Hari Pertama

Vanaya yang sudah bersiap-siap kemudian keluar dari kamarnya untuk sarapan bersama keluarganya.

"Pagi pa! ma!" Sapa Naya

"Pagi sayang" Ucap Zacky dan Zoya bersamaan

"Penampilan Naya udah rapi kan ma? Udah mirip Akuntan beneren ga sih ma? Heheee" Naya bertanya sambil menuju kursinya

"Wahh putri mama cantik banget. Perfect. Bukan mirip tapi emang Akuntan beneren sayang. Kan udah diterima kerja" Ucap Zoya

"Makasih ma! Eh Nathan ga sarapan ma?" Tanyanya lagi

"Sebentar ya mama panggil adikmu dulu" Zoya berlalu menuju kamar putranya

"Sayang, papa malah lupa nanya kamu. Interview di perusahaan mana yang lulus kemarin? Kan sebelumnya kamu banyak menjatuhkan lamaran diperusahaan-perusahaan besar" Tanya Zacky

"Naya lulus di perusahaan AVG. Perusahaan yang lagi naik daun itu lohh pa" Ujar Naya

"Wahh hebat kamu sayang! Papa doakan kamu betah kerja disana. Walaupun papa maunya kamu diperusahaan papa sih" Ucap Zacky

"Naya mau mandiri pa! Kalau kerja diperusahaan papa nanti malah jadi manja-manja! Malesan kerjanya, gimana?" Seru Naya

"Iya! Iya papa ngerti. Ooh ya doakan juga kerjasama papa sama perusahaan AVG diterima ya sayang. Kemarin papa ga bisa langsung datang kerumah sakit karena papa lagi meeting dengan AVG. Kalau berhasil kan nanti perusahaan papa bakal lebih cepat naik dan berkembang" Ucap Zacky lagi

"Oo gitu ya pa! Aamin!! Semoga diterima pa" Jawab Naya lagi

"Seru banget kayaknya. Lagi bahas apa papa sama Naya?" Zoya yang melihat keseruan suami dan putrinya itu bertanya sambil memapah Nathan untuk sarapan bersama-sama

"Iya nih ma. Papa baru tau kalau Naya lulus kerja di perusahaan AVG. Dan papa kemarin sore juga mengadakan meeting sama perusahaan AVG juga. Bisa kebetulan gitu ma" Jawab Zacky

Mereka memulai sarapan bersama dengan suasana hangat. Keceriaan dikeluarga mereka selalu terjaga. Mereka adalah keluarga yang harmonis. Keadaan rumah sudah kembali sepi. Zacky dan Naya sudah berangkat ke kantor masing-masing.

Perusahaan AVG

" Silahkan segera menuju ruangan auditorium ya untuk pengarahan sebelum bekerja" Sang Recepsionist mengarahkan beberapa staff baru yang masuk kerja hari ini

Vanaya yang baru saja tiba segera mengikuti arahan sang Recepsionist menuju ruangan auditorium yang tidak jauh dari sana.

Vanaya memilih duduk dikursi paling depan. Dia berpikir kalau duduk didepan bisa lebih paham dengan pengarahan yang disampaikan nanti.

"Selamat pagi semua" Sapa sang Koordinator

"Selamat pagi pak" Ucap para staff yang ada diruangan itu dengan semangat

Mereka semua mendengarkan pengarahan dengan baik. Tiga puluh menit berlalu, kini mereka dipersilahkan menuju ruangan kerja mereka masing-masing.

Alvaro yang baru tiba dikantor dan melewati auditorium itu berpapasan dengan Vanaya. Seketika Alvaro berhenti dan keliatan sambil berpikir.

"Wangi parfum seseorang! Tapi dimana aku mencium aroma wangi ini ya?" Alvaro berpikir dan teringat sesuatu. " Ya, wangi blazer wanita itu! Hmm...Sepertinya aku ga perlu bersusah payah mencarimu" Alvaro tersenyum smirk.

Alvaro yang baru saja sampai diruangannya segera menelepon sang asisten.

