Tetapi nasib sudah menjadi bubur. Ia telah mengambil keputusan untuk menjadi wanita malam. Dan tadi malam adalah malam pertama bagi Irina ketika ia melepaskan keperawanannya.
Tidak ingin terlalu larut memikirkan berbagai hal buruk yang kini sedang ia lakukan. Irina kemudian mencoba berinsut dari tempat tidur.
Sambil tetap membawa selimut untuk menutupi tubuhnya. Irina mengambil baju yang tercecer di lantai kamar hotel dan ia kemudian membawa baju-baju tersebut ke kamar mandi.
Dengan mengunakan banyak sabun yang ia tuangkan ke tangannya. Irina berusaha untuk menghilangkan bau parfum serta keringat pria yang menempel begitu lekat ke kulitnya.
Wangi parfum dan peluh pria itu begitu kuat masih tercium oleh Irina. Dan peluh pria itu seolah rata tercium di setiap jengkal tubuhnya.
Jika mengingat bagaimana dia terus mendesaknya. Sungguh, betapa hinanya kala itu ia sebagai wanita. Yang hanya pasrah. Demi uang ia menjual sesuatu yang berharga bagi seorang gadis.
Setelah selesai membersihkan diri. Iriana kemudian mengenakan kembali pakaian yang ia kenakan semalam. Karena ia tak kepikiran untuk membawa baju ganti.
Keluar dari kamar mandi dengan rambut yang basah. Irina kemudian berjalan menuju meja rias yang ada di kamar hotel. Berdiri mematung di depan kaca. Irina kemudian mengusap-usap rambut panjangnya yang basah dengan handuk.
Ada sebuah rasa bersalah yang Irina rasakan terhadap kedua orang tuanya.
"Maafkan aku Ayah, Ibu. Aku sudah menjadi anak yang berdosa karena tidak mendengarkan nasihat ayah dan ibu agar aku bisa menjaga diriku dengan baik. Bukannya aku tidak bisa menjaga diriku dengan baik Ayah, Ibu. Tapi justru aku menghancurkannya sendiri. Dan semua itu aku lakukan demi kalian. Biarlah aku yang menanggung dosa-dosa ini. Biarlah aku yang akan menanggung semua aib ini. Yang terpenting bagi Irina adalah nasib Ayah dan ibu. Aku akan melakukan apa saja agar Ayah dan Ibu bisa tetap tinggal di rumah kita. Mana mungkin aku membiarkan kalian terlunta-minta di jalanan." ucap Irina dalam hati.
Ketika ia menatap dirinya dari pantulan kaca yang ada di meja rias di kamar hotel. Wajahnya saat itu benar-benar sangat lusuh dan terlihat lelah. Cekungan warna hitam itu terlihat jelas menghiasi kelopak mata Irina.
Bekas-bekas gigitan pria tersebut juga masih terlihat jelas di beberapa sudut bibirnya.
Bahkan sekujur lehernya pun tak luput dari serangan pria ganas itu. Bekas bekas kecupan itu kini terlihat membiru.
Tidak ingin begitu meratapi nasib buruknya. Irina kemudian mengambil sebuah hairdryer untuk mengeringkan rambutnya yang basah.
Saat ia sedang mengeringkan rambutnya. Tiba-tiba pandangan Irina menangkap sesuatu dan ia kemudian mengambil sebuah kertas yang sudah tertuliskan barisan kata di sana. Yang di letakkan di atas nakas di sisi tempat tidur.
Dengan rasa penuh penasaran. Irina kemudian mengambil kertas tersebut dan membaca isi pesan itu.
"Pagi Irina, terima kasih untuk permainan yang begitu panas semalam. Kau sungguh memuaskan aku. Tadi malam itu sungguh luar biasa. Untuk sisa pembayaran uang mu. Aku sudah meletakkan selembar cek untuk mu. Aku sengaja memberikannya lebih."
"Aku sengaja membiarkanmu untuk bisa beristirahat di kamar hotel. Suatu hal yang tak pernah aku lakukan sebelumnya. Kau beruntung mendapatkan perhatian khusus dari ku. Kamu bisa tinggal lebih lama di hotel jika kamu mau. Karena aku sudah membooking kamar hotel tersebut untuk seminggu ke depan. Jadi kamu tidak perlu terburu-buru untuk segera meninggalkan kamar hotel. Nikmatilah sajian breakfast pagi ini. Agar tenaga mu pulih. Sekali lagi terima kasih."
Dengan ekspresi wajah yang masih sedih. Irina sama sekali tidak terkesan dengan pesan yang sudah pria itu tulis untuknya.
Bahkan Irina *******-***** kertas tersebut dan kemudian membuangnya ke tong sampah.
"Pedebah." umpat Irina.
Irina kemudian melirik sebuah cek yang pria itu tinggalkan dan yang ia letakan di dekat kertas tadi. Irina pun kemudian memeriksanya.
Mata Irina membulat sempurna ketika ia memeriksa nominal jumlah uang yang telah pria itu tulis. Pria itu memberikan lebih hampir 20 persen dari harga yang sudah mereka sepakati.
Irina kemudian menyimpan cek tersebut dalam tasnya. Keinginan Irina saat ini adalah ingin segera meninggalkan kamar hotel yang telah menjadi saksi bisu saat ia melepaskan kehormatannya.
Ketika Irina bersiap-siap untuk segera pergi meninggalkan kamar hotel. Perhatian Irina teralihkan pada sprei yang ada di tempat tidur mewah tersebut.
Mata Irina membulat sempurna ketika matanya menangkap sebuah bercak merah yang menodai sprei warna putih kamar hotel.
Sejenak Irina nampak terdiam. Ia paham jika itu adalah darahnya, darah keperawanannya.
