Edvin Zeuch memfokuskan pandangannya, berusaha menembak papan bulat yang menjadi sasaran tembakannya. Ya, hari ini dia sedang melakukan olahraga tembak di halaman rumahnya untuk mengusir jenuh. Segudang pekerjaan yang menumpuk di kantor tak ayal membuatnya setres juga.
Pria itu terlihat sangat tampan dengan kacamata hitam dan penutup telinga yang trendy. Edvin memang selalu terlihat sempurna, ia memang sangat suka memperlihatkan penampilannya yang memukai. Sebagai pengusaha yang sukses di Inggris, Edvin memang dituntut selalu bernampilan menarik.
Edvin Zeuch adalah seorang konglomerat muda yang menekuni bisnis alat penyedot debu tanpa kantong (Vacuum Cleaner). Dalam usia mudanya, ia sudah sukses dengan usahanya itu. Di samping memiliki perusahaan di bidang pembuatan Vacuum Cleaner, ia pun memiliki perusahaan fashion sebagai dedikasinya untuk sang ibu yang begitu mencintai dunia mode. Maklum ibu Edvin adalah seorang desaigner terkenal. Perusahaan fashion milik Edvin selalu ditunjuk untuk memenuhi pakaian anggota keluarga kerajaan. Baik itu untuk ratu saat masih hidup dulu, atau pun pangeran dan putri kerajaan.
Edvin tersenyum kecil saat sasaran tembakannya mengenai sasaran, ia menyudahi aktivitas menembaknya. Semua pelayan dengan sigap mengambi semua peralatan pria tampan itu.
"Tuan!" Asisten pribadinya yang bernama Arthur mendekatinya.
"Ada apa, Ar?" Edvin menatap sang asisten. Namun tangannya sibuk dengan minuman kemasan yang ia buka. Cuaca sangat terik, membuat pria tampan itu sedikit haus
"Ada yang ingin bertemu dengan anda, Tuan!" Arthur memberitahukan maksud kedatangannya.
"Ada yang ingin bertemu denganku? Jam sibuk seperti ini?" Edvin menatap arlojinya, ia sangat kesal siapa tamu yang mengganggu jam santainya.
"Ya, mereka menunggu tuan di ruang tamu. Nona brenda dan putrinya. Apakah tuan berkenan akan menemui mereka?" Tanya Arthur dengan nada yang sangat sopan.
Edvin menatap asisten pribadinya yang seumuran dengannya. Matanya menyipit saat mendengar nama Brenda disebutkan. Berani sekali wanita itu datang ke rumah pribadinya.
Edvin memang sangat tak menyukai Brenda. Dahulu perusahaan suami Brenda dan Edvin bekerja sama. Namun kerja sama itu selalu saja tak menguntungkannya karena sifat Brenda yang tamak menguasai keuangan perusahaan suaminya. Akhirnya suami Brenda yang Edvin tahu sudah meninggal itu meminjam sejumlah uang kepada perusahaan Edvin. Meskipun Edvin terkenal akan sikapnya yang tempramen, namun Edvin pun tak tega. Akhirnya ia meminjamkan uang untuk suami Brenda yang sudah diambang kebangkrutan.
Namun bukannya berterima kasih, Brenda malah semakin tak tahu diri. Dengan percaya dirinya, ia mengenalkan putrinya Aneta, dan mendatangi keluarga Edvin untuk merencakan perjodohan dan mengatur kencan bersamanya. Hal itu membuat Edvin murka, dan menarik beberapa saham di perusahaan suami Brenda. Menurutnya itu adalah sebuah bentuk penghinaan. Siapa Brenda? Bisa-bisanya ia begitu berani menghubungi keluarga Edvin dan berniat menjodohkan mereka? Apalagi bagi Edvin, keluarga mereka amat tidak selevel dengannya.
"Ya, aku akan menemuinya!" Edvin meninggalkan Arthur sang asisten, melangkahkan kakinya menuju ruang tamu.
Arthur menatap Brenda yang sedang duduk dengan angkuh sambil menyilangkan kakinya dengan pongah. Mata Edvin pun melihat seorang wanita muda yang memakai dress mini berwarna cokelat terang. Sesekali wanita itu menutup bagian tubuh atasnya yang sedikit terbuka dengan telapak tangannya.
"Ada apa kau ke sini?" Edvin menatap Brenda dengan tatapan mengintimidasi
"Maaf, Tuan! Aku ingin berbicara denganmu sebentar saja," rajuk Brenda dengan suara yang mendayu-dayu, namun membuat Edvin sangat muak.
"Katakanlah!" Edvin kini duduk di sofa yang ada di hadapan ibu dan anak sambung itu. Tangan Edvin mengetuk-ngetuk meja.
