Ketika terbangun, satu hal yang dia lihat adalah langit-langit kayu asing tak pernah dilihatnya sebelumnya, semuanya terasa begitu baru, apalagi ketika dilihat kesamping, tidak ada satu pun benda atau apapun yang dia kenal.
Pemandangan diluar jendela pula terasa asing. Perlahan si laki-laki bangun dari tempat tidurnya, berjalan pelan dan melihat apa yang ada diluar jendela. Desa kecil, perkebunan, orang-orang bahkan anak-anak semuanya terlihat jelas dari lantai 2 ini yang terlihat ini adalah rumah seseorang, tapi milik siapa?.
Seisi rumah yang dia lihat terlihat sederhana, tidak ada satu pun yang istimewa, bahkan kursi dan meja dekat ranjang yang habis dia apakai terbuat dari kayu biasa tidak berukir. Diatas meja ada secangkir gelas berisi air putih, satu keranjang 3 buah apel dan seekor kucing?.
Jika dilihat-lihat kucing gendut abu-abu sedang asik tiduran dengan posisi perut diatas, tak segan-segan dia meregangkan badan diikuti suara meow. Tetapi kenapa bisa seekor kucing gemuk dengan santai tiduran diatas meja, dia bahkan tidak peduli disampingnya ada gelas dan keranjang buah, sampai-sampai kaki si kucing gemuk tidak sengaja menyenggol gelas sampai tumbah. Si pemuda sampai panik dan berusaha membersihkan air diatas meja. Padahal meja sudah setengah kena air, tapi kucing itu tetap pada pendirian, tidur pulas.
Duk duk duk
Ada seseorang menaiki anak tangga kemari, seisi pikiran pemuda bingung harus melakukan apa terhadap apa yang ada didepannya, baru dia menyentuh gelas dan menyimpan kembali keposisi sembulah, pintu kamar terbuka. Kaca jendela tiba-tiba saja terbuka, angin masuk membawa aroma manis dari luar, diikuti cahaya sinar matahari.
"aduh"
Suara perempuan, sipemuda terkesima, orang yang masuk kedalam kamar adalah perempuan, dia terlihat sebaya dengannya, rambut panjang coklat seperti pohon, kulit putih indah dibawah cahaya matahari, mata hitam menyerupai permata hitam dilaut, tahi lalat dibawah mata kanan,seperti permata dibawah cahaya matahari.
"ahh aku cari-cari, sikucing disini ternyata" keluh si perempuan, dia melirik kearah pemuda yang tadi diam memperhatikannya "ah kamu sudah sadar rupanya"
"ah iya" entah mengapa terasa gugup.
"bentar, kamu duduk dulu, aku ingin cek kondisimu" pinta si gadis.
Dengan perasaan canggung, pemuda itu membiarkan gadis dihadapannya memeriksa kondisi dia selagi dirinya duduk diatas ranjang, dari periksa lengan tangan sampai kening kepala. Semuanya terasa seperti ada perasaan aneh yang merasuki tubuhnya saat gadis itu didekat dia.
"tidak ada lecet dan tidak deman" dia tersenyum "aku bawakan kamu makan ya, pasti lapar"
Belum juga dia berbicara apa-apa, sigadis langsung berlari menuruni tangga. Padahal ada banyak hal yang ingin dia tanyakan, seperti ini dimana dan berapa lama dia ada disini, tapi semua itu seperti sirna begitu saja hanya dengan melihat wajahnya.
"meeeowwww"
Kucing gembul abu, sudah berdiri tepat disampingnya, tiba-tiba saja dia sudah ada diatas ranjang. Kucing itu menatap tajam kearahnya seolah sedang memeriksa apakan orang yang ada dihadapannya adalah orang baik atau tidak, bahkan sesekali dia mengendus tangan memastikan pemuda dihadapannya dirasa aman.
Sedikit keinginan didalam untuk mengelus sikucing meski dalam hati dia berkata apakah kucing itu mengizinkan dia untuk mengelusnya. Tapi sepertinya kucing itu paham kalau pemuda dihadapan dia ingin menyentuhnya, dia tidak segan-segan duduk diam disamping seolah membiarkan orang disampingnya untuk menyelusnya. Pelan-pelan di sentuh sikucing, bulu abunya begitu lembut, suara purrrr purrrr terdengar jelas, dia senang.
Pintu kamar terbuka, gadis tadi datang membawa nampan berisi sup cream hangat, dua buah roti dan secangkir teh.
"ini makan dulu" ucap si gadis, dia letakan nampan diatas meja lalu duduk dikursi dekat jendela.
Pemuda itu menerima makanan dari si gadis, dia duduk dekat meja, mencoba sup cream yang dibuat untuknya. Sup itu enak, hangat dan lembut. Tanpa sadar dia sudah menghabiskan satu mangkok penuh, padahal tadi masih banyak.
"syukurlah kamu menyukainya" gadis itu tersenyum kepadanya "oh iya kita belum berkenalan, namaku Riyla, kamu siapa?"
"namaku?" seperti ada yang memukul kepalanya, dia tidak ingat "nama_ku"
Riyla terbengong akan respon yang dia terima.
"maaf, aku tidak tau namaku sendiri"
Riyla hanya bisa terkejut "lalu kamu tau, kamu berasal darimana?"
Si pemuda hanya bisa menggelengkan kepala.
Tiba-tiba saja Riyla berdiri dan berjalan kedekatnya.
