Vanaya berlari kencang menuju toilet. Dia membasahi bibirnya dengan aliran air kemudian mengeringkannya dengan tisu.
"Dasar Boss mesum! Dan apa ini! Dia malah mencium bibir gue. Sial!! Gue bahkan belum pernah ciuman" Vanaya mendengus kesal
Dengan kekesalan kemudian Vanaya keluar dari toilet dan pergi menuju ruangannya. Dia berniat akan menghindari Alvaro dan kini mulai fokus melakukan pekerjaannya.
Sementara Alvaro senyum-senyum diruangannya. Walaupun pipinya terasa sedikit perih akibat tamparan maut yang dilayangkan Vanaya, tapi dia lebih fokus mengingat adegan manis tadi.
"Sepertinya aku menyukainya. Aku harus mendapatkannya" Alvaro bergumam
Dia kembali mencium aroma blazer Vanaya yang disimpan diruangannya sambil tersenyum.
" Tom! Segera cari informasi mengenai staff baru yang bernama Vanaya Anatasya" Alvaro menelepon asistennya
"Baik tuan. Dalam 10 menit anda akan mendapatkannya" Tom memutuskan panggilan
Alvaro yang menanti informasi itu tanpa melakukan apapun. Dia hanya senyum-senyum mengingat kejadian tadi.
Tom bergidik ngeri melihat tuannya itu seperti orang tidak waras. Berulang kali Tom mengetuk pintu ruangan tuannya namun tidak dijawab. Akhirnya Tom memutuskan untuk masuk kedalam, dan sekarang dia melihat betapa horornya seorang Alvaro yang senyum-senyum sendiri.
"Ehemm!! Tuan?" Tom menyadarkan tuannya dari lamunan. Entah melamun apa, dia juga kurang tahu. Tapi yang pasti, sekian lama bekerja menjadi asistennya, Alvaro tidak pernah bertingkah aneh seperti ini.
"Kau sudah kembali Tom? Kenapa masuk tanpa mengetuk pintu? Itu tidak sopan!" kata Alvaro
"Maaf tuan, tadi sudah berulang kali saya ketuk tapi tuan tidak menjawab" serunya lagi
" Oh begitu! Apa kau sudah mendapatkannya?Tanya Alvaro tanpa rasa bersalah
"Sudah tuan"
"Bacakan" perintah Alvaro
Vanaya Anastasya, 22 tahun putri sulung dari tuan Zacky Sanjaya dan nyonya Zoya Sanjaya, pemilik dari perusahaan Sanjaya. Lulusan Universitas XY dan sekarang bekerja dibagian accounting perusahaan AVG. Nona Vanaya juga memiliki seorang adik laki-laki yang baru saja lulus SMA dan akan melanjutkan pendidikannya di universitas XY.
"Demikian informasinya tuan" jawab Tom
"Urus Vanaya untuk menjadi Sekretarisku, tanpa bantahan! dan satu lagi terima kerjasama kita dengan perusahaan Sanjaya." apa kau paham Tom?
"Hah? Oh baik tuan!" Tom yang belum mengerti apa yang terjadi hanya menuruti perintah tuannya.
Tom segera melakukan kemauan tuannya itu. Dia menelepon kepala bagian accounting juga menelepon perusahaan Sanjaya.
Accounting Departmen
"Tapi kenapa harus saya pak? Saya kuliah dibagian akuntansi karena saya mau jadi seorang akuntan, bukan sekretaris." Vanaya menolak
Saat ini dia sedang berada didalam ruangan kepala bagian akuntan. Kepala Akuntan itu memanggilnya karena harus menyampaikan perintah dari Tuannya.
"Saya hanya menginformasikan perintah dari tuan Alvaro. Kalau kamu menolak silahkan ajukan langsung pada tuan. Sekarang kamu beresin barang kamu dan temui tuan Alvaro sekarang" Ucap kepala Akuntan tersebut
Vanaya kembali ke meja kerjanya dan memberesi barang-barangnya.
"Apalagi sih mau dia tuh? Kenapa harus gue? Kami juga ga saling kenal, tapi koq??" Vanaya berbicara sendiri
"Segera Vanaya. Jangan melamun" Kepala akuntan itu mendesaknya agar segera menemui tuannya.
