Zalina menghapus air matanya yang entah ke berapa kali. Hatinya begitu sakit saat mengingat kata-kata dari kedua orang tua Harry. Zalina pun kecewa dengan pria itu karena Harry tidak berusaha untuk mengejarnya. Bahkan sampai detik ini Harry tidak ada menghubunginya.
"Apa yang kau harapkan, Zalina?" Zalina bermonolog. Ia melemparkan ponselnya ke atas tempat tidur.
Dengan gaun yang masih melekat di tubuh rampingnya, Zalina merebahkan dirinya. Harapan Zalina untuk pergi dari rumah ini seakan sirna seketika. Zalina kini sudah tidak memiliki tumpuan apapun.
"Ayah, andaikan kau masih di sini!" Zalina bergumam dengan isak tangis yang begitu memilukan hati.
Zalina dengan cepat menghapus air matanya ketika ia melihat bayangan seseorang yang akan masuk ke dalam kamarnya. Zalina pun mendudukan dirinya.
"Zalina?" Brenda masuk ke kamar putri sambungnya.
"Ada apa?" Tanya Zalina dengan malas.
"Jangan bersedih! Besok kita akan ke Manchester. Mommy akan mengenalkanmu dengan pria yang lebih baik," Brenda tersenyum miring.
Zalina sudah bisa menangkap apa yang akan dilakukan oleh Brenda. Zalina begitu muak dengan kedua orang yang tinggal bersamanya ini. Ia ingin segera berpisah dari mereka.
"Aku akan pergi bersamamu. Asalkan kau memberikan ijazah milikku. Bagaimana?" Zalina membuat suatu perjanjian.
"Oh tentu saja, Sayang. Lagi pula ijazahmu tidak berharga di sini. Besok akan aku kembalikan ijazahmu," Brenda tersenyum.
"Baiklah," Zalina menyetujui. Di otaknya sekarang adalah bagaimana mendapatkan ijazahnya itu agar dirinya bisa mendapatkan pekerjaan dan hidup mandiri. Untuk urusan pria yang akan membelinya, Zalina akan memikirkan bagaimana caranya melarikan diri.
****
Setelah pulang dari pertemuan agenda pekerjaan di kota Manchester, Edvin beserta asisten pribadinya mengunjungi klub yang ada di kota itu. Sudah kebiasaan Edvin senang mengunjungi klub hingga mabuk-mabukan. Baginya saat ini itu adalah kegiatan yang menyenangkan untuknya.
Edvin dibesarkan oleh orang tua yang menjunjung tinggi attitude dan kesopanan, Ayahnya bernama Cleon, seorang parlemen senior Britania Raya. Sedangkan ibunya seorang desainer terkenal. Kedua orang tuanya selalu mengajarkan Edvin bagaimana bersikap dengan baik dan bijak. Apalagi ayah Edvin adalah seorang parlemen senior yang selalu saja di sorot oleh media. Hal itu membuat kedua orang tuanya selalu memaksa agar Edvin bersikap di jalur koridor yang benar. Mereka harus selalu membuat nama keluarga terlihat baik dan tidak tercoreng oleh apapun. Bahkan mereka selalu melarang Edvin untuk pergi ke klub malam. Ayahnya takut jika hal itu akan dijadikan senjata oleh orang-orang yang bersebrangan politik dengannya untuk menyerang keluarga mereka.
Awalnya Edvin adalah anak penurut. Namun saat ia mempunyai kekasih bernama Gwen hidupnya menjadi berubah. Gadis itu sangat liar, mengenalkan Edvin tentang dunia malam. Menurut Gwen, tak usah terlalu menuruti ajaran ayah Edvin yang dinilainya kolot. Gwen selalu berkata bahwa dunia ini hanya sekali, mereka harus menikmatinya dengan kesenangan. Akan tetapi, untuk sampai tidur bersama wanita, Edvin tidak pernah melakukannya. Setiap dirinya hampir melakukan hal demikian, wajah kedua orang tuanya selalu terbayang. Itulah hal memuakan bagi Edvin, karena dirinya tidak bisa bersenang-senang seperti pria kebanyakan.
Namun hubungan Edvin dan Gwen harus kandas. Gwen bertemu dengan cucu Ratu kerajaan Inggris, mereka saling jatuh cinta hingga akhirnya Gwen memutuskan Edvin secara sepihak. Meninggalkan Edvin dengan perasaan yang hancur lebur. Dari sana lah Edvin tidak berusaha untuk memulai hubungan dengan gadis mana pun. Bagi Edvin, pekerjaannya adalah yang paling utama.
Untuk melampiaskan rasa sakit hatinya, Edvin sangat senang mengunjungi klub dan meminum wine sampai ia mabuk. Jika ada wanita yang menurutnya menarik, Edvin akan membelinya untuk menemani malam. Bukan untuk tidur bersama, Edvin akan meminta wanita itu untuk menceritakan kisah hidup dan asmaranya. Jika ceritanya menarik, Edvin akan memberikan beberapa ratus pounds untuknya. Jika tidak menarik, Edvin akan mengusirnya dengan kasar. Begitulah Edvin menghabiskan waktu luangnya.
Malam ini Edvin dan Arthur, asisten pribadinya melangkahkan kakinya memasuki klub terbesar di kota Manchester. Hingar bingar lampu dan musik yang berdentum keras seketika menyambut kedatangan sang tuan muda. Edvin duduk di kursi yang berhadapan dengan bartender yang sedang meracik minuman.