"yaudah, pelan-pelan saja" suara dia terdengar lembut "gimana kalau kita cari angin diluar"
Riyla mengajaknya keluar rumah, diikuti sikucing yang tak hentinya mengikuti dia dari belakang walau raut wajahnya terlihat malas. Disini dia bisa melihat seluruh pemandangan desa tempat Riyla tinggal, semua terasa indah dan tenang, tidak ada kebisingan hanya suara warga desa yang asik bertani dan berternak, ada pula suara anak-anak bermain didekat sini.
"ini adalah desa Natrila, walau kecil tapi nyaman kok"
Tiba-tiba saja Riyla sudah meraih tangan si pemuda dan menariknya untuk diajak keliling desa, seketika perasaan canggung mewarnainya, walau begitu dia cukup senang.
Desa ini walau kecil dan jumlah penduduknya tidak banyak, tetapi kekayaan alamnya bagus. Terbukti dari hasil panen dan pertanian penduduk semuanya berkualitan. Senyuman setiap orang yang menyapa mereka berdua menjadi warna dalam desa Natrila.
Anak-anak yang mereka lewati pun mereka begitu ramah, bahkan bisa dilihat Riyla begitu akrab dengan anak-anak. Tak sedikit dari penduduk yang dia lewati memberinya beberapa barang, seperti hasil panen berupa sayur, buah, ada pula yang memberinya makan seperti cemilan.
Selesai berkeliling, mereka berdua istirahat dipinggir sungai, Riyla sesekali melepas sepatu lalu mencelupkan kaki dia kesungai, katanya dia suka melakukannya karena air disini begitu segar. Pemuda itu mengikuti apa yang Riyla lakukan, ucapannya benar, air sungai ini begitu segar, terlebih dibawah cahaya matahari, sungai desa Natrila ini berkilau-kilau seakan ada permata didalamnya.
"gimana menurutmu?" Tanya Riyla.
"apanya?"
"Desa Natrila, menurutmu gimana?"
"bagus, tenang enggak terlalu bising meski ada anak-anak yang asik bermain"
Riyla tersenyum lebar "aku senang kamu menyukainya"
Suara anak laki-laki memanggil nama Riyla dibelakang. Dia melirik kebelakang melihat sosok anak laki-laki tersebut. anak itu yang tadi asik bermain bersama teman-temannya__ada kilasan____sesaat dia seperti melihat seseorang yang dikenalnya.
"John kamu ngapain kesini?" Tanya Riyla.
Anak lagi-lagi yang bernama John tersebut berlari kearah Riyla "yaa ingin menemukan kak Riyla emangnya enggak boleh"
"huuuu dasar, pasti ada maunyaaaaaa" Riyla usil mengacak-acak rambut John.
"aaaahh kak Riyla, jangan tar rambutku berantakan"
Kilasan lain muncul dalam benaknya______ditempat yang penuh pepohonan tinggi, dan jalan seperti dari batu warna batu ditata rapih membentuk lingkaran antara 2 pohon rindang ditambah cahaya matahari sore, lalu sosok anak-anak hidapannya, tidak begitu jelas tapi dia bilang ______Flynn.
"helooo"
Tersadar akan suara John.
"akhirnya kamu sadar juga, tadi bengong lama loh" kata John.
"maaf, tadi aku teringat sesuatu" jawabnya.
"begitu ya, perkenalkan namaku John, aku tetangga kak Riyla hehehe"
Tiba-tiba saja seorang wanita memanggil nama John, langsung saja John berlari terbirit-birit seperti sedang dikejar.
"hahaha, dia pasti kabur dari ibunya" ucap Riyla.
"Flynn" ucapnya.
"kenapa?" Tanya Riyla.
"namaku Flynn"
Riyla senang mendengar Flynn mengingat namanya "kamu sudah ingat?"
Flynn menggelengkan kepala "aku hanya baru mengingat namaku saja"
"begitu ya" Riyla terdengar kecewa "tapi pelan-pelan juga kamu ingat kok"
Ucapan Riyla membuat Flynn senang, pelan-pelan pasti dia tau siapa dirinya, dan kenapa dia tiba-tiba ada didesa ini.
Tiba-tiba sikucing menyodorkan badannya ke Flynn, dia terlihat begitu senang dengan Flynn.
"lagi-lagi dia ngikutin terus" kata Riyla.
"oh iya nama dia siapa?" Tanya Flynn.
"dia belum punya nama, aku bingung kasih nama dia apa"
Flynn menggendong sikucing kedekapannya, aga berat tapi kenyal, suara purr dia jelas sekali seakan-akan seperti bersiul.
"Grey, nama dia Grey gimana?"
"meeoww" Grey membalas ucapan Flynn.
"dia suka dengan namanya" ucap Riyla "hei Grey"
Riyla mengelus Grey, sampai-sampai kucing membalas dengan menyodorkan kepala ke tangan Riyla. Kucing yang tadinya melihatnya dengan perasaan waspada berubah menjadi kucing manja yang senang dielus, seolah-oleh dia menunggu untuk diberi nama[]
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Naa.
𝗸𝗲𝗿𝗲𝗻𝗻𝗻
btw mampir yuk di karya pertama ku judulnya 𝗢𝘁𝗵𝗲𝗿 𝘀𝗶𝗱𝗲 𝗼𝗳 𝗺𝗲.
2023-10-27
0