"Iya pak iya!! Jawab Vanaya
" Eh Nay, lo koq bisa pindah sih? Belum juga sehari kerja udah jadi sekretaris aja" seru beberapa temannya yang ada diruangan itu
"Gatau gue!" Vanaya menjawab ketus
"Rejeki lo Nay!! Gaji pasti lebih gede!! Kalo gue yang ditunjuk, langsung mau gue mah!!" seru teman-temannya lagi
Vanaya bergegas pergi dan membiarkan beberapa temannya yang baru dikenal belum sehari ini bercerita tentang isu dirinya jadi sekretaris dadakan CEO.
Tok
Tok
Tok
"Masuk" terdengar suara dari dalam
Dengan menahan amarah, Vanaya menemui Bossnya itu. Dia berdiri dihadapan Alvaro dan menatapkan matanya dengan tajam.
"Apa maksud lo jadiin gue sekretaris? itu bukan keahlian gue! Satu lagi..seingat gue kita ga pernah bertemu apalagi sampe saling kenal" Vanaya bertanya menggunakan bahasa sehari-harinya
"Aku ini atasanmu, kalau kau lupa. Gunakan bahasa yang sedikit sopan selama masih di jam kantor. Aku bisa memerintah siapapun disini karena aku Bossnya" Ucap Alvaro santai
" Apa kau lupa dengan blazer ini? Ini milikmu bukan?" tanya Alvaro lagi
Vanaya merebut blazer tersebut dan memastikan apa itu miliknya atau bukan.
"Kau menabrakku saat di pintu keluar mall. Dan kau meninggalkan blazer ini disana, jadi aku mengambilnya. Bukankah seharusnya kau minta maaf padaku dan berterima kasih karena mengembalikan blazermu ini? Tanya Alvaro
"Makasih! Dan sorry gue!! Upps Maaf saya tidak sengaja menabrak anda karena saya sedang terburu-buru" akhirnya Vanaya mengakui pertemuan yang tidak disengaja itu.
Alvaro tersenyum menatap Vanaya yang sedikit salah tingkah dihadapannya.
"Mengenai menjadi sekretaris anda, saya akan memilih untuk mengundurkan diri dari perusahaan ini" Ucap Vanaya
Alvaro kemudian berdiri dan berjalan mendekat kearah Vanaya. Dia menatap Vanaya lekat-lekat dan berbisik
" Kau tetap akan menjadi sekretarisku karena aku menginginkannya"
Vanaya merasakan deru nafas Alvaro yang hangat di telinganya dan bergedik merasakan sensasi aneh.
Melihat Vanaya diam tanpa respon, lagi- lagi Alvaro mencari kesempatan. Dia melingkarkan tangannya ke pinggang ramping Vanaya dan mengecup bibir Vanaya.
"Cuppp"
Merasa tidak ada penolakan, Alvaro semakin memperdalam kecupannya menjadi ciuman. Dia menyesap dalam-dalam bibir lembab Vanaya.
"hemmmphhh"
Vanaya memukul dada Alvaro. Dia yang belum pernah berciuman hampir kehabisan nafas karena sedari tadi menahan nafasnya.
"Kau belum pernah berciuman? Sangat kelihatan karena kau menahan nafasmu kan? Hahaaa" Alvaro tertawa kuat
Vanaya menatap tajam Alvaro sambil menahan malu.
"Siall!! Kenapa gue ga menolak dicium tadi" Vanaya mengutuk dirinya sendiri
"Bibirmu sangat manis. Aku suka!!" Alvaro berbisik kemudian berjalan menuju kursi kebesarannya.
"Kalau kau masih melamun disitu, jangan salahkan aku kalau berbuat lebih gila padamu, Vanaya Anastasya" Sengaja dia menyebutkan nama lengkap Vanaya agar calon sekretarisnya itu tidak melamun.
Vanaya yang sedari tadi menegang seketika tersadar.
"Maaf, saya permisi" Ucap Vanaya
Tanpa mendapat izin, dia segera keluar dari ruangan itu dan menuju lobi perusahaan. Dia mengendarai mobilnya dan pulang menuju rumahnya, padahal saat ini masih jam kerja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments