Bab 1 Chapter 1 : Nenek Maria

Beberapa hari berlalu dan aku masih berusaha untuk bertahan hidup di daerah kumuh.

“Aduh duh...”

Aku berjalan kesakitan dengan memar di seluruh bagian tubuhku.

Hari ini aku bertemu dengan orang dewasa yang mabuk dan tanpa alasan aku ditendang dan di injak-injak. Aku yang masih merintih kesakitan ditendang dan dipukul lagi beberapa kali oleh orang itu.

Alhasil tubuhku sekarang dipenuhi oleh memar-memar. Aku terus berjalan tanpa arah mengelilingi pinggiran kota. Kota Ini dikelilingi oleh tembok tinggi yang menjulang jauh diatas kepalaku dan dibeberapa tempat ada gerbang yang menuju ke luar kota.

Aku nggak pernah keluar kota jadi aku nggak tau apa yang diluar sana. Saat aku melihat area luar dari dalam aku merasa penasaran dengan dunia luar. Tapi saat kakiku ingin keluar aku tidak diizinkan karena butuh uang atau apapun itu. Aku iri dengan mereka yang bisa keluar dengan bebas ke luar kota.

“Ugh”

Aku berjalan dengan menahan rasa sakit yang ada di sekujur badanku. Akhirnya, aku yang tidak tahan dengan sakitnya tergeletak jatuh di tanah.

Aku terbaring telentang dan menatap langit yang terasa sama setiap harinya.

'Sampai kapan aku hidup seperti ini..?'

Hidup di daerah kumuh seperti ini hari demi hari hanya bertemu dengan kekerasan. Dipukul, ditendang, dicemooh tanpa alasan sudah menjadi keseharian disini.

Sudah 5 tahun aku di area kumuh ini karena orang tuaku yang dibunuh dan aku yang tanpa pengasuh berkeliaran didaerah kumuh sejak aku umur 7 tahun.

“Agh..!”

Rasa sakit dari tendangan tadi membuatku menggeliat seperti ulat.

Rasa ngantuk datang dan membuat kesadaranku hilang.

**

“Uh..?”

Saat aku tersadar aku ada di tempat yang empuk.

“Udah bangun..?”

“!”

Aku bangun dan melihat kearah suara itu datang. Di sana ada seorang nenek yang sedang duduk dan membaca buku dengan tenang. Dia tidak melihat ke arahku dan tetap fokus membaca bukunya.

Aku melihat sekeliling ruangan dan teradapat barang barang aneh yang aku nggak pernah lihat sebelumnya. Saat aku melihat sekeliling ruangan aku menyadari jika luka yang kumiliki tidak sakit.

Tubuhku sekarang penuh dengan perban yang menutupi seluruh bagian tubuhku.

“Kau pingsan dijalan yang biasanya aku ambil saat pulang dari pusat kota, karena aku merasa kasihan aku membawamu kesini dan merawatmu.”

Nenek itu menjelaskan alasan kenapa aku ada dirumahnya.

“Kenapa? Merasa aneh karena ada nenek-nenek yang membantumu?”

Aku diam tak berkata apa-apa dan hanya melihat ke arah nenek itu.

'Kenapa nenek ini membantuku?'

Aku sebagai orang asing tidak mungkin diselamatkan hanya karena kebetulan ada.

“Jika kau bertanya kepadaku kenapa aku membantumu. Jawabanku adalah iseng.”

'Iseng?'

“Wajahmu seolah mencurigai ku. Bagaimana kalau kau berterima kasih kepadaku karena telah membantumu?”

Nenek itu memasang wajah tak senang dan menutup bukunya.

Dia menuju ke arahku.

Aku reflek langsung berdiri dan menjauhkan diri dari nenek itu.

“Hei kau…”

Nenek itu menunjukkan ketidaksukaannya dan melihatku dengan tajam.

“Aku hanya ingin melihat lukamu. Kau yang pingsan memiliki luka yang cukup parah, dan sebagai informasi, kamu sudah tertidur 2 hari disini.”

'2 hari..?'

Aku bingung dan melihat kearah luar jendela dimana langit yang sama selalu ada.

Memang benar sekarang siang hari dan saat aku berjalan seingatku langitnya menuju malam.

'Tapi, apakah ini benar-benar 2 hari..?'

Dengan keraguan itu, aku membalikkan badanku ーmelihat nenek itu. Nenek itu sudah hilang dan mengambil barang dari lemari.

“Kesinilah, aku akan mengganti perbanmu”

Aku diam sejenak dan berjalan pelan kearah nenek itu.

“Apa yang terjadi sampai kau memiliki luka ini?”

“…”

“Kenapa kau sendirian?”

“…”

“Darimana kau berasal?”

“…”

Nenek itu bertanya banyak hal kepadaku, tapi aku tetap diam dan tidak menjawabnya.

Sampai nenek itu selesai mengganti perbanku, aku tetap diam dan tidak mengucapkan apapun kepadanya.

Nenek itu juga seolah menyerah dan hanya mengganti perbanku untuk setengah prosesnya.

“Kamu belum makan kan? Seharusnya kamu lapar. Sini, aku sudah menyiapkan makanan.”

'Makanan..!'

Mataku terbuka lebar saat mendengar kata makanan.

“Heh..”

Nenek itu tertawa kecil saat melihat reaksiku.

Mau bagaimana, jika apa yang dikatakan nenek ini benar maka aku belum makan 5 hari. Jadi ini adalah makanan yang aku dapat setelah berhari- hari tidak makan.

“Duduk di sana, aku akan mengambilkannya”

Aku yang tidak berkata apapun duduk di kursi dan menunggu makanan. Walaupun setelah ini aku dibunuh pun aku akan merasa senang karena sudah mengisi perutku dengan makanan.

Aku menunggu makanan yang dibawakan oleh nenek dengan senang.

Beberapa saat kemudian, nenek itu membawa panci yang mengeluarkan aroma yang sangat enak dari dalamnya.

“Nih, sup.”

Aku melihat panci yang diletakkan diatas meja, ?mencoba mengulurkan tangan kearah panci itu tapi ditahan dengan tangan nenek itu. Aku melihat nenek itu dengan wajah tidak senang.

“Heh, sabar, tunggu sebentar dan akan kutuangkan ke mangkok”

Setelah itu, nenek itu membawa mangkuk dan menuangkan sup itu ke mangkoknya.

“Ini”

Mangkok itu diletakkan di depanku, aku mengambilnya dengan sendok dan memasukkannya ke mulutku.

'Enak..!!'

Aku tidak bisa mengontrol tanganku dan mengambil sup sup itu menggunakan sendok dengan cepat. Tanpa sadar sup yang ada di mangkokku habis, tapi aku masih lapar.

“Kamu mau nambah..?”

Aku menganggukkan kepalaku berulang kali dengan kuat kepada nenek itu. Nenek itu tersenyum dan mengisi mangkokku dengan sup lagi.

Setelah aku selesai makan, nenek itu mencuci panci dan peralatan yang tadi dipakai. Sedangkan aku duduk di kasur tempat aku berbaring tadi.

'Apakah ini mimpi..?' pikirku.

Aku diobati dan diberi makan enak sampai kenyang. Yang ada di pikiranku sekarang adalah sebenarnya aku sudah mati, dan momen ini adalah mimpi sebelum aku tidur selamanya.

Anehnya, aku tidak merasakan takut sama sekali walaupun aku sudah mati. Aku merasa jika saat yang kulalui sekarang adalah imbalan yang kudapat karena telah berjuang selama 5 tahun di daerah kumuh dan aku pun sekarang bisa bereuni dengan orang tuaku.

Jujur, aku merasa senang dengan itu.

Ekspresiki mengendur dan membuat senyuman.

“Hei nak”

“!”

Tanpa kusadari nenek itu tiba tiba ada didepanku, aku secara reflek melompat menjauh.

“Bagaimana kalau kau berhenti takut, seharusnya kamu sudah tau kalau aku nggak akan ngapa-ngapain kamu kan..?”

“…”

Memang benar nenek ini memberikan aku makanan yang enak dan membiarkanku sampai kenyang.

Aku mendekat ke nenek itu, seolah bertanya ada apa.

“Bagus, apakah kamu punya nama..?”

Aku menganggukkan kepalaku.

“Adya.”

“Nama yang bagus. Adya, sekarang kamu mau ngapain?”

Nenek itu menanyaiku sesuatu yang sulit untuk kumengerti.

'Maksudnya aku mau ngapain itu apa..?'

Aku memiringkan wajahku menunjukkan ketidaktahuan.

“Maksudku adalah mulai sekarang kamu mau keluar dan kembali ke daerah kumuh atau kamu tinggal disini bersamaku.”

Aku yang mendengar itu menundukkan kepala dan berpikir tentang apa yang katakana oleh nenek itu.

Jika aku keluar dan kembali ke daerah kumuh itu, aku pasti akan kesusahan untuk mendapatkan makanan. Aku akan kembali ke keseharian yang membuatku kelaparan setiap hari dan untuk mendapat 1 potong roti aku akan dikejar oleh penjaga kota yang sudah mengenal wajahku.

Aku akan kembali ke saat dimana orang mabuk akan memukulku dan menendangku walaupun aku tidak melakukan apa-apa. Jika aku diluar, aku akan selalu merasakan dingin yang membekukan tubuhku setiap malam dan hanya bisa membayangkan hangat yang ada didalam rumah orangorang.

Aku melihat kearah nenek, entah kenapa nenek itu memasang wajah dengan harapan.

'Bukannya dia membantuku karena iseng..?'

Jika aku bersama si nenek, aku akan mendapatkan makanan yang bisa ku makan sampai kenyang, tempat tidur hangat, tidak ada yang memukulku tanpa alasan, dan sepertinya nenek inipun walaupun terkadang membingungkan dia terlihat baik.

Kalau gitu, jawabanku mudah.

“Aku mau tinggal dengan nenek. ”

Jawabanku singkat tanpa emosi dan nenek itu tersenyum senang dengan jawabanku.

“Oke Adya, mulai hari ini kamu tinggal bersamaku di rumah ini”

Aku mengangguk terhadap kalimat nenek itu.

“Karena kamu akan tinggal disini, kamu bisa panggil aku nenek Maria”

Sekali lagi aku mengangguk terhadap kalimatnya.

“Iya nek Maria”

Mulai dari hari itulah, keseharian ku dengan nenek Maria dimulai.

Terpopuler

Comments

Akari

Akari

semangat

2023-08-16

1

Rozuken

Rozuken

introduction karakternya kurang detail sih menurutku,nah pada lokasi karakter utama ini belum dijelaskan nama tempatnya atau mungkin episode berikutnya baru dijelaskan?,who know:U

2023-08-02

2

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Bab 1 Chapter 1 : Nenek Maria
3 Bab 1 Chapter 2 : Latihan Sihir
4 Bab 1 Chapter 3 : Hari-hari normal
5 Bab 1 Chapter 4 : Kenapa ini bisa terjadi!?
6 Bab 1 Chapter 5 : Berdamai
7 Bab 1 Chapter 6 : Aku lupa!
8 Bab 1 Chapter 7 : Tigerwolf (1)
9 Bab 1 Chapter 8 : Tigerwolf (2)
10 Bab 1 Chapter 9 : Tigerwolf (3)
11 Bab 1 Chapter 10 : Serangan Iblis (1)
12 Bab 1 Chapter 11 : Serangan Iblis (2)
13 Bab 1 Chapter 12 : Serangan Iblis (3)
14 Bab 1 Chapter 13 : Mempertahankan gerbang barat ibukota
15 Bab 1 Chapter 14 : Kedatangan Maria.
16 Bab 1 Chapter 15 : Sang Langit
17 Bab 1 Chapter 16 : Uji coba
18 Bab 1 Chapter 17 : Mengendalikan 'Sang Langit'
19 Bab 1 Chapter 18 : Dia yang memurnikan dunia
20 Bab 1 Chapter 19 : Mereda atau tidak?
21 Bab 1 Chapter 20 : Mereda
22 Bab 1 Chapter 21 : Disisi lain
23 Bab 1 Chapter 22 : Keadaan Maria dan Adya
24 Bab 1 Chapter 23 : Dampak dari serangan iblis
25 Bab 1 Chapter 24 : Akhir dari serangan Iblis
26 Bab 2 Chapter 25 : Langkah pertama ke dunia luar.
27 Bab 2 Chapter 26 : Mayat di dibalik tumpukan salju.
28 Bab 2 Chapter 27 : 2 iblis raksasa
29 Bab 2 Chapter 28 : Desa di kubangan.
30 Bab 2 Chapter 29 : Tidak bisa.
31 Bab 2 Chapter 30 : Mengelilingi desa ras Levarin
32 Bab 2 Chapter 31 : Bertemu orang yang selamat.
33 Bab 2 Chapter 32 : Ras Levarin I
34 Bab 2 Chapter 33 : Ras Levarin II
35 Bab 2 Chapter 34 : Ras Levarin III
36 Bab 2 Chapter 35 : Pagi di rumah bawah tanah
37 Bab 2 Chapter 36 : Perjalanan menuju Gelida.
38 Bab 2 Chapter 37 : Kota Gelida (1)
39 Bab 2 Chapter 38 : Kota Gelida (2)
40 Bab 2 Chapter 39 : Kota Gelida (3)
41 Bab 2 Chapter 40 : Kota Gelida (4)
42 Bab 2 Chapter 41 : Kelifa I
43 Bab 2 Chapter 42 : Rium
44 Bab 2 Chapter 43 : Kelifa II
45 Bab 2 Chapter 43 : Kelifa III
46 Bab 2 Chapter 44 : Kelifa IV
47 Bab 2 Chapter 45 : Ras Levarin IV
48 Bab 2 Chapter 46 : Bangun di Ruangan Asing
49 Bab 2 Chapter 47 : Rahasia Dunia
50 Bab 3 Chapter 48 : Tujuan Baru.
51 Bab 3 Chapter 49 : 5 Hari Setelahnya.
52 Bab 3 Chapter 50 : Latihan sihir di Gelida
53 Bab 3 Chapter 51 : Perubahan.
54 Bab 3 Chapter 52 : Peningkatan
55 Bab 3 Chapter 53 : Hari-hari di Gelida
56 Bab 3 Chapter 54 : Elemen Ruang
57 Bab 3 Chapter 55 : Titik Penting
58 Bab 3 Chapter 56 : Hari-hari terakhir di Gelida.
59 Bab 3 Chapter 57 : Hari-hari Terakhir di Gelida (2)
60 Bab 3 Chapter 58 : Hari-hari terakhir di Gelida. (3)
61 Bab 3 Chapter 59 : Keberangkatan
62 Bab 3 Chapter 60 : Kervlana (1)
63 Bab 3 Chapter 61 : Kervlana (2)
64 Bab 3 Chapter 62 : 'Sisi Gelap' (1)
Episodes

Updated 64 Episodes

1
Prolog
2
Bab 1 Chapter 1 : Nenek Maria
3
Bab 1 Chapter 2 : Latihan Sihir
4
Bab 1 Chapter 3 : Hari-hari normal
5
Bab 1 Chapter 4 : Kenapa ini bisa terjadi!?
6
Bab 1 Chapter 5 : Berdamai
7
Bab 1 Chapter 6 : Aku lupa!
8
Bab 1 Chapter 7 : Tigerwolf (1)
9
Bab 1 Chapter 8 : Tigerwolf (2)
10
Bab 1 Chapter 9 : Tigerwolf (3)
11
Bab 1 Chapter 10 : Serangan Iblis (1)
12
Bab 1 Chapter 11 : Serangan Iblis (2)
13
Bab 1 Chapter 12 : Serangan Iblis (3)
14
Bab 1 Chapter 13 : Mempertahankan gerbang barat ibukota
15
Bab 1 Chapter 14 : Kedatangan Maria.
16
Bab 1 Chapter 15 : Sang Langit
17
Bab 1 Chapter 16 : Uji coba
18
Bab 1 Chapter 17 : Mengendalikan 'Sang Langit'
19
Bab 1 Chapter 18 : Dia yang memurnikan dunia
20
Bab 1 Chapter 19 : Mereda atau tidak?
21
Bab 1 Chapter 20 : Mereda
22
Bab 1 Chapter 21 : Disisi lain
23
Bab 1 Chapter 22 : Keadaan Maria dan Adya
24
Bab 1 Chapter 23 : Dampak dari serangan iblis
25
Bab 1 Chapter 24 : Akhir dari serangan Iblis
26
Bab 2 Chapter 25 : Langkah pertama ke dunia luar.
27
Bab 2 Chapter 26 : Mayat di dibalik tumpukan salju.
28
Bab 2 Chapter 27 : 2 iblis raksasa
29
Bab 2 Chapter 28 : Desa di kubangan.
30
Bab 2 Chapter 29 : Tidak bisa.
31
Bab 2 Chapter 30 : Mengelilingi desa ras Levarin
32
Bab 2 Chapter 31 : Bertemu orang yang selamat.
33
Bab 2 Chapter 32 : Ras Levarin I
34
Bab 2 Chapter 33 : Ras Levarin II
35
Bab 2 Chapter 34 : Ras Levarin III
36
Bab 2 Chapter 35 : Pagi di rumah bawah tanah
37
Bab 2 Chapter 36 : Perjalanan menuju Gelida.
38
Bab 2 Chapter 37 : Kota Gelida (1)
39
Bab 2 Chapter 38 : Kota Gelida (2)
40
Bab 2 Chapter 39 : Kota Gelida (3)
41
Bab 2 Chapter 40 : Kota Gelida (4)
42
Bab 2 Chapter 41 : Kelifa I
43
Bab 2 Chapter 42 : Rium
44
Bab 2 Chapter 43 : Kelifa II
45
Bab 2 Chapter 43 : Kelifa III
46
Bab 2 Chapter 44 : Kelifa IV
47
Bab 2 Chapter 45 : Ras Levarin IV
48
Bab 2 Chapter 46 : Bangun di Ruangan Asing
49
Bab 2 Chapter 47 : Rahasia Dunia
50
Bab 3 Chapter 48 : Tujuan Baru.
51
Bab 3 Chapter 49 : 5 Hari Setelahnya.
52
Bab 3 Chapter 50 : Latihan sihir di Gelida
53
Bab 3 Chapter 51 : Perubahan.
54
Bab 3 Chapter 52 : Peningkatan
55
Bab 3 Chapter 53 : Hari-hari di Gelida
56
Bab 3 Chapter 54 : Elemen Ruang
57
Bab 3 Chapter 55 : Titik Penting
58
Bab 3 Chapter 56 : Hari-hari terakhir di Gelida.
59
Bab 3 Chapter 57 : Hari-hari Terakhir di Gelida (2)
60
Bab 3 Chapter 58 : Hari-hari terakhir di Gelida. (3)
61
Bab 3 Chapter 59 : Keberangkatan
62
Bab 3 Chapter 60 : Kervlana (1)
63
Bab 3 Chapter 61 : Kervlana (2)
64
Bab 3 Chapter 62 : 'Sisi Gelap' (1)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!