"Tom, segera datang keruanganku" Ucapnya

"Baik Tuan" Tom bergegas mempersiapkan beberapa berkas untuk dilaporkan kepada tuannya itu dan segera menuju ruangan Alvaro.

"Tuan, ini semua berkas yang harus anda tanda tangani. Dan pukul 10 nanti tuan ada pertemuan dengan perusahaan Lexy" Tom melapor

"Atur ulang jadwal pertemuan dengan perusahaan Lexy. Aku masih ada urusan yang penting pagi ini. Dan satu lagi, bawa semua staff yang baru diterima ke ruangan saya" Paham Tom?

"Tapi tuan, ini sudah yang kedua kalinya anda membatalkan pertemuan dengan perusahaan Lexy?" Tom mengingatkan tuannya

"Tidak ada bantahan Tom, segera laksanakan apa yang kuperintahkan" Jawab Alvaro tegas

"Baik tuan, Saya permisi"

Alvaro menuju kursi kebesarannya. Dia segera menanda tangani beberapa berkas yang sudah diperiksa sebelumnya.

"Tok! Tok! Tok! Permisi Tuan" Tom membawa masuk semua para staff baru keruangan Alvaro

Alvaro menghentikan aktivitasnya sejenak dan mendekati mereka satu persatu demi mencium aroma wangi seseorang yang diincarnya.

"Kalian semua boleh keluar kecuali kau" Alvaro menunjuk ke arah Vanaya

Mereka semua pun keluar dan kembali keruangan mereka masing-masing.

"Siapa namamu?" Tanya Alvaro

"Saya Vanaya tuan. Vanaya Anastasya! Ada yang bisa saya bantu, tuan?" Jawab Naya

Alvaro berjalan mendekati Vanaya. Sepertinya Vanaya tidak mengenali Alvaro karena saat pertemuan tidak terduga itu dia sangat buru-buru tanpa memperhatikan wajah orang yang sudah ditabraknya.

"Kau tidak mengingatku?" tanya Alvaro lagi

"Kita saling kenal? Maaf sepertinya tuan salah orang. Saya tidak mengenal anda tuan" Seru Naya

Alvaro semakin mendekatkan dirinya ke Vanaya.

"Coba perhatikan baik-baik wajahku. Mungkin kau akan mengingat dimana kita pernah bertemu" Kata Alvaro

Vanaya memperhatikan wajah Alvaro dengan seksama. Parasnya yang tampan dan rupawan. Memiliki tubuh yang atletis, hidung yang mancung, kulit putih bersih. Sungguh sempurna, bahkan Vanaya sampai terpesona.

"Apa kau masih belum ingat juga, Vanaya?" Alvaro mendominasi Vanaya hingga posisi mereka sangat dekat.

Vanaya yang merasa tidak nyaman mulai berjalan mundur menghindari kontak fisik dengan tuannya itu. Ya dia merasa sedikit risih dan terganggu.

Namun begitu, Alvaro ikut memajukan langkahnya sedikit demi sedikit dan akhirnyanya langkah maju mundur mereka terhenti karena saat ini posisi Vanaya sudah diperbatasan dinding ruangan itu.

"Maaf tuan! Saya tidak ingat! Dan saya yakin kalau kita tidak pernah saling kenal." Vanaya menjawab Alvaro dengan gugup

Alvaro yang memang sedari awal sudah menyukai Vanaya, tepatnya menyukai aroma tubuhnya tersenyum smirk.

Alvaro menatap mata Vanaya dalam-dalam. Dia memperhatikan seluruh wajah Vanaya yang sangat manis. Seketika pandangan Alvaro terhenti di area bibir Vanaya yang kelihatan pink dan lembab.

"Sangat cantik" tanpa sadar Alvaro memuji Vanaya.

Dan tanpa izin, Alvaro mendekap leher Vanaya dengan kedua tangannya, kemudian dia menyatukan bibir mereka dan mengecupnya.

"Cupp!! Manis sekali" Alvaro berbisik lembut.

Vanaya terlonjak kaget dan segera mendorong tubuh Alvaro dengan kuat.

"Plakkk" Vanaya menampar tuannya kemudian keluar dari ruangan itu dengan emosi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!