-Tahun 761 kalender imperial
[ Sudah 2 tahun semenjak Adya kurawat disini. Umurnya sekarang 14 tahun. Waktu aku pertama kali menemukannya, tubuhnya dilumuri memar dan darah. Awalnya aku hendak meninggalkannya disana tapi aku berubah pikiran saat melihat rambut hitamnya yang terasa familiar. Aku mengambilnya dan menidurkannya di kasurku.
Saat dia bangun dia sangat siaga denganku, aku merasa sedikit jengkel karena dia tidak berterima kasih atau apapun. Beberapa saat dia mendiamkanku tanpa berbicara sedikitpun, tapi saat aku berbicara soal makanan wajahnya langsung mengendur dan matanya bersinar. Aku merasa jika dia imut saat itu, mungkin karena aku sudah tua aku merasa senyumannya terasa polos dan jernih dimataku. Mungkin itu yang membuatku melunak kepadanya.
Beberapa hari awal saat dia tidur, dia akan berkeringat dan napasnya akan terengah-engah. Mungkin mimpi buruk atau semacamnya. Aku tidak tahu apa yang dia alami tapi pastinya itu bukan kenangan yang indah. Mayoritas anak yang ada di daerah kumuh seperti itu, aku juga sudah melihat banyak anak kecil yang mati disana. Sudah tak terhitung jumlah anak dan orang yang aku pandang sekilas dan kutinggalkan tanpa berbalik lagi. Mungkin jika Adya tidak memeliki rambut hitam ini dia juga akan mati ditempat itu.
2 tahun telah berlalu sejak hari itu, aku sering berbicara dengan Adya tentang masa lalunya. Aku bertanya siapa nama ayah dan ibunya, Adya memberitahuku tapi aku tidak mengenali nama mereka. Mungkin Adya tidak ada hubungannya dengan orang yang aku cari, tapi karena aku terlanjur nyaman dengan kehadiran Adya aku tetap memberinya tempat tinggal dan mengajarinya banyak hal termasuk sihir.
Sihir….
Hah…
Sudah beberapa kali aku menulis ini di diary ku tapi Adya benar-benar anak yang cerdas. Dia menyerap semua ilmu yang kuberi kepadanya seperti spons. Bakatnya dalam sihir juga tidak kalah hebatnya, 10 tahun lagi mungkin dia sudah bisa mengalahkanku. Dia bisa dianggap sebagai jenius abad ini. Materi dan kemampuan sihirnya sekarang bisa disetarakan dengan murid imperial academy tahun ke-11.
Manipulasi mana, konsentrasi, pengambilan keputusannya saat bertarung pun sangat mengerikan. Beberapa bulan lalu kami pergi untuk memburu kawanan wyvern. Bukan berarti wyvern adalah monster yang sangat kuat, tapi wyvern tidak terlalalu mudah untuk dikalahkan walaupun kamu adalah prajurit kerajaan. Jika dia hanya memburu satu aku tidak akan terlalu terkejut, tapi yang terjadi adalah dia membunuh 25 wyvern seorang diri, tanpa bilang kepadaku dia pergi ke sarang wyvern dan membunuh wyvern yang ada disana secara blak-blakan.
Aku ingat itu dan melarikan Adya kerumah secepat mungkin dan beberapa hari kemudian ada berita di koran yang berjudul “Sarang Wyvern yang Hancur karena Serangan Iblis”, Aku memarahi Adya dan bertanya alasannya dan dia menjawab jika beberapa orang dari desa terdekat diculik oleh wyvern dan dia menyelamatkan mereka. Dia sedikit ngambek waktu itu dan tidak berbicara kepadaku beberapa hari.
Oh, dan juga ada yang kusadari baru-baru ini, wajah Adya mungkin akan berbahaya untuk perempuan seumurannya. Waktu pertama kali ku pungut, wajah dan tubuhnya sangat kurus dan rambutnya pun panjang menutupi wajahnya. Saat semua kebutuhannya terpenuhi dia menjadi bersinar. Aku sadar saat dia membantu wanita muda yang jatuh hampir terserempet kereta kuda. Wajah yang diberikan wanita itu saat melihar Adya penuh nafsu dan sedikit membuat Adya kaget, tapi dia tetap tersenyum(walau kaku) dan membantunya berdiri. Aku tahu itu karena pengalamanku dengan suamiku dulu.
Ehem…
…Intinya, dari segi kemampuan dan penampilan, Adya punya bakat yang mengerikan. Walau aku sempat khawatir dengan Adya yang menyalahgunakan kedua aspek itu, dia yang menerapkan semua ajaranku membuatku lebih tenang. Sifatnya yang rendah hati dan kebaikannya itu mungkin juga dasar yang diajari oleh kedua orang tuanya. Aku berharap dia bertemu dengan wanita yang tidak hanya menginginkan penampilannya tapi juga hatinya.]