Mengingat apa yang terjadi semalaman. Tidak tepat jika ia kini merasa menyesal. Karena ia sudah merencanakan dan pasrah.
Tapi semua itu ia lakukan terpaksa demi keluarganya.
Tidak ada cara lain yang Irina bisa lakukan untuk bisa mendapatkan uang secara instan, jika tidak dengan cara ia menjual diri.
"Aku sudah melakukan ini. Tidak ada itu gunanya menyesal. Aku harus kembali menjalani hidupku. Dan biarlah aib ini menjadi rahasiaku." ucap Irina pada diri sendiri.
Ia pun kemudian segera merapikan pakaiannya dan kemudian ia bersiap untuk pergi meninggalkan kamar hotel neraka itu.
Ia tidak peduli dengan fasilitas yang diberikan hotel tersebut. Yang ada di pikiran Irina saat ini hanyalah ia ingin segera enyah dari hotel.
Dengan sedikit menahan rasa sakit dan perih yang masih dirasakan di ***********. Irina berusaha untuk bisa berjalan dengan normal ketika ia meninggalkan kamar hotel.
Ketika ia sesekali berpapasan dengan beberapa orang yang berlalu lalang di hotel. Irina berusaha untuk bersikap biasa dan berjalan dengan normal.
Setelah sampai di lobby hotel. Iriana langsung menaiki sebuah taksi untuk bisa pergi langsung ke sebuah bank.
Karena ia ingin segera mencairkan uang tersebut untuk segera bisa menebus sertifikat rumahnya yang di tahan oleh seorang rentenir.
Di sisi lain. Matthew yang kini sudah kembali berada di kantor. Seperti biasa disibukkan dengan segala rutinitas dan aktivitasnya sebagai CEO perusahaan yang ia pimpin.
Ternyata sebelum Irina pergi meninggalkan kamar hotel. Sebelumnya Matthew telah menaruh sebuah kamera kecil yang ia letakkan di sudut ruangan. Dan kamera kecil itu merekam segala bentuk aktivitas yang dilakukan oleh Irina di kamar hotel.
"Ternyata kamu cukup jual mahal juga Irina." desis Matthew, sambil tersenyum jail. Ketika ia melihat Irina segera pergi meninggalkan kamar hotel setelah ia tapi. Padahal ia sudah memberikan semua fasilitas yang ada di kamar hotel jika Irina mau berada di sana lebih lama.
Tidak hanya menaruh sebuah kamera kecil tersembunyi di sudut kamar hotel. Tapi Matthew juga sebelumnya telah menaruh satu kamera lagi. Dan kamera tersebut sudah merekam segala aktivitas yang sudah ia lakukan bersama Irina semalam.
Dan video itu kini sudah Matthew transfer ke laptopnya. Dan bahkan, kini Matthew kembali menyaksikan Vidio panas dirinya bersama dengan Irina.
Menatap fokus ke arah laptop. Matthew sampai menelan saliva nya sendiri ketika ia menyaksikan video tersebut.
"Aku bersumpah, aku akan mengulangi untuk menikmati tubuh mu kembali Irina. Aku belum puas untuk bercinta mu."
Di lain sisi, kini Irina sudah sampai di tempat seorang rentenir. Sesampainya Irina di sana. Ia langsung memberikan uang tebusan tersebut kepala rentenir itu.
"Ini uang untuk menebus sertifikat rumah yang kakak ku gadaikan. Aku ingin sertifikat rumah mu kembali." ucap Irina dengan tatapan mata tajam pada seorang rentenir yang telah menahan sertifikat rumahnya.
Sang rentenir itu pun kekeh. Ketika mendengar ancaman dari Irina dan menatapnya dengan tatapan tajam.
"Tidak ku sangka, kakakmu yang pengecut itu ternyata punya adik perempuan yang sangat cantik dan juga pemberani. Tidak seperti kakak mu yang malah lari dari tanggung jawab membayar hutang."
"Aku tidak punya banyak waktu untuk berada di sini. Ini uangmu dan berikan sertifikat rumahku." ancam lagi Irina.
"Baiklah, aku akan segera memberikan sertifikat rumah mu. Tapi aku lupa. Kakak mu masih punya hutang dengan ku sebanyak 15 juta. Dan karena kakak mu sudah jatuh tempo untuk membayar. Maka hutangnya pun berbunga. Jadi total semua hutang kakak mu masih ada 30 juta lagi beserta bunganya. Jadi, sertifikat rumah mu masih aku tahan. Akan aku berikan kepadamu jika kau sudah melunasi semua hutang hutang kakak mu."
"Brengsek. Apa kau menjebak ku." ancam Irina.
"Aku tidak menjebak mu. Ada buktinya sayang." ujar sang rentenir.
Sang rentenir itu pun kemudian menunjukkan bukti kuitansi hutang yang ternyata masih ada. Yang di lakukan oleh sang kakaknya.
Melihat bukti kuitansi piutang itu pun membuat Irina melemas.
Karena usahanya semalam yang telah menjual diri dengan harga yang sudah tinggi agar uangnya bisa menebus sertifikat rumahnya. Ternyata itu masih belum cukup. Dan kini ia masih butuh 30 juta lagi untuk bisa benar-benar mendapatkan sertifikat rumahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Retno Anggiri Milagros Excellent
kakak yang jahat.. ,🤭
2023-10-15
1
♡Ñùř♡
haduh kok masih kurang,katanya matthew mmberi lbh bnyk,kok masih kurang aja
tp ya itu lh kali ya nnti alasan nya irina akn melakukan nya lg dan itu pasti akn di manfaat kan oleh metthew
2023-07-02
3
🕊️❦Teteh🕊️Reyna༂🕊️
Bang thewthew kau nackhal juga yah bikin video encum 🤣🤣🤣
2023-07-01
4