Sedari tadi Airin hanya mengaduk-aduk minuman yang dia pesan, Airin terus diam dan terlihat berpikir sekarang. Yoonjae sendiri dengan sabar menunggu Airin membuka pembicaraan diantara mereka, Yoonjae terus memperhatikan Airin sembari sesekali menyeruput kopinya.
Setelah merasa menunggu cukup lama, Yoonjae lalu berdehem pelan dan kemudian membuat Airin mendongak melihat ke arah Yoonjae.
“Kau, tidak haus?” tanya Yoonjae pelan.
“Ah,,,haus,” jawab Airin dengan kikuk, dan kemudian meminum jus pesanannya.
Karena terburu-buru Airin sampai tersedak, dan terbatuk-batuk sekarang. Yoonjae menghela napas pelan, lalu kemudian menepuk-nepuk punggung Airin.
“Pelan-pelan saja! Aku, tidak akan meminta minumanmu, Airin_ssi,” ujar Yoonjae.
Airin kembali melihat ke arah Yoonjae, gadis itu lalu menghela napas dalam dan menarik beberapa lembar tisu untuk membersihkan bibirnya yang basah. Yoonjae sendiri lalu berhenti menepuk-nepuk punggung Airin dan kemudian menatap gadis itu lekat.
“Sekarang, apakah kita bisa bicara?” tanya Yoonjae kemudian.
Airin tidak segera menjawab, gadis itu justru menatap Yoonjae lekat. Lalu kemudian menarik tangan Yoonjae cepat.
“Yoonjae_ssi, apakah aku wajib melahirkan bayi ini? Apakah, kau tidak bisa membiarkanku menggugurkannya saja? Aku,,,aku masih ingin meraih mimpiku,” ucap Airin yang tidak ingin hamil.
Yoonjae tidak segera menanggapi pertanyaan Airin, dia menatap gadis yang ada di hadapannya ini dengan wajah datar. Sangat datar hingga Airin tidak tahu apa maksud dari tatapan Yoonjae.
“Yoonjae_ssi, aku mohon lepaskan aku! Aku, tidak akan meminta uang kompensasi atas kesalahan ini, tapi biarkan aku menggugurkan bayi ini. Aku, belum siap menjadi seorang ibu,” ucap Airin lagi, tanpa tahu kondisi Yoonjae saat ini tidak bisa memilih option yang Airin tawarkan ini.
Airin sendiri sebenarnya bukan tidak mau hamil, karena saat mendengar didalam rahimnya sekarang ada sang anak dan Yoonjae. Airin begitu senang, hingga rasanya Airin ingin menangis tadi. Hanya saja Airin lebih takut kalau sampai Paman dan Bibinya tahu. Airin pasti akan dibunuh oleh mereka, itu artinya Airin justru akan menyakiti bayi itu. Airin memilih tidak memiliki ikatan batin sejak awal, dari pada akhirnya dia harus kehilangan bayi itu di kemudian hari.
Yoonjae yang sedari tadi diam saja, menarik napas dalam lalu kemudian menyeruput kopinya pelan. Airin menunggu dengan cemas jawaban dari laki-laki yang semakin hari terlihat tidak sehat di mata Airin ini.
“Baiklah kalau itu yang, kau mau,” jawab Yoonjae kemudian.
Airin melebarkan matanya tidak percaya dengan jawaban Yoonjae. Kenapa semudah ini Yoonjae menyetujui permintaannya ini?
***
Airin baru saja akan bersiap pergi ke kantor, setelah mengobrol banyak dengan Yoonjae. Akhirnya mereka berdua sepakat untuk menggugurkan bayi di dalam kandungan Airin. Tentu saja Airin tidak mengetahui, kalau sekarang Yoonjae sudah pasti tidak bisa berharap memiliki seorang anak lagi. Karena Yoonjae sendiri sudah divonis mandul, efek dari pengobatan kanker yang Yoonjae jalani beberapa bulan ini.
