Alur maju dan mundur
Luna memberikan pensil warnanya berwarna merah ke tangan sang raja yang baru saja menapak di atas tanah Mandra Sukmo. Tawa nyaring menerima pemberian hadiah kecil tersebut, baru kali ini seumur hidupnya mendapatkan potongan pensil dari seorang anak kecil.
Melihat Luna secara langsung, dia terlihat normal seperti anak lainnya. Kedatangan penguasa beserta pasukan Saranjarana menghebohkan berbagai pendapat tanda peperangan atau meminta sesuatu dari tanah yang mereka datangi. Tepat seperti pada kerajaan lainnya.
Di dalam ruangan lain, Ogok menerima semua informasi dari salah prajurit khusus menjadi mata-mata. Dia bertanya pada Migan apa arti dari semua tanda tersebut. Sosok dukun yang menggunakan kekuatan api yang berkobar dari telapak tangan memperlihatkan sebuah bencana besar.
“Tuan, kali ini kedatangan raja Gareng tidak serta merta berharap sesuatu yang bernilai. Beliau malah sangat senang menerima benda pemberian sang putri tanpa mengetahui arti di dalamnya.”
“Katakan pada ku apa yang tidak mereka ketahui.”
“Hahah, merah adalah nyala api. Dia bisa mejadi musuh atau simbol api yang membakar dirinya..”
Raja Gareng sebagai keturunan bangsa lelembut yang di janjikan pada leluhur terdahulu sangat jarang mendapat semburan ilmu ghaib, kekalahan atau runtuhnya kerajaan. Tidak setelah mendapatkan pensil warna merah sebagai tanda kecaman bagi para cenayang di kerajaan Saranjarana. Sang raja menceritakan pada ratu Muara, dia tersenyum menjawab kata kenang-kenangan sebagai tanda persahabatan kedua kerajaan.
Mimpi Raja Gareng
Semua hal yang berhubungan dengan bangsa lelembut, tidak serta merta bersifat baik. Hitam dan putih berkesinambungan. Bagai berbagai sifat dan karakter manusia. Sihir hitam tidak akan pernah berhenti, gangguan di dalam maupun di luar merebak menakuti.
Mantra pemanggil makhluk dari lapisan alam lelembut mulai menentang bergerak leluasa.
Sosok raksasa merah memporak-porandakan wilayah Saranjarana di bagian Timur. Kejadian yang berlangsung beberapa detik itu membuat ketakutan di desa gelanggang. Pria yang mulai haus kekuasaan itu meminta Migan membantunya mendapatkan ilmu yang melebihi kesaktian manusia lainnya. Ogok menggadaikan diri demi mendapatkan kekuatan.
“Ada apa ini yang mulia? Tidak biasanya ada bangsa lelembut menyerang istana” ucap sang ratu.
“Pasti musuh mulai mencari titik kelemahan kita dengan memanfaatkan kekuatan lelembut. Kita tidak boleh mengambil kesimpulan bangsa lelembut pelakunya.”
Siraman air terjun di penuhi Mayat menghantam tubuhnya. Sekuat tenaga Migan meneruskan persemedian. Dia harus menyempurnakan ilmunya walau menghadapi rintangan yang lebih berat. Ogok berhasil masuk ke dalam gua yang bersemedi di dalam air terjun. Kali ini rintangan terbesarnya yaitu benar-benar menyerahkan diri pada iblis menentang kehendak alam.
“Tuan, apakah anda yakin menginginkan ilmu ini? Jika anda tidak bisa mengendalikannya maka ilmu ini akan memakan diri anda.”
“Aku siap Migan, aku akan menguasai dan menundukkan tanah-tanah kerajaan.”
Persayaratan paling terberat adalah memakan seratus janin yang belum genap berusia tujuh bulan. Dia mengasingkan diri tanpa memberikan kabar pada siapapun. Dia mengikuti semua petunjuk yang di berikan Migan. Sebulan kemudian, kedatangan Ogok ke desa Gelanggang yang menyamar sebagai salah satu petani untuk memuluskan kehendaknya.
Dia di bantu Migan di sebuah rumah papan sederhana yang di tutupi tirai serabut membentang di langit-langit ruangan. Incaran pertama pada sosok Juminten, seorang wanita muda yang usia kehamilannya menginjak lima bulan. Kalau di hitung-hitung, bulan ke depan sudah bisa menjalani ritual sebagai calon sesajen pertama. Anak dari dayang Sukinah itu setiap malam mulai mengalami mimpi buruk. Ketakutan mengancam jiwa, malam melewati pukul satu mendapatkan mimpi dan gangguan makhluk halus.
