“Alexiooooooooooooo!!!!!
Suara cempreng itu menghampiri gendang telinga Alexio yang sudah berjalan menyusuri koridor sekolah. Pakaian olahraga yang masih dipakainya, dengan celana digulung satu mencapai lutut dan jaket yang tersampir di lengan kanannya menambah pesona pemuda tampan itu.
Tanpa menoleh pun, Alexio tahu siapa pemilik suara yang mampu merusak gendang telinga siapapun yang masih punya pendengaran baik.
Dira Kairan Ladh, gadis paling tengil dan memiliki kapasitas daya otak yang hanya sampai 2 GB menurutnya, lemot tapi untuk mencari alasan mendekatinya mengalahkan kecepatan otaknya tadi.
Konyol
Tidak masuk akal
Ya begitulah Dira
Seolah semesta hanya menghadirkan Alexio di sekitarnya.
Alexio tetap berjalan gontai, mengabaikan suara pekikan jin pohon asem itu.
Sorak sorai kekaguman mengiringi langkahnya, tak lupa tatapan penuh harap juga diarahkan padanya dari para gadis yang dilewatinya.
“Ihh Alexio!!!!” pekik Dira masih bertahan mengejar pria idamannya.
Siapa yang menolak pesona seorang Alexio.
Hanya orang buta
Gila
Tidak waras
Kelainan seksuall
Selera rendah
Dan diragukan jika manusia
Pemuda itu tampan, malah sangat tampan, rupawan, gagah, pintar, mempesona, kaya raya.
Ah kalau kaya itu Dira tak ambil pusing, keluarganya juga sama berasal dari kalangan berada, anggap saja bonus dari kelebihan seorang Alexio.
Lihat!! Betapa mahirnya gadis tengil itu mendeskripsikan wujud Alexio yang menarik perhatiannya dari awal pertama jumpa.
Ia masih berlari, kaki kecilnya berusaha menggapai Alexio yang memiliki langkah besar.
“Eishhhh dah keburu kabur lagi doi gue.” Gerutunya masih berlari.
“Minggir woy, gue mau nyusul gebetan gue.” Ujarnya saat banyak para siswa sekolah yang menghalangi jalannya.
Padahal bukan menghalangi, pikiran suuzonnya saja yang beralasan seperti itu. Padahal sudah memang begitu ketentuan alamnya, jika jam pulang sekolah sudah tentu semua area tempat itu akan penuh dengan siswa-siswi yang berhamburan untuk pulang dengan tempat yang sama-sama di tuju. Pintu keluar.
“Yaaaahhh ilang lagi kesayangan gue.” Keluhnya saat Alexio sudah lenyap saat ia sudah berhasil mencapai halaman sekolah, tempat parkiran yang berisi beragam kendaraan.
Matanya menatap pasrah saat mobil keluaran Inggris itu sudah melesat melewati gerbang, menyisakan serimbunan siswa yang juga bersilewaran di sana.
“Awas aja, besok-besok gue tambah lagi kekuatan frekuensi gue biar nyampe ke hati cem-ceman gue itu.” Seru Dira penuh semangat, berjalan riang kearah mobil hitam yang sudah menunggunya di luar gerbang sekolah.
Sementara Alexio, yang sudah berhasil menghindari gadis tengil tadi kini fokus mengendalikan mobil Bentley Continental 24 miliknya yang berwarna kuning hitam. Mobil keluaran Inggris ini adalah hadiah dari ayahnya yang susah payah membawanya mencapai Indonesia, mengingat kendaraan itu bukan karena perkara mahal namun produksinya yang hanya berjumlah 24 unit dan semuanya hanya dijual di Eropa cukup membuat ayah Alexio bangga ketika mendapatkan unit kendaraan yang ia hadiahkan saat Alexio berucap asal ketika ia berulang tahun.
Alexio memang asal saja berucap, karena ia yakin ayahnya tak mampu mendapatkannya, namun seorang Bisma Junior, pengusaha properti dengan kerajaan bisnisnya, tentu mudah mengabulkan hal itu, meski sempat berdebat dan melakukan banyak hal keras untuk mendapatkan benda berharga 4,2 miliar itu.
Di sela mengemudinya, Alexio diam, namun tangannya sudah menggenggam benda yang menjadi awal mula kesialannya sampai diuber-uber oleh Dira sampai saat ini.
Ya, ia seolah menjadi buronan gadis tengil itu.
“Gue akan membalas siapapun yang membuatmu seperti ini.” Ucapnya pelan, nyaris berbisik, dengan netra yang melekat pada diary merah muda yang masih ada dalam genggamannya.
.
.
.
“Bang” panggil Dira pada abangnya, Paul Ladh yang kali ini dengan sukarela menjemputnya pulang sekolah.
Pemuda tampan 22 tahun itu adalah satu-satunya kakak laki-laki Dira. Menjadi mahasiswa di sebuah universitas swasta bergengsi di Jakarta. Membawa cap playboy dan most wanted membuat Paul layak di jadikan tempat Dira untuk mengadukan keluh kesahnya saat ini.
“Hmm, paan.” Sahut Paul, membetulkan seatbelt Dira yang kerap kali terpasang asal. Uluhh uluhhh, abang Paul so sweet banget memang, mau lah dibagiin satu copian yang kek gini.
“Dira mau tanya bang.” Ujar Dira menatap sang abang yang juga menoleh padanya.
“Iya apaan.” Jawabnya lagi.
“Gimana cara nembak orang?” tanya Dira
Paul mengerutkan dahinya, “Heh?? Kamu mau....” ia membentuk pistol menggunakan jari telunjuk dan jempolnya lalu mengarahkan ke kepala Dira.
“Bummmpp,, begono?” tanya Paul lagi
“Bukann!!!, ih abang nih, maksudnya itu nembak cowok, nembak,, emhhh..” Dira berpikir sebentar.
“Nyatain perasaan bang maksudnya, nembak cowok yang pasti keterima.” Tambah Dira mengartikan.
Paul sebenarnya sudah paham kemana arah kalimat adik kecilnya itu, hanya saja pikiran jahilnya tak mau melewatkan satu hari pun tanpa membuat bibir adiknya mengerucut sebal padanya.
“Kenapa? Kamu di tolak?” tanya Paul langsung ke intinya.
Bergeming, ya, Dira membenarkan dalam diamnya.,
Hingga...
“Bwahahahahahahah.” Tawa setan itu menguar di dalam mobil yang tentu pelakunya adalah Paul, abang Dira.
“Kok bisa ditolak sih adek abang yang cantiknya melebihi abangmu ini.” Mencubit pipi mulus Dira dengan jemarinya.
“Ihhh sakit, Dira serius bang.” Dira menepis cubitan menyebalkan itu,
“Memangnya yang kamu sukain itu kek gimana, abang mau tau dulu.” Tanya Paul penasaran, pusat perhatiannya kini tertuju pada Dira seorang, mengabaikan mobil yang sedari tadi masih diam di tempat.
Apa yang akan diceritakan adik tersayangnya tentu jauh lebih menarik dari pada apapun saat ini.
“Pintar?” tanya Paul memulai interograsinya.
Dira mengangguk membenarkan.
“Tampan?”
Dira mengangguk lagi.
“Kaya?”
“Hemm.” Sahut Dira
“Bagosss.” Paul menepuk kepala Dira pelan penuh rasa gemas.
“Bagus apanya sih.” Dira mencebik sebal.
“Adekku ini normal berarti. Suka yang pintar, tampan dan pastinya kaya.” Kekeh Paul.
“Dira gak matre bang!!!! Kebetulan aja dia paket lengkap.” Celoteh Dira gemas.
“Lah, kongsi dengan sesama kaya itu bagus dek.” Seloroh Paul.
“Kongsi, kongsi, cinta bang bukan bangun toko kami.” Balas Dira bertambah sebal.
“Iya, tapi baguslah, kalo sama yang gak kaya namanya kamu beramal, sayang kohhh.” Lagi, Paul terkekeh.