Airin keluar dari kamarnya lalu mendapati Pamannya sudah berdiri di depan pintu, lalu dengan cepat menarik rambut Airin dengan kasar. Airin memekik lalu memegangi pangkal rambutnya, sembari terus melangkahkan kaki mengikuti arah sang paman menyeretnya. Kulit kepala Airin terasa sangat sakit, seakan-akan kulitnya akan terkelupas sekarang.
Dalam satu hentakan Paman Airin, lalu melempar badan Airin random hingga Airin terpelanting dan membentur dinding. Airin meringis kesakitan lalu mulai menangis, Paman Airin sendiri lalu kembali mendekat pada keponakannya dan langsung menampar gadis itu keras. Airin terhuyung hingga jatuh ke lantai.
“Mana uang sewamu?” ucap Paman Airin dengan nada tinggi.
Airin menatap nanar ke arah sang paman sekarang, matanya tidak berhenti mengeluarkan air mata.
“Ma,,,maaf, Paman bulan ini aku tidak bisa memberimu uang sewa. Ak,,,aku harus membayar hal penting lainnya,” jawab Airin terbata-bata karena merasa kesakitan dan juga ketakutan sekarang.
“Apa, kau bilang? Tidak bisa membayar sewa? Jangan bercanda!” tukas Paman Airin yang kembali memukul Airin dengan membabi buta, tanpa belas kasihan sedikitpun pada Airin. Gadis itu hanya bisa menangis dan berteriak berkali-kali, meminta untuk sang paman menghentikan tindakannya saat ini.
Airin setengah merangkak masuk ke dalam kamarnya kembali, Airin sudah tidak menangis lagi. Tapi, saat ini wajahnya sudah lebam-lebam dan banyak luka yang mengeluarkan darah segar dari badannya. Gadis malang yatim piatu itu, sudah tidak memiliki tenaga lagi untuk berdiri. Dengan kesusahan akhirnya Airin bisa masuk ke dalam kamarnya lagi. Airin lalu membaringkan badannya ke lantai kamarnya begitu saja. Baginya hanya kamar ini tempat yang paling aman baginya. Pamannya sudah pergi entah kemana, sedangkan Bibinya belum kembali dari sauna.
Airin menghela napas dalam, lalu kemudian memegangi perutnya pelan.
“Apa, dia baik-baik saja? Badanku sudah remuk rasanya,” lirih Airin bermonolog.
Airin sedang mengkhawatirkan kandungannya sekarang, Airin lalu merogoh saku celananya. Airin mencari-cari ponselnya dengan sedikit kesusahan. Airin lalu menekan satu nomor yang hampir tidak mungkin untuk Airin hubungi. Karena pada dasarnya mereka berdua tidak sedekat itu untuk saling menyimpan nomor masing-masing.
“Halo,” lirih Airin sudah seperti tidak memiliki tenaga.
“Ini aku, Airin,” ucap Airin lagi semakin lemah.
“Eo, aku tahu. Aku, menyimpan nomormu, Airin_ssi,” jawab Yoonjae yang sekarang sedang memotong roti isinya, dan kemudian memasukkan sepotong roti itu ke mulutnya.
Terdengar suara Airin tertawa kecil, walaupun jelas sekali gadis itu seperti tidak memiliki tenaga untuk sekedar tertawa. Yoonjae mengerutkan keningnya merasa ada yang tidak beres dengan Airin.
“Apa yang terjadi padamu, Airin_ssi? Semuanya baik-baik saja bukan?” tanya Yoonjae yang mencium hal buruk sedang terjadi pada Airin.
“Aku, baik-baik saja, Yoonjae_ssi. Apakah, aku bisa minta pertolonganmu sekali ini saja?” tanya Airin lagi dengan suara semakin lemah.
“Eo, katakan saja!” sahut Yoonjae cepat.