"Begini tuan, suami saya sudah meninggal. Saya sudah tak sanggup lagi membayar hutang-hutang suami saya dahulu. Saya ke sini berniat untuk memberikan anak gadis saya saja. Tuan bisa memperkerjakan dia apa saja. Yang penting hutang-hutang suami saya berkurang atau mungkin bisa lunas. Dan saya juga ingin mengambil pinjaman lagi kepada, Tuan," Brenda blak-blakan menjelaskan maksud kedatangannya.
Edvin berdecih, ia lalu tersenyum sinis. "Jadi maksudmu kau akan menjual gadis ini? Kau akan jadikan dia j*l-ang dan penebus hutang-hutangmu begitu?" Edvin mempertegas.
Saat mendengar kata j*lang, Zalina terlihat berkaca-kaca. Ia sangat benci dengan pria yang ada di hadapannya yang bersikap sangat arogan. Namun ia lebih membenci sang ibu tiri. Sebenarnya saat tadi sebelum berangkat, Zalina berusaha melarikan diri begitu tahu maksud Brenda akan membawanya. Namun Aneta memergoki Zalina dan memaksanya untuk ikut ke rumah pria yang ia tak tahu siapa.
Di hatinya, Zalina berharap semoga Edvin menolaknya dan membiarkannya untuk pergi. Setelah itu Zalina akan memikirkan cara bagaimana untuk kabur dari ibu tirinya yang memuakan itu.
"Bukan begitu, Tuan. Saya hanya menawarkan saja. Karena saya sudah tak sanggup untuk membayar hutang-hutang suami saya dan saya pun memerlukan uang untuk kehidupan kami ke depannya!" Ratap Brenda dengan wajah liciknya.
Edvin memperhatikan Zalina dari ujung kaki sampai ke atas. Wanita itu sangat membuatnya tak berselera. Apalagi ekspresi culun dan ketakutannya yang mendominasi. Ah, Edvin sudah bisa menebak pasti wanita itu dipaksa oleh Brenda. Namun siapa yang peduli? Itu bukan urusannya dan sama sekali tidak penting baginya.
"Aku tidak berminat dengan wanita yang mempunyai orang tua yang hobi berhutang. Silahkan pergi dari rumahku!" Usir Edvin, yang membuat hati Zalina lega dan bersorak.
"Tapi, tuan-" Brenda merasa keberatan, bahkan wajahnya sudah pucat. Niatnya ingin menjual Zalina kepada pria kejam, malah ia diusir dari rumah Edvin
"Cepat pergi! Atau aku akan menghancurkan hidupmu! Jangan pernah menemuiku kecuali kau akan membayar hutang-hutangmu!" Hardik Edvin dengan suara yang memenuhi langit-langit ruangan.
"Baiklah tuan kami akan pergi. Akan tetapi, jika tuan berubah pikiran, segera hubungi saya!" Rayu Brenda tanpa mengenal rasa lelah.
"Kami permisi!" Brenda kemudian menarik tangan Zalina dengan kasar, lalu meninggalkan ruangan itu.
Edvin tak menjawab, ia memijit pelipisnya yang tiba-tiba saja berdenyut. Arthur yang sedari tadi berdiri di belakang sofa yang diduduki Edvin pun melangkahkan kakinya, memberikan secangkir cokelat panas yang menjadi favorit untuk sang tuan muda.
"Jangan terlalu berat memikirkan masalah tadi, Tuan!" Nasehatnya yang terdengar di telinga Edvin sebagai nasihat yang sok bijak
"Aku tak habis pikir ada ibu yang akan menjual anaknya!" Edvin menggelengkan kepalanya.
"Setahu saya nona yang tadi adalah anak tiri Nyony Brenda, Tuan. Saya pun tak asing dengan wajah nona itu!" Arthur mencoba mengingat-ngingat wajah Zalina yang menurutnya sangat familiar. Tapi di tidak ingat. Setelah ini, Arthur akan mencari tahu siapa Zalina.
"Aku tak ingin tahu dan tak peduli dengannya. Sudahlah persiapkan dirimu! Sore ini kita akan ke kota Manchester. Ada proyek yang menjanjikan di sana."
Arthur menundukan kepalanya, dan kemudian mengangguk. "Saya akan siapkan keberangkatan kita."
Edvin mengangguk, ia kemudian meninggalkan sang asisten pribadi. Edvin akan mempersiapkan kepergiannya untuk sore nanti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Shakila Anwar
Brenda ibu tiri yang kejam.
2023-06-26
0
Amrisa Simatupang
semoga Brenda dapat karma
2023-06-25
0
Nayla Varisha
kasian zalina
2023-06-23
0