Sepanjang jalan aku hanya terdiam. Untungnya pak Dede juga pendiam orang nya, tidak rempong seperti Carla.
Aku hanya mengumpat diriku sendiri. Jika teman-teman ku sampai tahu apa yang akan aku lakukan nanti habislah aku.
Walaupun aku akan sangat jarang bertemu dengan mereka lagi, karena harus menjalankan tugas ini aku terpaksa cuti kuliah untuk 1 semester.
“ Sudah sampai nona Nayla, selamat beraktifitas. Sukses selalu.” Ucap pak Dede membuyarkan lamunanku.
Aku sudah sampai di depan pintu lobby utama menara Permata yang sangat tinggi dan megah ini. Tidak lama seorang petugas keamanan dengan pakaian setelan kemeja rapi membukakan pintu untukku.
“ Selamat pagi bu.” Sapa hangat petugas itu.
Aku hanya tersenyum dan berjalan sambil menunduk. Memasuki ruangan lobby dan berjalan menuju receptionis.
“ Nayla...” panggil seseorang di belakangku.
Astaga, disaat seperti ini apakah mungkin ada teman atau orang yang aku kenal juga mengenaliku. Bagaimana ini, kenapa akhir-akhir ini jantung ini sering kali berdebar.
Pura-pura tidak dengar aja kalau begitu. Aku melanjutkan langkah ku lagi menuju receptionis.
“ Tunggu Nayla.” Panggil orang itu lagi dan kini dia sudah berada di samping ku.
Aku melihat sosoknya dari bawah dan agak takut melihat wajahnya. Siapa dia...
“ Perkenalkan, namaku Shinta.” Ucap wanita itu sambil mengulurkan tangan.
Dan dia bukanlah orang yang aku kenal. Pasti salah satu pasukan tante Ani lagi.
“ Hai...Nayla.” Sambutku berusaha memberikan senyuman yang hangat.
“ Sorry ya, tadi aku ke toilet sebentar. Jadi agak telat jemput kamu di lobby.” Ucapnya meminta maaf.
“ Oh iya gak apa kok, aku harus ke lantai 23 bertemu dengan ibu Lily.” Beritahuku sambil memberikan kode ke Shinta kalau aku harus ke receptionis dulu menyerahkan ktp ku agar dapat kartu pengunjung menuju lantai 23. Setidak nya itulah yang aku tahu. Karna walaupun bukan di menara ini, aku pernah magang juga di perusahaan lain.
“ Ini tanda pengenal mu, jadi kita bisa langsung masuk dan menuju lantai 23. Aku akan mengantarmu ke ruangan bu Lily.” Beritahu Shinta sambil memberikan sebuah tanda pengenal yang sudah ada foto dan namaku. Di bawah namaku juga terketik rapi dengan tulisan Sekretaris Direktur Utama.
“ Kenapa bisa, bukannya hari ini harusnya aku baru mulai interview dengan bu Lily?.” Tanyaku bingung pada Shinta.
“ Hahaha, kamu udah mulai bekerja hari ini. Yuk kita naik.” Beritahu Shinta lagi sambil mengarahkan tanda pengenalnya ke chip detektor di depan pintu lift.
Pintu lift itu sudah terbuka dan langsung membawa kami menuju lantai 23.
Aku terdiam lagi di dalam lift, perasaanku jadi tak karuan. Gelisah dan ada rasa takut yang menghantui. Mungkin jika benar saat ini adalah hari pertamaku bekerja sebagai sektetaris direktur utama di perusahaan ini aku akan sangat bahagia sekali. Tapi hari ini adalah hari pertamaku bekerja sebagai pelakor direktur utama. Dan inilah yang membuatku bingung, harus melakukan apa ketika nanti bertemu dengan direktur utama itu.
Pintul lift sudah terbuka lebar, Shinta mengarahkan langkahku masuk kedalam sebuah ruangan. Di depan ruangan tersebut juga ada receptionis yang di jaga dua orang yang satu wanita cantik dan satu nya lagi pria tampan. Mereka serasi sekali dengan pakaian seragam yang sangat menawan.
“ Bu Lily sudah siap kan?.” Tanya Shinta kepada receptionis wanita tersebut.
“ Iya sudah mba Shinta, ada di ruangannya.” Jawab receptionis itu sambil tersenyum dan melirik ke arahku.
Aku menundukan kepalaku memberikan sapaan ala-ala drama korea. Dan dia pun membalasnya. Sepertinya wanita itu juga pecinta drama korea juga.
Shinta mencolekku dan mengajakku mengikuti langkah kaki nya. Kami melewati beberapa kursi karyawan yang sudah terisi penuh oleh semua karyawan yang juga sedang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Walaupun ada beberapa di antara mereka yang melirik dan memperhatikan langkahku.
Hingga Shinta berhenti di depan sebuah ruangan. Aku melihat plang nama yang ada di atas pintu tersebut. Head HR tulisannya.
“ Masuk.” Ucap seseorang dari dalam sana ketika Shinta mengetuk pintu nya.
Kami pun masuk dan aku sudah berdiri di depan seorang wanita separuh baya yang masih terlihat cantik.
Dia memandangku dengan senyuman hangat nya. Beryukur aku, sampai saat ini masih di bantu oleh pasukan-pasukan baik ini dari Tante Ani.
“ Duduk lah, dan kamu boleh kembali bekerja.” Pinta wanita itu mempersilahkan ku duduk dan juga mempersilahkan Shinta keluar ruangan.
“ Lily.” Ucap wanita itu memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangannya.
“ Nayla.” Sambut ku juga tak kalah hangat dengan senyuman tulusku.
Bu Lily menyiapkan 2 buah dokumen dan di serahkan kepadaku.
“ Ini adalah surat kontrak perjanjian kerja. Silahkan mba Nayla membaca dulu dan bertanya kepada saya apabila ada yang ingin di tanyakan sebelum menandatangani nya.” Ucap bu Lily.
“ Baik bu.”
Aku membuka salah satu dokumen tersebut. Isinya adalah peraturan kerja selama di perusahaan ini. Keterangan penghasilan yang akan aku dapatkan dan pasal-pasal lainnya.
Namun aku terkejut ketika sampai pada pasal yang ke 15 tentang kewajiban karyawan.
“ Apa, aku harus membayar denda 10 kali lipat dari gajiku jika aku memundurkan diri dari pekerjaan ku sebelum masa kontrak berakhir?.” Tanyaku tidak percaya.
“ Iya.” Jawab bu Lily singkat.
“ Apakah ini peraturan wajib untuk semua karyawan di perushaan inj?.” Tanyaku masih ragu dan menganggap ini semua adalah salah satu cara tante Ani agar bisa lebih mengikatku. Sama seperti yang ibuku informasikan jika aku mundur maka kami harus mengembalikan semua uang dan modal yang diberikan tante Ani kepada ibuku, beserta dengan denga 10kali lipat dari jumlah tersebut.
Apakah aku bisa meminta pertolongan ke disnaker dengan peraturan aneh di perusahaan ini?.
Atau meminta perlindungan hukum dari semua peraturan yang sudah di buat tante Ani kepada aku dan ibuku.
“ Cepat di tanda tangani mba Nayla, sebentar lagi pak Zayyan akan sampai kantor. Dan kamu harus sudah ada di ruangan sebelum beliau sampai.” Pinta bu Lily kembali membuat jantung ku berdebar.
“ Tapi aku masih belum bisa terima dengan pasal ini. Aku tidak bisa menandatangani nya.” Protesku kepada bu Lily.
“ Ya, saya tidak akan memaksa. Jika memang mba Nayla tidak ingin menandatanganinya berarti mba Nayla mundur dari posisi pekerjaan di perusahaan kami ini. Dan saya akan segera memberitahu ibu Ani Atmodjo mengenai hal ini.” Ucap bu Lily santai namun dengan tekanan yang cukup membuatku terpojok.
“ Bu, kalau boleh tahu. Ibu Ani disini sebagai apa?.” Tanyaku penasaran.
“ Beliau adalah komisaris utama permata Group.” Beritahu Bu Lily sambil mengangakat gagang telpon nya dan siap-siap menekan angka-angka disana.
“ Baik bu, aku akan segera menandatanganinya.” Ucapku mencegah bu Lily melakukan hal itu, dia pasti ingin menghubungi tante Ani.
Jika aku tidak mau tanda tangan di surat perjanjian itu sama aja aku mundur. Dan aku tahu apa yang akan aku dan ibuku hadapi selanjutnya.
“ Paraf setiap halaman di kedua dokumen ini. Dan tanda tangan di atas materai di sana.” Tunjuk bu Lily.
Aku terpaksa mengikuti permintaannya. Menandatangani surat perjanjian yang akan membawa cerita baru dalam kehidupan ku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Nafi' thook
waow, rencana yang matang
2023-01-05
0
Juliezaskia
seruu..penasaran
2021-10-14
1
SAD🌷𝕸y💞Putri°𝐍𝐍᭄
ada apa dengan tamara kenapa mertuanya ( ibu ani ) pengen banget merusak pernikahan anaknya dengan mendatangkan pelakor🤔🤔🤔
ok lanjut biar gak pinisirin😉😉😉
2021-01-15
1