"Mau minum apa malam ini, Tuan? Saya harap anda tidak sampai mabuk," suara Arthur sedikit di naikan karena alunan musik yang cukup keras.
"Aku ingin secawan sampanye," jawab Edvin dengan wajah datar.
Baginya mengunjungi klub hanya untuk pelampiasannya saja, pikirannya selalu saja teringat dengan Gwen. Gadis cantik yang sudah membuangnya bak sampah.
"Spesial untukmu, Tuan!" Seorang bartender cantik kemudian menuangkan sampanye di cawan milik Edvin.
Edvin menerimanya, ia langsung meminumnya hingga tandas. Malam ini ia ingin bersenang-senang melupakan rasa sakit hatinya pada wanita berambut blonde yang bernama Gwen.
Sementara di halaman klub yang sama dengan Edvin, Brenda tengah menyeret putri sambungnya. Ia terus menyeret Zalina tanpa perasaan meski telah beberapa kali gadis cantik itu mengaduh. Brenda dan Aneta sengaja membawanya ke klub yang ada di kota Manchester agar rencananya tak terendus oleh orang- orang yang mengenal dirinya dan mendiang suaminya. Mereka tak boleh tahu jika Brenda adalah ibu tiri tak berperasaan yang tega menjual putri tirinya demi uang.
Klub itu seperti klub khusus untuk orang-orang yang memiliki uang yang sangat banyak. Mengapa demikian? Karena untuk akses masuk ke dalamnya pun, pengunjung harus membayar uang masuk yang sangat mahal. Brenda rela merogoh koceknya cukup dalam untuk menjual Zalina. Ia yakin uang yang didapat akan lebih banyak dari apa yang ia keluarkan.
Brenda dan Aneta mengeret tangan Zalina untuk masuk ke dalam klub setelah mereka membayar uang masuk yang sangat mahal. Suara dentuman musik begitu memekakan telinga Zalina. Brenda dan Aneta tampak celingukan mencari panggung utama tempat diadakan lelang yang akan diadakan malam ini. Ya, malam ini akan diadakan lelang gadis. Pria kaya raya akan memberikan penawaran dengan harganya masing-masing untuk membeli seorang gadis.
Brenda dan Aneta mendaftarkan Zalina untuk di lelang malam ini. Semua seakan sudah biasa dengan adegan tidak manusiawi ini.
"Tuan, akan ada acara lelang seperti biasa!" Arthur memberi tahukan Edvin. Edvin mengangguk. Ia pun meminta segelas wine dan meninggalkan meja bartender lalu segera mendekat ke arah panggung yang khusus dibuat untuk acara lelang malam ini.
Zalina sudah masuk ke dalam list. Ada tiga gadis yang akan dilelang malam ini. Zalina menatap kedua gadis yang tampak ceria dan bahagia. Tidak seperti dirinya yang begitu ketakutan. Kedua gadis tadi mulai berjalan ke atas panggung. Beberapa pria mengajukan harga penawaran mereka.
"Kau berniat, Tuan? Sepertinya mereka akan menceritakan kisah hidup mereka dengan sangat baik," Arthur berkata sambil tersenyum. Kadang Arthur sendiri tidak mengerti apa tujuan Edvin selalu meminta wanita yang dibelinya untuk menceritakan kisah hidupnya.
"Tidak," Edvin meneguk wine yang ada di gelasnya.
Dua gadis tadi pun terjual dengan harga yang sangat menggiurkan. Kini giliran Zalina yang maju ke atas panggung. Beberapa pria sudah mulai menawar Zalina dengan harga yang tinggi.
"Bukannya gadis itu adalah putri si penghutang itu?" Edvin menyipitkan matanya.
"Benar, Tuan. Dia Nona Zalina Alison," Arthur mengiyakan.
"Rupanya wanita ular itu tidak menyerah untuk menjual anaknya," Edvin tersenyum merendahkan.
"Sepertinya begitu, Tuan."
"Dan putrinya sepertinya sangat rela dijadikan j*lang!" Edvin menertawakan Zalina.
Arthur pun hanya diam. Ia yang sudah menggali info sedikit prihatin dengan gadis itu.
"Sepertinya Nona Zalina memang sudah tidak memiliki semangat hidup, Tuan," Arthur memberikan opininya.
"Tidak memiliki semangat hidup? Apakah dandanan itu terlihat seperti tidak memiliki semangat hidup?' Edvin memperhatikan dandanan Zalina yang amat mencolok.
"Ku dengar ijazah Nona Zalina dirampas oleh ibu tirinya, Tuan."
"Ah, aku benci gadis yang lemah! Mengapa dia tidak berusaha mengambilnya?" Edvin merasa gregetan.
"Karena harta Tuan Alison semua atas nama Nyonya Brenda. Mungkin Nona Zalina takut diusir oleh ibu tirinya, Tuan."
"Hey, mengapa kau selalu menjawab pertanyaanku? Itu menyebalkan! Aku benci gadis lemah seperti itu!" Edvin menjawab dengan kesal.
"Nyatanya gadis lemah itu adalah kekasih dari Tuan Harry," jawab Arthur yang sukses membuat Edvin membelakakan matanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Andariya 💖
kasihan banget ini zelin 😭
2023-11-28
1
Nayla Varisha
kayanya edvin mau membeli zalina
2023-06-26
1
Iwed Dewi
seruuu..,.. crazy up thor
2023-06-26
1