Rencana Brenda

"Jangan berharap kau bisa keluar dari rumah ini! Ingat ijazahmu ada padaku!"

Brakkkk....

Brenda menutup pintu dengan sangat keras. Ia sangat marah karena niatnya untuk melunasi hutang dan mendapat uang dari tuan Edvin pupus seketika. Selain demi melunasi hutang dan mendapat uang, alasan Brenda menjual putri sambungnya adalah ingin membuat Zalina menderita. Edvin adalah sosok yang kejam dan tidak berperasaan. Brenda yakin Zalina akan menderita di tangan pria itu. Benar-benar niat yang sangat jahat.

Ada yang berkata jika mereka tidak suka sosok wanita yang lemah. Tapi berbeda dengan Zalina. Kehilangan kedua orang tua dan dijual oleh ibu tirinya membuat mental Zalina hancur dalam sekejap mata. Ditambah dengan keadaan dirinya yang tidak memiliki apapun cukup membuat nyali Zalina menciut. Ia takut diusir oleh Brenda. Tidak ada penopang lagi dalam hidupnya kini. Dunia seakan tidak memihak kepada Zalina saat ini.

Zalina tidak menangis. Air mata seakan habis. Zalina segera masuk ke kamar mandi. Ia melepas bajunya yang mini. Zalina masuk ke dalam bathub. Zalina tak lupa membawa ponselnya untuk mendengarkan lagu. Ya, untuk sekedar menenangkan hatinya yang sedang sangat kalut. Gadis itu menghembuskan nafasnya dengan kasar. Ia terus mendengarkan lagu untuk mengusir stres yang seakan membuat kepalanya terus berdenyut hebat. Tiba-tiba lagunya terhenti karena adanya sebuah panggilan masuk. Zalina mengambil ponselnya yang ia letakan di sisi bathub. Matanya melihat Harry menghubunginya. Ah, Zalina hampir lupa dengan kekasihnya sendiri.

"Hallo, Harry!" Zalina mengangkat telfon.

"Ayolah, Babe! Aku tidak suka saat kau memanggil namaku," ucap Harry dengan suara lembutnya.

"Kau masih di Wales?" Zalina tidak mood untuk berbasa basi.

"Aku sudah pulang. Malam ini kita bertemu ya? Aku akan mengenalkanmu kepada kedua orang tuaku," Harry menjelaskan maksud dirinya menelfon.

"Mengenalkanku pada kedua orang tuamu?" Zalina meluruskan badannya. Ia begitu terkejut dengan rencana Harry.

"Ya. Aku ingin hubungan kita berlanjut ke tahap yang lebih serius. Aku ingin keluargaku tahu siapa itu Zalina Alison yang mampu membuat aku bertekuk lutut," godanya yang membuat Zalina tersenyum malu.

"Kau mau kan?" Lanjut Harry.

"Tentu saja aku mau. Aku mau sekali," Zalina begitu bersemangat.

"Kalau begitu aku jemput nanti jam tujuh malam ya? Dandan yang cantik!" Titahnya.

"Aku tidak akan membuat kedua orang tuamu kecewa," timpal Zalina dengan bahagia.

Walaupun baru tiga bulan merajut asmara dengan Zalina, akan tetapi Harry sangat mencintai gadis itu. Harry bahkan sudah menyukai Zalina saat tiga tahun yang lalu. Tapi gadis itu dulu menolaknya karena ingin fokus dengan kuliahnya. Harry bisa menerima dan menunggu Zalina. Sedangkan Zalina berharap Harry tidak main-main. Ia ingin segera keluar dari rumah terkutuk ini.

****

Zalina sudah cantik dengan off shoulder dressnya yang berwarna sage. Ia ingin tampil di depan kedua orang tua Harry dengan sangat baik. Zalina sengaja mengekspos bahu mulusnya agar dirinya terrlihat lebih seksi tapi tidak berlebihan. Zalina juga memoleskan make up natural yang begitu cocok dengan wajah bulenya.

"Sempurna," Zalina memakai heels yang berwarna senada dengan dressnya.

Zalina keluar dari kamarnya begitu mendapat pesan jika Harry sudah ada di depan rumahnya. Baru lima langkah berjalan, Zalina sudah dihadang oleh ibu dan saudara tirinya.

"Mau ke mana kamu, Hah? Mengapa memakai baju seperti ini?" Brenda menatap Zalina dari kaki sampai rambut.

"Sepertinya Zalina akan jual diri, Mom. Lihatlah penampilannya! Sepertinya kemarin dia kecewa karena tidak jadi dijual olehmu. Aku kan sudah bilang, Tuan Edvin Zeuch tidak mungkin menyukai gadis seperti ini," sinis Aneta dengan menyilangkan tangannya di dada.

"Masuk!!" Bentak Brenda kepada Zalina.

"Malam ini aku akan bertemu dengan Harry dan kedua orang tuanya," jawab Zalina jujur.

"Apaa?" Pekik Aneta kaget.

"Iya. Harry akan mengenalkanku malam ini dengan kedua orang tuanya. Ada masalah?" Zalina tersenyum sinis pada saudara tirinya. Ia amat tahu jika Aneta mencintai Harry sejak lama.

"Aku tidak mengizinkanmu keluar. Aku akan membakar semua ijazahmu jika kau keluar dari rumah ini!" Ancam Brenda tak mau dibantah.

"Biarkan saja dia pergi, Mom!" Aneta menimpali. Sontak Brenda langsung menoleh ke arahnya dengan terkejut.

"Lihat kan? Aneta saja mengizinkanku pergi. Aku pergi!" Zalina berjalan melewati kedua orang yang menghadangnya.

"Mengapa kau mengizinkan gadis tidak berguna itu pergi? Apa ada yang salah dengan otakmu? Harry akan mengenalkan Zalina kepada kedua orang tuanya!" Brenda tampak tidak percaya dengan apa yang dilakukan oleh Aneta.

"Mom, biarkan dia pergi! Aku punya ide lain yang bisa membuat Zalina enyah dari hidup Harry," Aneta tersenyum licik.

"Rencana apa?" Brenda tidak sabar. Aneta pun membisikan rencana yang langsung muncul begitu tahu Zalina akan bertemu dengan kedua orang tua Harry.

Harry adalah pria yang dicintai Aneta. Ia menyukai pria itu saat dirinya berada di universitas yang sama dengan Harry. Sejak saat itulah Aneta menyimpan perasaannya. Waktu berlalu, Aneta tidak pernah berhasil menarik perhatian Harry. Hal yang sangat mengejutkannya adalah ketika Aneta mengetahui fakta jika Zalina menjadi kekasih Harry. Hal itu membuat Aneta semakin membenci saudara tirinya.

Sementara di luar, Zalina akhirnya bertemu dengan kekasihnya. Harry langsung memeluk gadis itu dengan penuh kerinduan. Sudah empat hari ini ia tidak bertemu Zalina. Harry begitu merindukannya.

"Aku turut bersedih dengan kepergian ayahmu!" Harry mengusap punggung Zalina.

"Terima kasih," jawab Zalina yang matanya kini berkaca-kaca.

"Jangan menangis! Kau harus tampil cantik di depan kedua orang tuaku," Harry mengurai pelukannya. Ia mengusap pipi Zalina lembut.

"Aku tidak akan menangis," Zalina tersenyum.

Harry menggandeng tangan Zalina menuju mobil miliknya yang terparkir di halaman rumah milik Zalina. Pria itu membukakan pintu mobilnya untuk gadis pujaan hatinya itu.

"Terima kasih," ucap Zalina.

Mobil Range R*ver milik Harry menembus jalanan yang sebentar lagi akan dipenuhi dengan daunan yang berguguran. Maklum saja, musim gugur akan segera tiba. Di sepanjang perjalanan, mereka terus bercengkrama. Zalina seakan melupakan kesedihan hatinya yang ditinggal sang ayah dan hendak dijual ibu tirinya.

30 menit kemudian, mobil Harry masuk ke pelataran restoran mewah yang ada di pusat kota. Kedua insan itu keluar dari mobil untuk segera menemui kedua orang tua Harry.

"Harry, aku gugup!" Zalina menatap restoran mewah di hadapannya.

"Ada aku," Harry mengambil tangan Zalina. Ia merasakan tangan gadis itu begitu dingin.

Keduanya pun masuk ke dalam restoran. Harry melihat kedua orang tuanya terduduk di area VIP. Maklum saja, Harry berasal dari keluarga kalangan atas. Ayahnya adalah seorang pemilik perusahaan Farmasi yang ada di London dan perusahaan itu sudah beberapa bulan ini diturunkan pada Harry. Hal itulah yang menjadi alasan Harry pergi ke kota Wales.

"Mom, Dad?" Harry tersenyum kepada kedua orang tuanya.

"Akhirnya kau datang juga," ayah Harry yang bernama Simon menjawab.

Zalina tersenyum kepada kedua orang tua yang tengah duduk dengan anggun di mejanya. Zalina melihat kedua orang tua Harry memperhatikan detail penampilannya. Sepertinya kedua orang tua Harry adalah orang yang perfeksionis.

"Selamat malam!" Zalina menyapa kedua orang tua kekasihnya.

"Selamat malam, Zalina! Silahkan duduk!" Simon membalas sapaan Zalina. Ibu dari Harry yang bernama Madison hanya menggoyang-goyangkan gelas di tangannya.

"Mom, Dad ini gadis yang selalu ku ceritakan, dan Zalina, ini adalah kedua orang tuaku," Harry menatap Zalina dan kedua orang tuanya bergantian.

"Kami turut berduka cita dengan kepergian ayahmu," Madison mengucapkan bela sungkawa.

"Terima kasih, Nyonya," sahut Zalina dengan tersenyum getir. Ia sangat sedih jika mengingat ayahnya yang baru saja pergi. Tapi sorot mata Madison seperti menyiratkan hal yang lain.

"Zalina, kau ada di sini?" Suara cempreng yang begitu Zalina kenal terdengar dari belakang.

"Brenda?" Zalina terkejut melihat kedatangan ibu tirinya itu.

"Sedang apa kau di sini?" Zalina refleks bertanya demikian.

"Ya ampun, ini ada acara apa?" Brenda pura-pura tidak tahu.

"Siapa dia, Harry?" Madison bertanya dengan tidak suka. Harry sendiri tampak bingung dengan kedatangan Brenda.

"Perkenalkan, saya adalah Brenda, ibu dari Zalina," Brenda langsung duduk di kursi yang kosong. Tepat di sebelah Madison.

"Ibumu?" Madison mengernyitkan dahinya.

"Dia ibu tiriku," sahut Zalina cepat.

"Ah, ada apa ini, Zalina? Kau akan menikah dengan Harry? Mengapa kau tidak memberitahu Mommy jika ada pertemuan keluarga? Syukurlah jika kau akan menikah. Perusahaan ayahmu sudah bangkrut, Zalina. Kita sudah tidak punya uang sedikit pun. Hutang ayahmu begitu besar. Tapi sekarang mommy bisa bernafas lega, kamu akhirnya bisa mendapat suami kaya raya seperti Harry anak dari Tuan Simon Balren," cerocos Brenda sambil meminum minuman milik Madison.

"Nyonya, tolong bersifat sopan!" Madison berkata dengan marah.

"Harry, apa benar yang dia katakan?" Simon bertanya kepada putra tunggalnya.

"Benar apa, Dad?" Harry balik bertanya.

"Apakah benar perusahaan keluarga Zalina sudah bangkrut?" Simon mempertegas pertanyaannya.

Harry menoleh ke arah Zalina yang duduk di sampingnya. Ia belum begitu tahu mengenai kondisi keuangan kekasihnya.

"Iya. Memang perusahaan ayahku sudah bangkrut, Tuan. Apakah ada masalah?" Zalina bertanya dengan nada sopan.