Hingga, jemari lentik Dira mendarat sempurna pada lengan kekar Paul.
“Awwwwww, sakeeettt!” jerit Paul mendapat serangan sang adik.
“Dira bukan abang, yang incerannya cewek kaya semua.” Cetus Dira menatap tajam Paul
“Makanya abang mu ini dapet julukan Playboy VIP dek, gak bakalan dikatain oranglah, lah kan sama-sama kaya.” Ucap Paul merasa bangga.
“Dihh.” Cibir Dira
“Coba bayangin, kalo kamu sama doi, kamu bakalan sama-sama tajir melintir, terus anak kalian bakalan jadi sultan atau crazy rich gitu.” Asumsi Paul dengan konyolnya. Namun, ucapan barusan tak menahan rona merah di pipi Dira.
“A-anak?” ulang Dira
“Hei, kenapa kamu?” tanya Paul melihat adiknya diam.
“Dira nih mau nembak dia dulu abang, belum mikirin anak!!!!” teriak Dira gemas.
“Yeee orang di kasih gambaran masa depan.” Sahut Paul
“Tapi tetap aja....” Ucapan Dira tertahan kala melihat siluet dihadapannya.
Menubruk mobil kuning hitam yang tadi setahunya sudah pergi dari tadi.
“Bang, bang.” Panggil Dira semangat
“Itu orangnya.” Tunjuk Dira pada cowok yang keluar dari mobil mewahnya yang diparkir tepat di depan mobil yang ditumpangi Dira.
“Itu? Bukannya.... wahhhhh itu tajir banget namanya. Pinter banget pilihan adek abang ini.” Paul menepuk kepala Dira bangga.
“Tapi bang.......” Dira memelankan suaranya, seolah dramatis.
“Paan.” Toleh Paul lagi.
“Dia udah nolak Dira beberapa kali bang.” Ucap Dira.
“Apa? Wah itu cowok gila namanya, tapi... tapi wajar sih.” Jawab Paul menatap iba, namun ada smirk di sudut bibirnya.
“Kok wajar sih. Dira pokoknya tetap mau sama Alexio. Karena kalau dekat di itu, jantung Dira itu salto bolak balik bang.” Ungkap Dira tanpa malu sama sekali.
“Kamu itu tengil banget jadi cewek, kali aja dia geli liat ulet nangka modelan kamu dek.” Kekeh Paul yang ditembak tatapan penuh amunisi mematikan dari Dira.
“Kan abang sendiri yang bilang, itu namanya frekuensi pasangan kita kan? Dan Dira ngerasain kenceng banget bang macem jaringan 10G bang.” Lagi, Dira mengungkapkan perasaannya.
“Ya udah, lanjutkan Dira. Cowok itu, sungguh menggugah selera siapapun. Abang aja nyaris naksir tadi.” Random, Paul bergumam konyol lalu tertawa setelahnya.
Meninggalkan Dira yang termangu menatap Alexio yang masih berdiri di sisi pintu mobilnya, dengan penampilan yang kini hanya mengenakan kaos dalaman saja, tentunya gradasi warna biru dan kuning. Berharap jika pemuda itu, menoleh kearahnya, melambaikan tangan, bahkan bila perlu melempar senyumnya yang sulit sekali Dira dapatkan. Bahkan bayangannya pun enggan Dira capai.
Sedeh banget sih Dira. Wkwkwkkkwkwkwkw. Upsss!
Gue memang Playboy VIP. Perempuan mana yang menolak pesona pria tampan seperti gue.... Tapi, perempuan yang akan selalu gue lindungi dan tak akan gue sakiti,,, hanya ibu gue... Dan juga adek gue... Dira Kairan Ladh... Baca ini tulisan dari abangmu tercinta dan tertampan,,, Paul Ladh
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
famousST31
Xia pacarnya kah????🤔🤔🤔🤔🤔
kok gak rela ya. bucin bnget kykny si alexio.
kshn sm dira jdiny😮💨😮💨😮💨😮💨😮💨😮💨😮💨😮💨😮💨😮💨😐
2023-06-23
0