Tidak pernah sebelumnya dia merasakan kegusaran. Sebelum menjelang pagi, Juminten mengemasi barang-barangnya.
“Kamu mau kemana Jum?” tanya Karman.
“Aku mau bertemu dengan ibu. Akhir-akhir ini aku mengalami mimpi yang sama. Aku sangat khawatir dengan kandungan ku kang”
Karman meminta ijin cuti selama dua hari untuk mengantar istrinya ke kerajaan Mandra Sukmo.
Kedatangannya masuk ke dalam ruangan Aula mengagetkan dayang Sukin yang sedang duduk bersama Pati menunggu sang putri menyelesaikan gambarnya.
“Ibu..” Jum mencium punggung tangannya.
Pertemuan mereka berganti posisi di alun-alun istana. Pati meninggalkan keduanya, dia menitipkan sang putri karena harus pergi ke ruangan kebesaran sang ratu. Jum mendekati sang putri, dia tersenyum membantu mewarnai gambarnya.
Sang putri menunjuk ke arah samping kiri Juminten. Wanita itu tampak gelisah mulai merasakan hawa merinding. Dayang Sukin pergi ke dapur meninggalkan mereka berdua. Penggalan kata hantu mulai menambah ketakutannya.
“Tuan putri, hantu apa?” tanya Jum menepis keringat di dahinya.
“Kakak, ada hantu yang mau makan adik bayi..”
Ucapan sang putri menjatuhkan nampan kayu yang di bawa dayang Sukin. Gelas di atasnya pecah sedang kan secangkir susu hangat tumpah di lantai.
“Jum, apakah kamu merasa ada sosok makhluk yang mengikuti?”
“Ya bu, akhir-akhir ini Jum sering bermimpi makhluk yang sama.”
“Tuan putri, bagaimana makhluk yang di dekat Jum?” tanya Sukin sambil menyodorkan selembar kertas kosong.
Luna tidak bisa menggambar sosok yang di minta sang dayang. Dia telah berjanji pada sang ratu untuk tidak menggambar berbagai bentuk makhluk atau sosok manusia. Luna menangis melihat sosok itu dapat di lihat olehnya. Tangisan Luna sangat keras, Sukin membawa ke dalam ruangan kebesarannya.
Pati menjemput menenangkan sampai sang putri tertidur. Ratu sedang melaksanakan pertemuan pada para punggawa, dia berpesan agar sang Pati tidak melewatkan waktu minum obat sang putri.
Di dalam kamar ibunya, Jum semakin tidak tenang. Dia mengusap perutnya berharap tidak terjadi gangguan apapun pada bayinya. Sukin masuk ke dalam sambil berbisik “Ayo ibu bawa kamu ke dukun Tang. Kabarnya dia sudah sembuh setelah mengobati sang putri.”
Dayang Jum meminta ijin pada sang ketua dayang pendamping supaya mengijinkannya pergi. Dia memberitahu sebuah peringatan yang di katakan sang putri. Pati melihat keadaan keadaan Jum yang tampak sedang sakit. Dia mengutus seorang pengawal untuk menjemput sang dukun ke istana.
“Bagaimana jika sang ratu tau? Engkau akan di beri hukuman”
“Aku yang bertanggung jawab atas keselamatan dayang istana. Aku bersedia jika sang ratu nantinya menghukum ku.”
Di atas bakaran dupa, dukun Tang merasakan kekuatan yang sangat besar mengincar janin Juminten. Beberapa lemparan daun kelor, mantra hingga sesajian pengganti tidak membuahkan hasil. Sosok ganas mengincar bagai seekor lintah yang sulit terlepas.
“Menjauhkan sosok itu selagi aku mencari penawarnya. Jum tidak boleh pergi terlalu jauh dari istana"
“Tapi Tang, aku tidak bisa menahannya lebih lama disini. Aku tidak mau sang ratu mengetahuinya” ucap Sukin sangat cemas.
“Hanya kau yang tau apa yang terbaik untuk anak mu Sukin. Makhluk itu tidak akan berhenti sampai mendapatkan keinginannya!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 259 Episodes
Comments
Ramadhan
cerita hantu 😤 ngeri kakak ini nulisnya
2023-09-13
0
Bapak Rudol
kerajaan tersohor di dunia ghaib
2023-09-13
0
𝕂𝕚𝕟𝕔𝕚𝕣 𝕒𝕟𝕘𝕚𝕟
kang ramai meramaikan khazanah pembaca anak indigo
2023-09-12
0