Pov of Aleesa~
New York ramai oleh kerumunan aktivitas manusia seperti biasanya. Kota yang dijuluki tak pernah mati dari kehidupan makhluk manusia, itulah New York. Kota ini menjadi kota sejuta kenangan bersama pria menyebalkan itu, pria yang telah meninggalkanku untuk selama-lamanya.
Bermula pertemuanku dengan pria itu, ketika aku menjalankan tugas dari agent organisasi tempat aku bekerja, yaitu menyelidiki keluarga Fernand yang terlibat ke dalam penjualan manusia dan barang terlarang. Nickholas Fernand, dialah pria itu, salah satu anggota keluarga Fernand yang menggagalkan penyelidikanku.
Sosok bermulut manis penuh bualan, begitulah komentar pertama aku lontarkan kepada Nickholas. Setiap kata yang terlontar dari bibirnya, entah mengapa dapat menghantarkan rasa panas di sekujur tubuhku. Sampai pada akhirnya, pria itu memejamkan matanya tepat di depan mataku.
Tepat ketika pria itu memejamkan matanya terakhir kali seraya tersenyum penuh rasa bersalah, aku pergi dan tidak menghadiri pemakamannya. Sangatlah menyakitkan bagiku, bagaimanapun itu pada sejujurnya perasaan mengkhianati Nick ada nyata. Akan tetapi, apa yang aku lakukan adalah hal terbaik menurutku.
“Sudahi sedihmu, Alessa. Ayo pulang, aku muak berada di sini!” gerutu seseorang.
Ah... suara itu, aku mengenal betul suara itu, dia tak bukan adalah Jeff si gila hormat!
“Pulang saja duluan,” ucapku malas.
“Oh, ayolah. Aku ada pekerjaan, mother terus menanyakanmu!” balasnya. Dia mulai kelihatan kesal.
Sekilas informasi, Jeff menyebutkan mother ... sesungguhnya sebutan itu adalah panggilan khusus untuk Katryna—sahabatku—dari organisasi gelap yang dipimpin oleh suaminya, Allard. Mother of Clan Hellbert disematkan kepada seorang wanita yang menikah dengan pemimpin Klan Hellbert atau Father of Clan Hellbert. Sebuah proses harus dijalani agar gelar tersebut secara resmi tersemat.
“Ayo kalau begitu!” putusku seraya bangkit dan berjalan ke arah mobil.
Jeff amat sering menemaniku jika sedang free bertugas, dia bagaikan bodyguard yang mengikutiku kemanapun. Beribu protes sering kulayangkan akan keberadaannya, setaipa aku mengeluarkan protes, Jeff pasti berkata “Mother yang menyuruhku. Jadi, protes saja pada Mother!”
Tingkah laku Jeff sebenarnya sama gilanya denganku, tetapi yang terkadang membuatku muak adalah sikap gila hormat Jeff pada Katryna. Bagaimana bisa dia sehormat itu pada Katryna, sedangkan padaku dia berbuat sesuka hatinya selayak teman? Bahkan si gila hormat itu sering mengumpatku!
“Kau tahu? Kudengar Tuan Jordan akan menikah,” celetuk Jeff memulai sesi ceritanya.
“Gosip dari mana kau dapat, huh?”
“Berita itu menyebar di markas utama,” jawabnya.
“Kau percaya? Paman Jo sangat setia dengan mendiang istrinya. Tidak seperti kau, yang menyebar benih kemana-kemana!”cecarku.
“Mulutmu itu tidak pernah memujiku dengan baik,” desahnya kesal.
“Menarik sekali kalau aku mengatakan pada kekasihmu kau menanam benih bulan lalu, bagaimana?”
“Coba saja, kau tahu apa yang akan aku lakukan setelahnya,” balasnya membuatku mendelik ke arahnya.
Pria satu ini menggunakan ancaman yang tidak seimbang. Tahu betul dia akan melaporkan pada Katryna jika aku selalu bergonta-ganti pasangan setiap saat. Namun, perlu aku akui bahwa Jeff setia menghiburku dikala kesedihanku, terlepas dari suruhan Katryna dan sering membangkitkan kekesalanku, dia adalah satu-satunya teman yang ada untukku.
...***...
Satu hal yang membuatku malas berada di mansion Katryna, apalagi kalau bukan menyaksikan kemesraan sepasang suami-istri ini. Allard selalu menggunakan berbagai kesempatan untuk mencium bibir Katryn, tidak peduli tempat bahkan. Kadangkala melontarkan godaan, sampai-sampai aku geli sendiri mendengarnya.
Bukannya aku iri, hanya saja ingatan dalam kenangan bersama Nick sering teringat setiap melihat pasangan ini. Bagaimana Nick menciumku, memegang pipiku, menggodaku dengan kalimat panasnya, semua itu terekam jelas di benakku. Terkadang aku sulit mengontrol perasaanku dan meneteskan air mata.
“Alessa!” Katryn berteriak menyadarkanku. Aku menatap ke arahnya yang kini memandangku kesal.
“Apa?” tanyaku berpura-pura polos.
“Kau mendengarkanku tidak? Aku memanggilmu beribu kali, tapi kau tampaknya menikmati lamunanmu!” protesnya
“Berlebihan!” kelitku.
“Apa yang ingin kau katakan?” tanyaku pelan.
“Besok ada acara di markas utama, kau harus datang!” ucap Katryn seperti perintah yang tidak boleh aku tolak.
“Hm...” gumanku malas.
Menghadiri acara apapun sesungguhnya tidak berminat aku lakukan, tapi mau bagaimna lagi? Jika Mrs. Helbert sudah berkata, sang suami tercinta pasti akan mendukung penuh.
“Kau juga datang, kan?” tanyaku memastikan.
