Alya bersiap untuk berangkat sekolah pagi ini. Dirinya sedang berada didepan cermin untuk melihat penampilannya.
"Sekarang gimana bun.. Rambut alya dipotong sama papa.." Alya menatap sendu kearah rambutnya yang dipotong acak oleh ayahnya.
Dirinya berjalan menuju meja belajarnya untuk mengambil gunting guna merapikan potongan rambutnya.
Cekrik
Cekrik
Cekrik
Helaian rambut mulai turun setelah alya memotongnya begitu saja. Dengan tatapan datar, ya datar tapi penuh dengan luka yang tak pernah mengering.
"Al!! Buruan napa sih dah telat ini" Teriak vania dari luar kamar. Alya yang masih termenung didepan kaca kembali tersadar ke dunianya sekarang.
"I-iya" Alya berlari menuju lemari untuk mengganti roknya dengan rok panjang guna menutupi luka yang kemarin disebabkan oleh ibunya.
"Buruan atau gue tinggal lo" Gertak vania yang merasa jengah karena menunggu alya terlalu lama.
"Iya bentar lagi" Balas alya dengan nada lembut berbanding terbalik dengan nada yang dilontarkan vania.
Ceklek
"Lama lo. Lain kali nggak sudi gue mau nebengin lo, biasanya juga lo jalan kan sekarang ngapain coba minta tebengan ke gue" Marah vania pada alya yang hanya bisa menundukkan kepalanya.
"M-maaf aku udah ngerepotin kamu lain kali aku nggak aka-" Belum selesai alya mengucapkannya, balasan vania kembali membuka luka baru dihati nya.
"Emang dari dulu lo itu nyusahin bego!! Udah nggak guna lo itu hidup didunia ini mendingan juga lo mati terus nyusul ****** yang udah merusak pernikahan bokap sama nyokap gue" Vania membentak bahkan menuding tepat didepan wajah alya.
Alya hanya mampu terdiam mendengar perkataan adik tirinya itu.
"Maafin aku.. Maafin bunda ya" Alya tersenyum getir.
Saat hendak melanjutkan langkahnya. Suara bising yang berasal dari arah halaman rumahnya membuat alya terlonjak kaget ditempatnya.
Tin tin tinn
"Siapa sih mas! Masih pagi juga'' Ardila berjalan dengan anggun nya menuju ke teras rumahnya.
...****...
"Kak pasti kak kaisar mau jemput aku kan? Iya kan?" Heboh vania didepan motor kaisar.
"Apaansih lo. Gue cuma mau jemput cewek gue, minggir!!"
"Iya cewek kak kaisar kan aku" Sungut vania dengan percaya dirinya.
"Siapa sayang? Pacar kamu hm?" Ardila menghampiri pasang muda mudi yang sedang ribut didepan rumahnya.
"Buk-" Kaisar mendapat pelolotan tajam dari vania. "Iya ma, ini kak kaisar yang selalu nia ceritain ke mama sama papa" Vania menggeleyot ke lengan kekar kaisar.
"Oh nak kaisar. Mau jemput vania ya?" Kaisar menggeleng disertai hembusan nafas kasar. "Bukan tante" Senyum kecut terpampang diwajah kaisar.
Wajah sumringah ardila berubah menjadi suram dan vania yang tadinya heboh kini menjadi tercenung.
"Terus kamu mau jemput siapa?" Tanya ardila dengan dingin nya. "Saya mau jemput alya tan"
Alya yang mendengar namanya terpanggil berjalan keluar dari dalam rumahnya untuk menemui kaisar.
Dirinya tersenyum didepan kaisar sebelum mendapat tatapan dingin dan kebencian dari kedua wanita yang sangat dirinya cintai.
"Darimana aja? Aku nungguin disini dari tadi" Alya hanya terdiam tak merespon pertanyaan dari kaisar.
"Dasar anak tak tau diri kau!! Kurang apalagi kami memberimu kenyamanan dirumah ini dan kau masih saja mengambil sesuatu dari anakku huh?" Tanya ardila dengan kilat amarah yang memenuhi matanya.
Plak
"Harusnya kau mengalah untuk adikmu itu. Dialah yang selalu mencintai kaisar sejak dahulu dan sekarang dengan lancangnya kau mengambil kaisar darinya" Alya hanya menunduk, merasa malu untuk memperlihatkan wajahnya didepan kaisar.
