
[“Akan aku usahakan.”]
^^^[“Akan berakhir demikian, kan? Ujung-ujungnya kau akan sibuk dengan pekerjaanmu dan melupakanku.”]^^^
^^^[“Alessa, apa kau menganggapku serius lamaranku?”] Suara Joe terdengar lagi, kali ini agak serak.^^^
[“Joe, ada apa denganmu?”]
^^^[“Aku merasa kau tidak serius, kau menghindar tiap kali aku membahas pernikahan.”] Terdiam, hanya itu yang bisa aku lakukan.^^^
^^^[“Benar, bukan?”] ucapnya memaksa.^^^
[“Aku serius, Joe.”] Terdengar Joe menghela nafas di seberang sana.
^^^[“Jika benar, ayo kita bahas pernikahan setelah kau menyelesaikan pekerjaanmu,”] ucap Joe meminta.^^^
[“Sure.”]
^^^[“Oke. Ngomong-ngomong, pekerjaan apa yang akan kau lakukan?”] tanyanya mengganti topik yang aku yakini pengalihan agar tidak memperpanjang masalah.^^^
[“Pekerjaan kantor.”]
^^^[“Hm... baiklah, kabari aku nanti. Hati-hati, oke?”]^^^
[“Ya, Joe.”]
^^^[“I love you, Baby.”] Aku terdiam lagi, bingung menjawab apa.^^^
[“I know that, Joe.”]
^^^[“Oke. See you later, take care yourself!”] ucapnya.^^^
[“Thank you, Joe. Take care yourself too.”]
Sambungan terputus, aku menghela nafas kasar, berusaha menghilangkan ganjalan aneh di dadaku. Entah berapa kebohongan yang aku katakan pada Joe. Aku menyayangi Joe, tetapi sulit bagiku mengatakan kejujuran pada Joe tentang pekerjaanku dan masa laluku. Saat ini otakku membandingkan Joe dan Nick, di mana aku mudah sekali menceritakan diriku pada Nick sedangkan pada Joe tidak.
Ada alasan mengapa aku menutup diri dari Joe. Pekerjaanku bukanlah pekerjaan biasa yang bisa disebar dengan mudah. Dan aku tidak ingin membahayakan Joe ataupun orang-orang sekitarnya. Lalu, kenapa dulu kau mudah membuka diri pada Nick? Aku tidak tahu! Mungkin karena Nick memiliki dunia yang hampir sama denganku.
“Kau mengkhinatinya, Alessa.” Suara itu terus menghantuiku.
“Nickholas. Aku tidak salah mengambil keputusan ini, kan? Kenapa rasanya seolah aku mengkhiantimu?” batinku.
Cukup! Nick tidak ada di dunia ini, jadi tidak salah aku mengambil keputusan ini! Oke, inilah keputusan, melepaskan cincin Nickholas dan mengenakkan cincin Joe.
“Selamat tinggal, Nick...” lirihku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
CatForD
gpp kok, asal kamu bahagia nntinya
2023-08-02
0
Ayunda Fadillah
joe baik banget loh weh
2023-07-12
1
Ayunda Fadillah
dingin dan singkatt bangett huhu
2023-07-12
1