Karman menunggu kepulangan istrinya yang tidak kunjung tiba. Dia menyesal hanya bisa mengambil dua hari cuti kerja. Hari pertama mengantar dan hari kedua untuk menjemput. Dia meminta ijin untuk mengambil cuti satu hari lagi namun masa cuti yang di berikan pada masing-masing pekerja maksimal dua hari.
Perkampungan itu tergolong masih pedalaman. Sulitnya mendapatkan pekerjaan apalagi membeli bahan pangan harus menempuh jarak bermil-mil melewati hutan. Di atas meja mantra, nama Juminten tersemat di atas bakaran api.
Karman gelisah setiap malam melihat lain yang berwujud istrinya. Dia Memastikan sosok menyerupai berjalan kesusahan memegangi perutnya. Dia berpenampilan kumal menarik dagu Karman. Tatapan mata bola kosong menghitam terlepas mengalir darah. Karman terkejut melepaskan berlari keluar rumah. Keesokan paginya Karman di temukan tidak sadarkan diri di persawahan. Dia di bawa para petani lain ke rumahnya. Tidak ada yang memberitahu Jumin mengenai keadaaan suaminya.
~Para anak indigo bisa merasakan kedatangan sosok lain sebelum makhluk itu sampai di sekitarnya. Tanda-tanda yang muncul yaitu dalam bentuk penampakan, aroma yang khas dan lainnya. Kebanyakan kedatangan makhluk yang berenergi kuat.
Di sebuah taman kecil di penuhi berbagai macam bunga harum semerbak bermekaran.
Raja mengusulkan akan membangun kolam di tengahnya dan menambah jenis bunga lainnya. Ayunan yang membentang di bawah pohon sebagai peneduh karena jarak sedikit jauh dari alun-alun istana.
Ada dua dayang penjaga yang asik memetik bunga, mereka tau jam-jam dimana sang putri mencorat-coret gambar.
“Dimana sang putri?”
“Tadi ada di samping ku!”
Para dayang kebingungan mencarinya. Putri mengikuti sosok manusia yang berjalan seperti hewan memasuki istana. Dia berdiri tepat di kamar dayang Sukin, menyadari ada manusia yang mengetahui keberadaannya secepat kilat menghilang mendengar ramai manusia menuju anak tersebut.
Luna tidak mau meninggalkan latar halaman belakang. Jumin menjatuhkan benang yang sedang dia rajut melihat pintu kamar ibunya di buka para dayang lain. Seharusnya kedatangan para sanak saudara yang harus di ketahui dayang Pendamping dan di pindahkan ke wilayah tamu kerajaan.
“Apa yang kamu lakukan di kamar dayang Sukin? Kami akan membawa mu ke ruangan sang ketua” ucap salah satu dayang sedangkan dayang lainnya mengangkat sang putri.
“Tidak! Aku tidak mau meninggalkan kamar ini!” teriak Jumin.
“Lepaskan dia, aku yang memberinya ijin. Sukin telah menghadap ku.”
“Pati, bagaimana jika ibu suri mengetahuinya?”
“Aku yang akan bertanggung jawab. Ada hal lain yang mengharuskan dia tetap disini.”
Pati menyuruh mereka pergi, Luna yang merengek mendekatinya mengubah wajahnya yang datar menjadi tersenyum ceria mengganggunya. Anak kecil itu menunjuk ke sosok yang tidak terlihat. Pati tidak pernah merasa sangat takut. Dia melihat laki-laki bertubuh hitam mendekati kamar dayang Sukin.
Luna yang tida berdaya hanya bias menangis, dia tidak mampu melawan atau mengusir makhluk yang mengganggu pergi. Jumin melihat sosok yang menunggu di depan bukan lah suaminya Karman. Dia tidak merasa takut karena ada Pati dan Luna yang menemaninya.
“Aku tau kau bukan Karman suami ku. Pergi lah kau iblis!” bentak Jumin menutupi perutnya dengan kain.
Sosok tersebut menghilang meninggalkan udara yang panas. Amarah Ogok kesulitan menarik benang hitam untuk mengikat calon janin. Wanita yang dia incar tidak terlihat lagi di rumahnya. Dia mencari incara baru sebelum jatuh pada hari pemberian tumbal. Ogok yang mulai menggila memantau setiap warga yang melintasi hutan sambil menghitung berapa wanita hamil.
Dia dapat mencium aroma janin dari beberapa jarak radius di kejauhan. Mata setan menyala menembus pandang bayi yang di incar.
Tanpa menunggu beberapa hari lagi, dia menyandera beberapa wanita yang usia kehamilannya mendekati hari penentuan. Di dalam sebuah ruangan bawah tanah, dia mengikat kaki, tangan dan mulut mereka tanpa memberi makanan atau minuman.
Ruangan gelap tanpa penerangan, tepat di hari yang di tunggu kekuatan mulai dia rasakan setelah memberikan lima janin di dalam perut wanita yang telah meregang nyawa.
Migan menjanjikan setelah semua persyaratan ilmu terpenuhi maka dia tidak akan terbunuh sekalipun lehernya terlepas.
Kehilangan lima wanita hamil dalam waktu satu malam menggemparkan perkampungan. Suara kentungan di pukul keras. Para dukun di datangkan dan upacara pemanggilan setiap nama di gelar sepanjang malam.
“Ada apa ini? Kampung kita tidak pernah mendapat musibah besar. Pasti ada warga yang mulai memakai ilmu hitam” ucap salah satu warga.
“Kita geledah saja semua rumah warga!”
Setiap rumah di kelilingi obor dan di pukul kentungan. Bagi wanita hamil dan memiliki anak di larang keluar kecuali keadaan yang sangat mendesak.
Suara kesakitan, dua jiwa dalam satu tubuh yang melayang. Usaha yang di lakukan para warga tampak sia-sia. Di pagi hari suara jeritan dari pak Doyok mencari istrinya yang hilang. Dia melangkah keluar sekitar sepuluh menit untuk ke kamar mandi. Mengetahui ada lagi wanita hamil yang hilang semakin membuat histeris warga lainnya.
Di kamar ibunya, dia sangat bersyukur karena masih terlindungi dan terbebas dari kejaran maut. Mendengar dari prajurit yang bertugas antar lintas jalur penyebrangan memberi kabar banyaknya kematian wanita hamil.
Jumin melihat dari jendela menanti Karman datang menjenguknya, dia meminta pada ibunya memberi pesan ke prajurit agar menyampaikan surat untuk Karman. Kekhawatiran Jumin bertambah mendengar rumah mereka yang kosong, surat itu kembali ke tangannya tepat di waktu sore hari.
“Ibu akan minta tolong sama Pati supaya membantu mencari Karman” ucap Sukin.
......................
Hari berselang sepi, malam sebagai ajang rama suara makhluk lain yang keluar masuk di alam nyata. Kekuatan anak indigo terbilang tidak ada apa-apanya, mereka malah lebih sering merasakan rasa pusing di kepala dan setiap hari harus menyediakan stok obat pereda demam.
Luna melihat arwah prajurit yang bergentayangan di halaman istana. Suara gesekan pedangnya terdengar keras. Anak kecil itu sedikit lagi keluar dari pembatas kamar kebesaran.
“Hati-hati Luna” ucap suara makhluk tidak kasat mata.
Suasana ruangan kebesaran biasanya ramai dengan dayang yang sering berlalu lalang setiap satu jam sekali. Begitu pula sang ratu yang tidak pernah berhenti memeriksa keadaan anaknya.
Dia mengangkat Luna ke kasur lalu menyelimutinya. Sang ratu menemaninya sampai terlelap.
"Ratu, serahkan saja anak mu. Dia akan menjadi teman kami. Ahahah!"
Sosok makhluk merangkak mengejarnya. Mahaswari berlari menjauhi. Dia berhenti di depan pintu kamar merentangkan tangan menghalangi sosok tersebut masuk. "Pergi!Jangan ganggu anak ku!"
Sosok besar menembus tubuhnya. Dia jatuh pingsan di bawah kasur. Pati membangunkan namun panggilan maupun guncangan pelan tidak membangunkannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 259 Episodes
Comments
jin
salfoks sama nama juminten
2023-09-10
0
♥Kumna
maintenance
2023-09-05
0
Wali kelas XII A MIpa
keren jempolan
2023-09-05
0