“Datanglah ke rumahku, Yoonjae_ssi. Ak,,,aku kesakitan,” ujar Airin lagi dengan nada yang tersengal sudah tidak bisa menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya lagi.
Yoonjae reflek berdiri, dan wajahnya menegang karena mendengar suara Airin yang benar-benar seperti orang kesakitan sekarang.
“Di mana rumahmu? Kirim lokasimu sekarang! Aku, akan segera kesana,” tukas Yoonjae yang mulai panik.
“Eo,” singkat Airin mengiyakan.
Telepon keduanya lalu terputus. Dengan bergegas Yoonjae lalu berlari meninggalkan apartemennya begitu saja. Yoonjae tidak berlama-lama lagi langsung menuju lokasi rumah Airin.
***
“Beruntung sekali kandungannya baik-baik saja,” ucap Dokter Sujin setelah memeriksa Airin.
Sesampainya Yoonjae di rumah Airin, gadis itu membukakan pintu untuk Yoonjae dengan merangkak. Kondisi Airin yang babak belur, dan luka-luka membuat Yoonjae terbelalak terkejut. Tidak berpikir dua kali, Yoonjae lalu membawa Airin ke rumah sakit tanpa bertanya dari mana Airin mendapatkan luka-luka itu.
Mendengar ucapan Sujin, tidak serta merta membuat Yoonjae bernapas lega. Yoonjae memegang tangan Sujin cepat.
“Kondisi gadis ini bagaimana? Apakah, luka-lukanya sangat parah hingga sampai sekarang dia belum sadar?” tanya Yoonjae kemudian.
Sujin menatap Yoonjae sejenak, sangat jelas sekali kalau Yoonjae mengkhawatirkan Airin sekarang. Sejurus kemudian Sujin tersenyum tipis, dan menepuk pundak Yoonjae pelan.
“Ini efek suntikan penenang tadi, makanya Airin masih tertidur hingga sekarang. Kondisi Airin tidak baik-baik saja, sepertinya ini bukan kali pertama Airin menerima luka-luka seperti ini. Lihatlah lebam-lebam ini,” ujar Sujin yang kemudian menunjuk lebam-lebam di tangan Airin.
“Ini sudah pudar menghitam, itu tandanya ini sudah cukup lama. Ini sudah berwarna coklat samar-samar, ini mungkin sudah lewat 1 bulan, dan yang ini baru saja, karena masih biru keunguan,” terang Sujin menunjuk lebam-lebam di tangan Airin bergantian.
Yoonjae terlihat semakin tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Yoonjae mengusap wajahnya kasar lalu melihat ke arah Airin.
“Lalu, siapa yang melakukan ini padanya? Apakah orang tuanya? Tapi, kenapa?” tanya Yoonjae sedang bertanya-tanya sendiri sekarang.
Sujin menghela napas dalam, lalu menggelengkan kepalanya pelan.
“Ini, tugasmu untuk mencari tahu, Yoon. Jangan sampai ini mempengaruhi kehamilan Airin nantinya, kau tentu tidak lupa kalau ini satu-satunya harapanmu memiliki seorang anak,” ucap Sujin mengingatkan Yoonjae.
Yoonjae melihat ke arah Sujin, ketika mendengar ucapan sahabatnya itu. Yoonjae menatap Sujin sekilas, lalu kemudian tersenyum tipis.
“Kami, sudah sepakat akan melakukan aborsi pada bayi ini, Sujin_a. Karena ini semua hanya kesalahan, aku tidak mungkin mengikat Airin dengan bayi di dalam perutnya ini,” ujar Yoonjae pelan, dan sekarang kembali menatap ke arah Airin yang masih memejamkan matanya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
❂Tsukuyomi✧[Hiatus]
kasian Airin /Sob/
2023-10-13
0
❂Tsukuyomi✧[Hiatus]
cih , orng begini lebih baik di punahkan
2023-10-13
0
Ichakim
Wahh ku tarik kata2ku 😭
2023-10-12
0