“Allard memaksaku datang,” jawabnya.
“Tentu saja, kau adalah queen markas utama.” Katryn mengedikkan bahunya acuh.
“By the way, kapan kau berhenti bermain dengan pria-pria itu?”
What the... pertanyaan macam apa itu? Tidak ada basa-basi sama sekali!
“Tangan kananmu itu yang memberitahu?” tanyaku tidak menjawab pertanyaannya secara langsung.
Kau lihat saja nanti, Jeff! Rutukku dalam hati.
“Oh, ayolah, Katryna... aku bukan anak kecil yang selalu diawasi. Aku ini sahabatmu, bukan anak-anakmu!” protesku.
“Karena kau sahabatku, Alessa. Aku tidak mau kau tenggelam dalam permainanmu. Ingat Alessa, caramu yang mempermainkan itu, akan berbalik padamu!” ucap Katryn menatapku tajam yang mengartikan dia tidak suka dengan apa yang aku lakukan.
Jika Katryn begini, aku tidak dapat membalas. Aku hanya memberi senyuman manis. Well... aku tahu Katryna mencemaskanku, dia tahu bagaimana kehidupanku setelah kepergian Nick.
“Alessa, aku serius!” tekan Katryna, kelihatannya dia kesal.
“Astaga. Aku tahu, Baby...” balasku agak manja, sengaja kulakukan.
“Jangan menyebutku dengan sebutan itu!” protesnya tidak suka.
Aku jadi berpikir, setelah Allard memasuki kehidupan Katryna kembali, wanita ini semakin sama kelakuannya seperti sang suami.
“Aku ... masih merasa bersalah, karenaku dia pergi meninggalkanmu,” lirihnya. Wajah Katryna berubah mendung, kesedihan tertera di matanya.
“Kalau boleh jujur, aku bosan mendengarmu berucap demikian. Kau tahu, bukan? Nick yang ingin mencelakaimu, jadi dia pantas mendapatannya,” ungkapku.
“Bibir dan hatimu berbeda, Alessa.”
Aku terdiam, membenarkan ucapan Katryn. Pada kenyataannya, aku marah pada diriku sendiri yang tidak bisa meyakinkan Nick pada saat itu dan perasaan bersalah.
“Andai Allard tidak membunuh Nick—”
“Kau yang akan mati,” potongku cepat.
Beberapa kali kesempatan, Katryna bertanya mengapa aku lebih memilihnya dibanding Nick yang berstatus suamiku? Mudah menjawab pertanyaan itu, Katryna selalu ada di sampingku saat masa remaja kami. Dulu, teman-teman sekolahku menghinaku hingga memukulku, keluarga yang terlihat baik nyata berantakan, dan hanya Katryna secara suka rela mengulurkan tangan.
Katryna selalu ada di masa-masa remajaku yang penuh belokan tajam, dia ada di setiap kerapuhan. Walau kami sempat berpisah setelah lulus dari bangku sekolah, aku melanjutkan pendidikan intel di New York dan Katryna tetap di negara kelahiran kami, yaitu Indonesia. Aku mengingat memori-memori kebaikan hati Katryna beserta keluarga yang tak pernah bersikap buruk padaku. Aku menyayangi Katryna melebihi diriku sendiri, sebab Katryna adalah saudara sekaligus sahabat terbaik yang aku miliki di dunia ini.
“Ada yang ingin aku katakan padamu,” beritahuku.
“Apa?” tanya Katryna penasaran.
“Keputusanku melangkah kedepan sudah bulat, akau akan meninggalkan masa laluku.”
“Maksudmu?”
“Aku memutuskan untuk menerima lamaran seseorang,” akuku.
“Lamaran seseorang? Siapa?” tanya Katryn cepat.
“Joe,” jawabku.
Katryn menatapku penuh selidik. Oke, aku belum menceritakan masalah ini padanya.
“Joe? Manajer keuangan di perusahaan Allard?” Katryn terdengar ragu dari nada bicaranya.
“Ya.”
“Tunggu dulu. Sejak kapan kau mengenal dia? Secara pekerjaan kalian berbeda jauh!” tuturnya, aku mengangguk setuju.
“Kami tak sengaja bertemu saat Allard memintaku menambah sistem keamanan perusahaan, dan kami berkenalan.”
“Kau serius dengan ucapanmu? Itu artinya kau akan menikah dengannya?” Aku mengangguk.
“Kenapa aku baru tau? Kau tidak pernah menceritakan apapun tentang kedekatan kalian!” semburnya, dia marah.
“Sorry, aku awalnya tidak serius. Keputusan ini aku ambil kemarin,” ucapku menatap Katryna polos.
Sudah sejak lama aku memikirkan ini, tidak mungkin aku terus menenggelamkan diri pada masa lalu yang telah usai. Nick tidak akan pernah kembali, tetapi dia akan selalu berada di lubuk hatiku terdalam. Biarlah masa lalu kami tersimpan rapi di dalam pikiranku.
“Aku tidak percaya ini, Alessa. Bukankah dia sudah menikah?” Katryn menatapku horor.
“Pernah lebih tepatnya, dia duda!”
“Kau yakin dengan pilihanmu?” tanyanya terdengar keraguan.
“Yakin. Joe dewasa dan aku nyaman bersamanya,” jawabku jujur.
Ada alasan mengapa aku memilih Joe, dia pria yang tak pernah menyerah untukku. Mengetahui aku dekat dengan pria lain, dia sangat sabar. Maka dari itu, aku mempertimbang lamarannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
CatForD
kereennn ceritanya bagus kak
2023-08-02
0
CatForD
ooppss
2023-08-02
0
CatForD
berlindung dibalik mother nih ceritanyaa wkwkwk
2023-08-02
0