"Oh tentu saja masalah. Harry adalah anak tunggal dan seorang pewaris. Dia harus mendapatkan istri dari kalangan keluarga pengusaha sukses agar memperluas relasi kami dan juga agar mampu mengelola perusahaan secara bersama. Sedangkan dirimu? Aku tidak mungkin menyerahkan putraku pada seorang wanita yang gagal mengelola perusahaan. Bagaimana jika dirimu membuat perusahaan kami bangkrut?" Madison menjawab dengan cepat. Brenda bersorak dalam hati mendengar ucapan blak-blakan Madison.

"Mom!!!" Teriak Harry pada ibunya.

"Apa, Harry? Mommy hanya berbicara fakta dan realita. Kau seorang pewaris. Tidak mungkin Mommy menikahkanmu dengan seorang gadis yang tidak memiliki apapun," Madison menatap tajam pada putranya.

Zalina hanya menundukan kepalanya. Keluarga Harry sudah menolaknya dengan sangat tegas. Apa yang perlu di harapkan?

"Istriku benar, Zalina. Terlalu beresiko menikahi putra kami. Dia seorang pebisnis. Harus ada wanita hebat yang mendampinginya," Simon mendukung ucapan istrinya.

"Baik Nyonya, Tuan. Saya mengerti," Zalina memaksakan senyumnya.

"Saya izin pamit kalau begitu," Zalina berpamitan.

Walaupun hatinya sakit, tapi Zalina harus tetap bersikap sopan kepada kedua orang tua Harry yang telah merobek hatinya. Zalina pun berdiri dan melangkah pergi dari sana.

"Babe?" Harry berdiri hendak mengejar Zalina. Tapi Madison mencengkram tangan putranya.

"Silahkan susul anakmu!" Madison mengusir Brenda.

"Baik, saya permisi," Brenda pergi dari hadapan keluarga Harry. Wanita itu mengejar langkah Zalina.

"Ayo masuk dan ikut pulang!" Brenda menarik tangan putri sambungnya yang tengah menangis. Mereka naik ke dalam mobil yang dibawa oleh Brenda.

Sepanjang perjalanan Zalina terus menangis. Lagi-lagi kebahagiaan tidak berpihak kepadanya. Brenda hanya tersenyum senang melihat putrinya menangis.

"Menangis tidak akan membuat kedua orang tua Harry merestui kalian!" Brenda tersenyum sinis.

"Kau sengaja kan ingin menghancurkan segalanya?" Zalina memandang Brenda dengan marah.

"Iya. Lebih baik kau sakit hati dari pada nanti bukan? Zalina, aku sudah berbaik hati membantumu putus dengan Harry. Zalina, jangan menyalahkanku! Walau aku tidak memberi tahu mereka, cepat atau lambat mereka akan tahu jika keluarga kita sudah bangkrut," ucap Brenda yang membuat Zalina seketika diam karena perkataan ibu tirinya itu ada benarnya.

Zalina terdiam sampai mobil memasuki halaman rumahnya. Zalina langsung turun dari mobil dan masuk ke dalam rumah. Ia melewati Aneta yang tengah berdiri di depan pintu.

"Bagaimana, Mom?" Aneta mendatangi Brenda ke dalam mobil. Wanita itu duduk di samping sang ibu.

"Rencana berjalan sempurna. Saatnya kau mendekati Harry," ucap Brenda dengan senyum kemenangan.

"Bagus, Mom. Aku tidak ingin rencanaku mendekati Harry gagal. Harus kita apakan gadis itu?" Tanya Aneta.

"Kita bawa dia besok malam ke klub yang ada di pusat kota Manchester," Brenda tersenyum licik.

Terpopuler

Comments

Andariya 💖

Andariya 💖

huh..kok ada orang seperti itu ya😡😡😡

2023-11-27

1

Nayla Varisha

Nayla Varisha

geram sama ibu dan anak sama" gila

2023-06-26

1

Amrisa Simatupang

Amrisa Simatupang

agak naik darah ya baca nya.thor berhasil bikin kita marah 🤣

2023-06-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!