“Ehmm..”
“?”
Adya mengigau dikasurnya, aku berdiri dan menuju Kasur Adya, aku mengelus kepalanya dan berdoa.
“Semoga kamu tetap menjaga hati indahmu itu.”
***
“Tombak Api”
Api runcing yang berwarna merah pekat menusuk tiga serigala yang ada didepanku. Sudah sekitar 2 tahun aku belajar sihir dan sekarang aku sudah bisa menggunakannya untuk berburu. Nenek sempat terkejut karena aku bisa menggunakan sihir semahir ini dalam waktu cepat. Tapi aku belum bisa mengalahkan nenek jadi aku berpikir jika ini masih kurang.
Aku sekarang ada di area luar ibukota. Suasananya benar-benar berbeda dengan didalam ibukota, pertama kali aku menginjakkan kaki diluar 1 setengah tahun yang lalu saat dibawa oleh nenek aku benar-benar gembira dan berlari kesana kemari. Aku waktu itu dibawa oleh nenek untuk belajar sihir penyerangan, karena takutnya menghancurkan fasilitas dan akan dibawa oleh penjaga.
Setiap hari aku bekerja keras untuk memahami sihir dan menggunakannya sesering mungkin. Kata nenek itu adalah cara tercepat untuk menguasai sihir. Karena pada dasarnya sihir adalah mengendalikan mana, semakin sering kita menggunakan mana maka semakin mahir pula mengendalikannya. Dan sampai dititik tertentu aku bisa mengendalikan mana hanya dengan menggunakan sedikit konsentrasi. Walaupun begitu, aku belum bisa menggunakan sihir ‘Tombak Api’ ini tanpa lingkaran sihir secepat nenek.
Sihir ini pernah digunakan oleh nenek Maria saat pertama kali mengajariku sihir. Nenek Maria mengeluarkan sihir ini sepersekian detik tanpa lingkaran sihir dan batasku sekarang aku butuh paling tidak satu detik untuk mengeluarkan ini. Aku sempat frustasi dan mengeluh ke nenek dan dia bilang, ”Jika kamu bisa menggunakannya secepat aku malah aku yang takut.” Begitu katanya.
“!”
Aku mendengar lebih banyak suara langkah kaki hewan dari jauh.
*Grusuk
Satu serigala muncul dari dalam semak-semak dan meloncat kearahku. Aku melompat kearah belakang mendhindari serigala itu dan menggunakan sihir.
“Es pengekang”
Serigala yang mencakar tempat aku berdiri sebelumnya tertahan es yang muncul disekitarnya dan aku membunuhnya dengan es runcing dari sihir. Ini termasuk sihir yang diajarkan oleh nenek. Dalam waktu 2 tahun ini sihir yang bisa aku gunakan sekarang adalah api dan es. Keduanya berguna untuk berburu seperti ini.
*Klang
Aku mendengar suara pedang yang bertemu dengan benda keras diarah suara langkah kaki serigala berada.
Sepertinya ada yang diserang oleh serigala, apakah petualang?
Terkadang ada petualang yang sedang melakukan quest disekitar sini. Karena ini memang tempat dimana hewan buas muncul. Jadi itu normal jika ada yang berburu selain aku.
“Dasar serigala sialan.”
Tapi yang aku dengar adalah suara keluhan anak kecil yang lebih muda dariku. Karena aku merasa ada yang tidak beres aku berlari menuju sumber suaranya.
*Klang
Saat aku tiba disana, ada seorang anak kecil berambut coklat panjang yang menggunakan pakaian ksatria yang melawan empat serigala.
Kenapa ada anak kecil sendirian disini?
“Ah!”
Satu serigala menepis pedang yang digunakan oleh anak itu dan pedangnya terlempar jauh.
Anak kecil itu sekarang tidak memiliki senjata dan hanya memelototi serigala-serigala itu. Karena keadaan mulai berbahaya aku membantunya dengan mengeluarkan sihir.
“Tombak Api!”
Satu detik berlalu dan empat tombak api meluncur menusuk kepala masing-masing serigala itu.
“Sihir!? Kenapa tiba-tiba!?”
Anak kecil itu terkejut dan melihat kearahku yang ada di beberapa meter darinya.
“Kamu nggak papa?”, Aku menanyakan keadaannnya.
Dari yang kulihat anak itu memiliki beberapa luka di kaki dan lengannya. Dan pelindung dada yang digunakannya ada bekas sayatan cakar serigala. Aku bertanya-tanya bagaimana anak ini bisa bertahan saat dikepung oleh banyak serigala.
“Hei kau!”
Anak itu berjalan dengan marah kearahku.
Kenapa dia marah? Pikirku.
“Tanpa kau bantu barusan aku juga bisa membunuh mereka!”
Aku terkejut sejenak dan membalasnya.
“Apa yang kau katakan? Jika tadi tidak kubantu, kau jelas jelas akan mati karena dikepung oleh serigala-serigala itu.”
Aku merasa sedikit bingung dengan apa yang dikatakan anak ini. Sepenglihatanku jika tadi tidak kubantu, aku cukup yakin jika akan menjadi makanan serigala tadi.
“Aku sengaja membuang senjataku untuk membuat mereka lengah! Pada saat yang tepat aku akan membunuh mereka dengan sihirku!”
Anak itu mengayunkan tangannya secara horizontal dan pedang yang tadi terlempar jauh darinya melesat kearahku dengan tajam.
“!”
Aku yang terkejut mengeluarkan lingkaran sihir pelindung dan menangkis pedang itu. Kemudian aku menggunakan sihir untuk menekan pedang itu ketanah.
Anak itu terlihat terkejut melihat serangan dadakannya gagal dan aku juga terkejut karena anak ini yang mencoba membunuhku secara tiba-tiba.
“Apa yang kau lakukan!?”, aku sedikit meninggikan suaraku.
Pedang itu tiba-tiba melesat tajam kearahku. Jelas-jelas itu adalah sihir telekinesis yang cukup mahir. Siapa anak ini sampai bisa menggunakan sihir ini?
“Bagaimana kau melakukannya tadi?”
Anak itu menatap tajam kearahku.
“Apanya?”
“Sihir tadi, jika kau bukan orang yang belajar sihir cukup lama seharusnya kau tidak bisa menggunakannya secepat itu. Dan kau juga terlihat masih muda jadi seharusnya kau tidak bisa belajar sihir cukup lama, mengingat Akademi sihir menerima murid paling muda sepuluh tahun.”
“Apa maksudmu?”
Tadi dia marah dan sekarang berganti ke interogasi. Emosinya ini nggak stabil ya?
Aku yang sedikit marah tadi merasa sedikit kasihan dengannya.
“Kutanya lagi. Siapa kau?”
Dari lubuk hatiku yang terdalam aku merasa jika anak ini menjengkelkan. Jadi aku hanya menghela napas dan meninggalkan tempat ini.
“Hei! Mau kemana kau!”
Anak itu berteriak sambil mengambil pedangnya kemudian mengikutiku.
“Hei kau! Kau belum menjawab pertanyaanku!”
Dia masih menempel kepadaku dan bertanya lagi. Tapi aku mengabaikannya dan tetap berjalan ke tempatku tadi. Karena aku mendengar anak ini yang katanya “tidak” kesulitan aku harus meninggalkan mayat serigala yang belum kukuliti. Daging dan kulitnya akan berguna untuk dijual ke penjual daging atau nggak ke blacksmith. Beberapa bulan ini aku menjual barang-barang seperti ini atas saran nenek yang bilang jika setidaknya aku bisa sekalian melatih sihirku. Karena ini juga menyenangkan jadi aku tidak menolak.
Akhirnya aku sampai ditempat tadi. Tapi anak ini masih mengikutiku daritadi.
“Apa yang akan kaulakukan dengan mayat-mayat ini?”
Aku mengabaikannya dan merentangkan tanganku. Setelah itu satu persatu mayat serigala itu terkuliti dan tubuhnya terpotong menjadi beberapa bagian. Dagingnya lepas dari tulangnya dan kulitnya yang sudah terpotong terlipat rapih. Darah yang menetes disepanjang proses ini aku arahkan ke tanah dengan mana agar tidak meninggalkan bau busuk dipermukaan.
Satu mayat perlu sekitar 3 menit. Karena ada4 jadi aku membutuhkan 12 menit. Tapi karena aku bisa menguliti 2 mayat secara bersamaan aku hanya membutuhkan waktu 6 menit. Bisa kulakukan lebih cepat tapi ini juga termasuk Latihan sihir. Dengan terbiasa merasakan aliran mana yang kukendalikan secara perlahan itu bisa meningkatkan presisi mana yang aku gunakan untuk sihir kedepannya.
“Woaah…”
Anak itu terpesona dengan hewan yang sedang dikuliti. Sudah kuduga anak ini emosinya aneh. Aku semakin kasihan dengannya.
Beberapa menit kemudian aku selesai mengkuliti serigalanya.
“Huuh…”
Aku menghela napas dan mengikat hasil menguliti barusan dan meletakkannya ke kantong yang aku bawa. Kemudian mengangkatnya ke punggungku.
“Apakah kau akan menjualnya?” Tanya anak itu.
Karena dia sudah mengikuti daritadi dan menungguku menguliti semua serigala ini, mungkin aku akan menjawabnya.
“Iya.”
Aku menjawabnya dan mulai berjalan kembali ke ibukota.
“Apakah kau sering melakukan ini?”
“Iya.”
“Kau setiap kali selalu mengulitinya dengan sihir?”
“Iya.”
“Kau tidak merasa keberatan saat mengangkat daging-daging ini. Apakah kau menggunakan sihir?”
“Iya.”
“Hebat, aku jarang menemukan penyihir muda yang sepertimu.”
Aku menjawab pertanyaannya dengan setengah hati.
Anak itu sedikit terkejut dan menunjukkan ketertarikannya kepadaku. Kemudian dia tiba-tiba berlari kedepanku dan tersenyum lebar.
“Hei kau!”
Aku menyipitkan mataku dan bertanya-tanya apa yang akan dilakukan anak ini.
“Apakah kau mau bekerja denganku?”
“Nggak.”
Aku menolak permintaan anehnya dan melanjutkan perjalananku. Tapi anak itu tidak menyerah dan kembali kedepanku.
“Apa yang ingin kau lakukan?”
“Aku ingin kau bekerja denganku. Aku tidak bisa mengungkapkan nama lengkapku, tapi aku termasuk bangsawan tingkat tinggi di kerajaan ini. Bagaimana? Apa kau tertarik?”
“Nggak makasih.”
Aku menolaknya lagi dan kembali melanjutkan perjalananku, tapi lagi-lagi dia kembali kedepanku.
Aku yang mulai sedikit jengkel berkata kepadanya.
“Hei kau, aku tidak tahu apa maksudmu tiba-tiba meminta aku bekerja untukmu. Tapi akan kukatakan kepadamu jika aku tidak tertarik untuk bekerja dengan orang lain, apalagi anak kecil sepertimu yang mengaku sebagai bangsawan. Meskipun aku tidak pernah melihat bangsawan, aku tidak sebodoh itu sampai percaya anak kecil yang tidak punya pengawal mengaku sebagai bangsawan. Paham?”
Entah dia paham atau tidak aku mengabaikannya dan melanjutkan perjalananku.
Maksudku, dia terlihat seperti orang-orang yang ada didaerah kumuh yang memperbudak orang lain, ya walaupun dia lebih baik karena dia masih punya akal sehat tidak seperti mereka.
“?”
Dia kembali kedepanku dengan menatapku. Kali ini wajahnya bukan tersenyum lebar tapi tersenyum seringai seperti melihat permen.
“Hei―”
“Namaku Claire!“
Dia tiba-tiba menyebutkan namanya.
“Umurku sepuluh tahun, dan aku disini karena aku menyelinap dari mansionku. Seperti yang kukatakan tadi, aku tidak bisa mengatakan nama lengkapku karena bisa saja aku terkena masalah jika keluargaku tahu. Tapi jika ini belum bisa meyakinkanmu, minggu depan aku akan kesini lagi dengan membawa pengawalku. Saat itu terjadi apakah kau akan mempertimbangkan tawaranku?”
Saat dia berkata seperti itu, aku menjadi bertanya-tanya.
Apakah anak ini benar-benar bangsawan?
Sebelum aku menjawab pertanyaannya, Claire kembali berbicara.
“Oh iya, aku belum menanyakan namamu.”
“….Adya”
Aku yang sedikit menyerah dengannya akhirnya memberitahu namaku.
“Adya! Oke Adya, minggu depan diwaktu yang sama aku akan membawa pengawalku untuk membuktikan jika aku bangsawan. Kalau begitu, sampai jumpa lagi! Aku akan memberitahu papa untuk minggu depan!”
“Hei, tunggu!”
Sebelum aku menolaknya untuk yang ketiga kalinya, dia langsung berlari kearah ibukota mendahuluiku.
Sebenarnya meskipun dia adalah bangsawan aku tidak ada niatan untuk bekerja dengannya.
Aku sekali lagi hanya bisa menghela napas dan kembali berjalan kearah ibukota.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Quinnela Estesa
prosesnya kecepetan rasanya. tapi ada sih, ciri khas novel kayak gini, buatan Boy Chandra. tapi bacanya sampai mengantuk.
proses si mc, bisa begini begitu, disingkat dalam deskripsi soalnya. engga tahu, apa saja yang sedang terjadi.
2023-08-11
1
Rozuken
apakah Claire calon heroin?
2023-08-02
2