"Tante! Apa tante tau sikap tante ini sudah termasuk kasus kekerasan terhadap anak. Tante dapat dijebloskan ke penjara kalau saya mau" Ancam kaisar begitu melihat kekerasan yang masih saja berlanjut didepan matanya.
"Huh sialan" Umpat ardila setelah meredakan amarahnya. Tatapannya menjadi lembut setelah menatap vania kembali.
"Sayang.. Kamu berangkat sama kaisar ya biar alya mama anter aja deh" Ucap ardila lembut penuh kasih sayang
"Loh nggak bisa gitu dong ta-" Kalimat kaisar terpotong oleh perkataan ardila.
"Saya kan sudah bilang bahwa alya akan saya hantar ke sekolahnya, apa kau tak mendengarnya?" Tatapan ardila berubah tajam ketika menatap kaisar yang ada didepannya.
"Tap-" Lagi dan lagi ucapan kaisar dipotong oleh ardila. "Udah ya sayang ntar kamu telat loh ke sekolahnya" Senyum cerah kembali terpampang diwajah awet muda ardila.
"Dah ma.. Aku berangkat dulu ya" Pamit vania diikuti oleh kaisar didepannya. Sudahlah dirinya pasrah toh mau tak mau dirinya sudah dipaksa kan untuk bersama vania.
"Saya pamit dulu tante" Ucap kaisar seraya menyalami tangan ardila.
Motor pun melaju membelah jalanan kota dipagi hari. Jalanan nampak sudah sedikit ramai pagi hari ini.
"Kak kaisar jemput aku tiap hari kan?" Tanya vania dengan antusiasnya. Kaisar hanya terdiam tak mempunyai niat sedikit pun untuk membalas perkataan vania.
"Kak kaisar ih jawab kan aku nanya tadi" Vania justru semakin menempelkan tubuhnya dipunggung kaisar yang membuat bulu kuduknya meremang seketika. "Y-ya" Jawab kaisar asal tak tau jika nantinya akan membuat kesalahan yang amat besar disuatu harinya.
...****...
"Heh apa kau akan terus berdiri disitu?" Bentak ardila yang langsung menyadarkan lamunan alya. Alya menggeleng sebelum menatap lekat kedua netra indah milik ibunya.
"Mama beneran mau nganterin alya ke sekolah kan?" Tanya alya senang ya walaupun dibalik pertanyaan nya hanya berniat memastikan.
"Huh saya? Mengantar anak haram sepertimu ke sekolah? Membuat saya malu saja" Ucap ardila merendahkan.
"Gunakan untuk naik angkutan umum dan sisanya adalah uang sakumu" Ardila melempar uang lima belas ribu kearah alya.
"Cepat pergi kau dari hadapanku anak ******" Ardila yang sudah muak dengan wajah alya menyeret tubuhnya keluar dari halaman rumah.
"Pergi kau!!" Ardila berbalik dan masuk kembali kedalam rumahnya.
Alya tersenyum pahit melihat uang yang ada digenggamannya. Uang lima belas ribu itu akankah ia gunakan untuk naik angkutan umum? Sedangkan setelah nanti dirinya naik angkutan umum hanya akan menyisakan uang dua ribu. Akan makan apa dirinya nanti disekolah.
Setelah lama berpikir alya memutuskan untuk berjalan kaki dari komplek perumahannya menuju sekolahnya yang berjarak dua kilo dari rumahnya.
Dirinya lebih memilih berjalan guna menghemat pengeluarannya agar dapat ia gunakan untuk membeli makan dan sisanya ia gunakan untuk menabung.
...****...
Jam sudah menunjukan pukul 7.45 yang berarti lima belas menit lagi bel masuk akan berbunyi. Namun alya hingga kini masih saja belum sampai disekolah.
"Alya mana? Nggak berangkat lagi? Padahal dia kan ikut olimpiade minggu depan masa iya kagak berangkat" Ucap nara yang merupakan teman dekat alya. "Gue juga nggak tau kali ra" Balas geyra, teman dekat alya lainnya.
"Kita tunggu sampe bel masuk. Kalo emang dia nggak berangkat lo siapin kertas sama amplop lagi ya" Geyra mendelik tak terima pasalnya selama dua hari pasca alya tak berangkat ke sekolah dirinya lah yang selalu memberikan amplop dan kertas sedangkan nara hanya menulis dan menyerahkan ke guru dengan alasan itu adalah surat ijin dari alya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments