3

...Selamat membaca 🔥...

...-CICAK🦎-...

"Mohon maaf, seleb tuktuk telat."

***

"Kamu siapa?"

"Dimana calon istriku?" tanya Cakra. Ya benar, dia adalah Cakra Argamentasi.

Tubuh Citra menegang. Menutup mulutnya rapat-rapat, Citra memejamkan matanya sejenak. Jadi dirinya akan memiliki empat suami?

Arga yang berada tepat di belakang Cakra, tersenyum miring. Ia menatap wajah Susi yang terlihat pucat. Susi menunduk malu, kenapa acaranya seperti sayembara saja? Pikirnya heran.

Jamal mendekati Cakra dengan wajah tak bersahabat. "Lo siapa si? Gak ada kerjaan banget, main ngerebut calon istri orang." kesal Jamal merubah cara bicaranya.

Cakra menatap wajah-wajah yang tengah menatapnya tajam. Pandangannya berhenti ke arah Citra. Cakra tidak munafik, Citra  memang terlihat sangat cantik.

"Anda siapa?" tanya Raja menatap Cakra rendah.

Cakra menoleh. "Seleb. Kenapa?" jawab Cakra dengan santainya.

Raja mengepalkan tangannya kuat. Ia melototkan matanya, lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Cakra. Cakra berusaha menahan tawanya, karena wajah Raja terlihat sedang menahan emosi.

"Anda mau mengaku-ngaku sebagai calon suami Citra?" bisik Raja berat.

Satu alis Cakra terangkat. "Lah, emang gue calonnya." kata Cakra menjawab sedikut keras. Ia memang sengaja meninggikan volume suaranya.

"Anda? Calon suami Citra?" tanyanya.

Cakra mengangguk. Ia beralih menatap Citra. "Iya 'kan, beb?" goda Cakra membuat Citra menatapnya waspada. Citra menggigit bibir bawahnya keras.

Raja berdiri tegak, lalu berdehem pelan. Ia menatap Ayahnya, Ganendra. Lain halnya dengan Giulio, yang sedari tadi bingung harus berbuat apa. Ia juga ingin memiliki Citra, tetapi setelah melihat saingannya berat, apalagi sekarang suasananya sedang panas, Giulio memilih untuk tetap diam dan mengunci mulutnya rapat-rapat.

Giulio sudah mengira bahwa kedatangannya akan disambut oleh pria lain yang akan mengaku sebagai calon suami Citra. Ia sama sekali tidak heran. Karena menurut berita yang ia dengar, Citra memang sedang mencari seorang Suami. Dan informasi mengatakan, bahwa Citra selalu diincar oleh pria kaya raya.

Giulio sadar diri. Dirinya memang tidak se kaya Raja. Terlihat pakaian yang Raja kenakan, harganya setara dengan mobil Toyota GT 86.

Dan Giulio juga sebelumnya sudah diberitahu oleh Diva, Bundanya bahwa ia akan bertemu dengan seorang pria sukses, dan kaya raya.

Giulio menatap Diva, lalu tersenyum tipis. Ia seolah berkata 'Acara yang sangat luar biasa'

Raja memicingkan matanya. Kemudian, ia menoleh ke belakang dan menatap Susi yang tengah menatapnya. "Apa yang anda inginkan? Mengapa ada banyak sekali yang mengaku sebagai calon suami Citra? Habis dia, ada lagi?" tanya Raja, lalu menunjuk Cakra, "Selain dia, ada laki-laki lain lagi? ADA?!" wajah Raja terlihat marah.

Suterjo mengusap wajahnya kasar. Mengumpulkan keberaniannya, perlahan, Suterjo mendekat ke arah Raja. Sedangkan Susi terdiam di tempatnya. Ia benar-benar di hantui

oleh rasa bersalah.

Wajah Cakra berubah menjadi serius. Ia baru menyadari bahwa tatapan Raja dan Jamal seperti ingin membunuhnya sekarang juga.

"Ayah, jelaskan," bisik Cakra dengan Arga.

"Diam saja. Ini adalah sebuah perlombaan memperebutkan seorang perempuan idaman para laki-laki." jawab Arga dengan wajah datarnya. 

Cakra mengerutkan keningnya, tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Arga. "Like this?"

"Cukup kamu berjuang saja. Perjuangan ini hanya memiliki satu kali kesempatan saja. Lihat ke depan, kamu hanya perlu menjaga sikap." ucap Arga.

Cakra mencerna apa yang diucapkan Arga kepadanya. Selang beberapa detik, Cakra melengkungkan senyumnya. Ia mengerti.

Jika saat pacaran, ia memang melewati banyak rintangan untuk memperjuangkan cintanya kepada mantannya dulu. Tetapi sekarang, ia hanya perlu berjuang sekali melewati tantangan, untuk mendapatkan seorang istri.

Tantangan yang menarik. Batin Cakra.

Laki dan Kila yang tengah sibuk menyipi berbagai macam jenis makanan yang ada disana, sama sekali tidak menyadari apa yang tengah terjadi di acara itu.

"Tuan Raja, sebelumnya saya meminta maaf atas ketidak nyamanan anda dengan acara aneh seperti ini," ucap Suterjo berusaha untuk tetap tenang.

Perlahan, emosi Raja mereda. Ia baru mengingat bahwa di depannya ini adalah calon mertuanya. "Tidak apa-apa, ini adalah sebuah perlombaan." ucapnya.

Suterjo menggelengkan kepalanya tidak menyetujui ucapan Raja. "Maaf su—" dengan cepat Raja memotong ucapan Suterjo.

"Ini acara yang sangat menarik, Pak. Anda tau? Saya sudah lama tidak di berikan tantangan berat seperti ini," ujar Raja membuat Jamal menghembuskan napas kesal.

Suterjo diam. "Saya akan berjuang untuk mendapatkan hati seorang perempuan cantik bernama, Citra," ucap Raja penuh keyakinan.

Suterjo mengangkat kepalanya. Raja tersenyum tipis, lalu memberikan senyuman lebar untuk Citra.

Citra sama sekali tidak berani menatap keempat pria tersebut. Ia benar-benar ingin mengakhiri acara aneh ini. Benar-benar sangat membuat kepalanya terasa pusing.

"Bagaimana jika, kita membuat tantangan yang membuahkan hasil kesepakatan? Siapa yang menang, akan mendapatkan hati Citra?" tanya Cakra membuka suara.

Mendengar perkataan Cakra, semua arah mata tertuju pada Cakra yang tengah menaik turunkan alisnya.

Rama dan Bikbik saling bertatapan.

"Adek gue laris manis," gumamnya tak habis pikir. Rama dan Bikbik pusing.

Citra membulatkan matanya terkejut. Dengan cepat ia menggelengkan kepalanya menolak. "Enggak! Apa ini?!" gumamnya heran.

Citra hanya ingin memiliki satu seorang Suami, bukan dua, atau pun tiga. Ia memang memiliki cita-cita untuk menikah muda. Tetapi, bukan dengan cara yang seperti ini.

Mungkin karena Susi yang sangat ingin mengambulkan permintaan Citra, sebagai tanda membantu mewujudkan cita-citanya Citra. Susi rela mencarikan pria yang tampan, mapan, dan kaya raya untuk mewujudkan impian Citra.

Jujur saja, Citra tidak bisa memilih siapa yang cocok untuk menjadi Suaminya. Semua kriteria pria yang ada di depannya ini, sangat-sangatlah jauh dari ekspektasi Citra. Mereka benar-benar tampan dan juga kaya raya.

Hari ini, Citra merasakan bahwa dirinya jauh lebih rendah dari pria-pria di depannya ini. Melihat pakaian mereka saja, mampu membuat Citra merinding.

Rasanya, Citra ingin berteriak, mengakhiri acara aneh ini. Ini sungguh mimpi buruk.

Giulio sedikit terkejut, tertarik dengan perkataan Cakra. "Tantangan seperti apa?" tanyanya.

Sepertinya, harapan Giulio untuk mendapatkan hati Citra kemungkinan besar akan terwujud.

Jamal yang sedari tadi diam, angkat bicara. Pria bertubuh besar itu menyunggingkan senyumnya. "Menarik. Saya setuju." ucapnya seraya tersenyum.

Cakra menoleh dan menatap Jamal yang tengah menatapnya dengan wajah senang. Pandangannya beralih ke arah Raja. "Bagaimana, anda setuju?" tanya Cakra.

Para undangan berdecak kagum. Sepertinya mereka tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk menonton acara pernikahan seperti ini.

Susi berjalan cepat ke arah Cakra.

"Tantangan seperti apa, Cakra?" tanyanya bingung.

Cakra memberikan senyuman kepada Susi. "Tidak cukup berat. Tenang saja ibu mertua—calon mertua, saya pasti akan mendapatkan anak perempuanmu." ucap Cakra yakin.

Susi masih tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Cakra. "Maksud kamu?" tanyanya. Ia beralih menatap Arga dan Indah, bingung.

Cakra tersenyum simpul. "Untuk mempersingkat waktu karena hari sudah mulai gelap, mari kita langsung berdiskusi saja." ucapnya membuat seluruh tamu undangan memulai merekam momen ini.

Citra mematung. Maksudnya apa?

"Tantangan seperti apa?" tanya Raja kembali. Ia tertarik dengan cara Cakra menyelesaikan masalah ini.

"Menurut lo?" tanya Cakra balik. Cakra juga sebenarnya bingung, tantangan apa yang harus ia jalani agar tidak terlalu sulit dan tidak terlalu mudah.

Entah bagaimana bisa mereka ber-empat menarik kursi, lalu duduk membentuk sebuah lingkaran. Para lelaki tersebut terlihat seperti tengah melakukan musyawarah.

Benar-benar acara pernikahan aneh, dan unik.

Cakra berdiri dari kursinya, lalu menarik tangan Citra lembut agar duduk di tempat duduk pengantin wanita. Citra hanya bisa pasrah, mengikuti alur dari tantangan ini.

Jika di adat Betawi, tempat itu di sebut pelaminan.

"Setuju gak, beb?" bisik Cakra ketika membawa Citra ke tempat duduk pengantin wanita.

Citra tersentak kaget, menoleh menatap wajah Cakra yang sangat dekat dengannya. "Setuju," jawab Citra sedikit gugup, membuat Cakra terkekeh geli.

"Cantik, manis. Tungguin gue, ya." itu adalah pesan Cakra yang membuat suasana hati Citra berkecamuk.

Antara gugup, kaget, dan senang. Jantung Citra benar-benar tidak sehat. "Aih, tampan bener," gumam Citra.

Ia harus siap, bahwa siapa pun dari mereka yang menang, akan menjadi Suaminya. Ini mungkin bukan satu cara untuk menyelesaikan masalah ini, tetapi ini adalah salah satu cara cepat untuk menyelesaikan masalah ini baik-baik.

"Tempat duduk pengantin pria itu hanya akan di duduki oleh pemenang dalam tantangan ini." ucap Cakra sambil menunjuk tempat duduk pengantin prianya.

Ia menoleh ke belakang, lalu tersenyum. "Bagaimana, setuju?" tanyanya meminta pendapat.

"Setuju!" jawab kompak para undangan yang ada disana.

Tanpa berpikir panjang lagi, Jamal menjawab menyetujui. "Saya setuju." ucapnya, lalu mengembangkan senyumnya.

Mendengar itu, membuat senyum Cakra bertambah lebar. "Saya juga setuju." celetuk Giulio berkata seraya tersenyum.

Jayantaka dan Ganendra saling bertatapan. "Saya sejuju." ucap mereka kompak.

"Gue Setuju." ucap Rama.

Bikbik menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Ah, setuju banget!" ucapnya menyetujui.

Cakra menatap Suterjo, Susi. "Bagaimana ibu dan bapak calon mertua?" tanya Cakra meminta persetujuan.

"Kami sangat setuju." jawab Suterjo dan Susi. Diva menganggukkan kepalanya menyetujui.

Pandangan Cakra beralih ke Raja yang tengah sibuk dengan pikirannya. "Bagaimana pak Raja?" tanya Cakra sopan.

"Anak kita seperti anak kalem, ya. Seperti terdidik," ucap Indah di samping Arga.

Arga tersenyum miring. "Itu adalah bakatnya yang selain suka menghabiskan uang Ayahnya," jawab Arga.

"Setuju." ucap Raja diakhiri senyuman kecil.

"Tantangan yang membuat—"

"Hanya ada waktu lima menit. Lima menit saja." ucap Cakra memotong ucapan Rama.

"Waktu berdiskusi hanya lima menit. Bagaimana, setuju?"

Ketiga pria tersebut menganggukkan kepalanya tanpa berpikir panjang. Waktu mereka untuk berdiskusi, dimulai.

"Bagaimana jika kita membuat tantangan yang membuat hidup Citra terjamin bahagia?" ucap Jamal memulai pembicaraan.

"Contohnya?" tanya Cakra.

Jamal terdiam sebentar. "Tentang harta?"

"Kalau saya sendiri, saya mempunyai dua puluh mobil, tiga helikopter, dan lima pesawat pribadi. Saya juga memiliki beberapa rumah yang sangat mewah di beberapa negara." ucap Jamal.

Mendengar perkataan Jamal, membuat Giulio termenung lama.

"Harta? Saya punya dua pesawat pribadi, perusahaan dimana-mana, mobil tiga. Empat puluh mobil yang lainnya sudah saya jual, karena bosan." ucap Giulio.

"Itu baru setengah." tambahnya.

"Saya memiliki lebih banyak yang kalian punya," ucap Raja yang membuat Cakra ingin membenturkan kepalanya sekarang juga.

Pada kaya raya! Batin Cakra frustasi.

"Itu mah, kalian meroket," ucap Cakra.

"Saya juga mempunyai satu roket," ucap Raja, membuat Cakra menganga lebar.

Sepertinya Cakra harus bertapa ke laut lepas. Cakra terdiam, tidak berani berkomentar. Jika tentang harta, dirinya tidak kalah. Masalahnya cuma ada pada Arga, Ayahnya. Semua sumber uangnya ada pada Arga.

Apa yang harus Cakra banggakan? Akun Tuktuknya?

Melihat raut wajah Cakra yang seperti itu, membuat Raja tertawa pelan. "Saya bercanda. Saya tidak setuju dengan ide Jamal. Harta itu, tidak menjamin kebahagiaan," ucap Raja.

"Iya, benar juga. Jadi, tantangan seperti apa?" tanya Jamal.

"Tantangan yang bisa dilewati mudah saja. Bagaimana?" tanya Giulio.

Cakra mendongakkan kepalanya,

"Seperti?"

"Hal dewasa?" gumam Raja. Detik berikutnya ia melototkan matanya.

"Memberikan pantun kepada Citra. Siapa yang berhasil membuat Citra baper, maka dia yang akan menang? Bagaimana?" tanya Giulio meminta pendapat.

"Mungkin itu terlalu mudah," ucap Raja. Pria yang berwajah mirip seperti Sugar Dady itu, sedikit tidak menyetujui ide dari Giulio.

Giulio bungkam. Ia juga bingung. "Tantangan, seperti apa pernikahan sebenarnya." Semua pandangan ketiga Pria itu ke arah Cakra.

"Maksud anda?"

Cakra berdehem, lalu menjelaskan, "Tantangan saat kita menikah mungkin banyak. Dan, tentu kita harus siap dengan semua itu. Yang pertama, masalah dengan Mertua. Menurut kalian, itu benar, bukan?"

Jamal menganggukkan kepalanya setuju. "Benar sekali." Raja dan Giulio pun tampak menyetujui ucapan Cakra.

"Ketika ada masalah kecil, kita harus berbicara dengan Istri secara baik-baik. Tidak membentaknya, dan tidak memfitnahnya. Di pernikahan, pasti ada rencana untuk hidup kedepannya, bukan? Sering kali, memang, rencana kita dengan Istri tidak sama."

"Hal itulah yang sering kali menimbulkan pertengkaran kecil. Dan ini, adalah tantangan yang paling penting dalam sebuah pernikahan."

Ketiga Pria itu menunggu lanjutan ucapan Cakra. "Keterbukaan antar Pasangan. Cinta, dan kasih sayang. Itu semua adalah pelengkap dalam sebuah pernikahan," ucap Cakra panjang lebar.

Raja, Giulio dan Jamal sontak bertepuk tangan memuji pemikiran Cakra yang sangat luas. Mereka terharu.

"Saya baru menyadari sekarang," kata Jamal dengan wajah lesu.

"Mengapa anda tidak menjelaskan itu dari dulu?" tanya Jamal sedikit merasa kesal kepada Cakra.

Cakra mengerutkan keningnya, bingung. "Maksud anda?" tanyanya.

Ketiga Pria itu bangun dari tempat duduknya, lalu tersenyum sembari bertepuk tangan. Cakra terkejut bukan main ketika Raja membantunya untuk berdiri. Sedangkan Giulio membantu Cakra berjalan ke arah Citra.

"CAKRA ARGAMENTASI ADALAH PRIA YANG BERHAK MENJADI SUAMI GABRILLAE CITRA PIYANINKA!"

...-CICAK🦎-...

OMG!😻

Next lagii? 🥰

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!