“Tidak mau.” Tolak Alexio melihat kedatangan Bisma yang menggarang saat pintu baru terbuka.
“Kalau kau tidak mau...” Alexio tentu paham betapa kerasnya paksaan ayahnya. Ia menoleh pada beberapa pria kekar yang berdiri di belakang tubuh Bisma. Menghela nafas kasar, ia merampas paperbag dari seorang kurir pengantar pesananya dan meninggalkan pintu terbuka begitu saja.
Alexio tanpa peduli, masuk kembali ke dalam kamar. Memakai pakaian yang baru dibelinya tadi, dan duduk sejenak, “Sial. Kenapa aku tidak pernah bisa lari dengan tenang.” Desisnya yang menatap nyalang ke arah pintu kamar.
Ia tentu bisa memastikan jika Bisma masuk bersama pengawalnya untuk menyeretnya pulang ke rumah keluarga besar Bisma.
“Aku pulang ke sana dulu, Alexia, jangan khawatir, aku tidak akan meninggalkanmu.” Ucapnya mencium diary merah muda milik Alexia, dan memasukkannya ke dalam tasnya kembali.
Ceklek
“Ayo, kita pulang.” Bisma menarik pantatnya dari atas sofa ruang tamu, menatap pengawalnya agar mendekati puteranya, memastikan bocah itu tidak melarikan diri lagi.
“Aku tidak akan kabur.” Ucap Alexio menatap dingin para pengawal yang mendekatinya.
“Papa tidak yakin, Alexio. Ayo.” Bisma dengan langkah tegasnya meninggalkan Alexio dalam pengawalan anak buahnya.
Apartemen ini, sungguh membuat Bisma terkekeh konyol. Bagaimana bisa puteranya memikirkan membeli hunian ini begitu saja. Meski tabungan puteranya lebih dari cukup untuk membeli penthouse sekalipun. Tapi ia cukup terkesan dengan pikiran mendadak Alexio.
Ia yakin apartemen dengan furniture lengkap ini tidak dikenali Alexio sebagai salah satu properti milik ayahnya. Ya, apartemen A-part ini milik seorang Bisma. Dan puteranya baru saja membelinya.
Ingin rasanya ia tertawa sekarang jika saja tidak menjaga perasaan puteranya.
.
.
.
Di sinilah Alexio saat ini, Golden School. Sekolah yang dimiliki keluarganya, dan ia dengan pasrah masuk begitu saja saat Bisma mengultimatum-nya melanjutkan sekolah yang harusnya sudah ia jejaki satu tahun yang lalu. Tapi karena kejadian memilukan itu, Alexio sempat menunda sekolahnya dan menjalani perawatan intensif hingga dilarikan ke Australia dan melanjutkan sekolah di sana.
“Hai, bro.” Seorang pemuda seusia dirinya menepuk bahunya begitu saja, membuat Alexio langsung menembakkan tatapan tajam sekaligus risih begitu tepukkan itu beralih menjadi rangkulan.
“Eihh santai woyy, santai.” Balas pemuda itu yang sadar maksud tatapan Alexio.
“Gue, Andi, Andi Lau, lo siapa?” Pemuda tinggi 170 cm dengan perawakan mata sipit, berkulit kuning langsat dan rupawan itu mengulurkan telapak tangannya sebagai bentuk jabatan perkenalan.
“Ya Tuhan, di cuekin gue.” Merasa hampa, ia berniat menarik kembali tangannya.
“Gue Barry, Barry Austin.” Yang ditanya siapa, yang menjawab malah siapa. Barry Austin, pemuda tinggi 175 cm, bertubuh padat, kulit hitam manis dan juga sama tampannya dengan Andi menyela perkenalan itu.
“Salam kenal, Andi.” Ucap Barry namun matanya menyorot pada Alexio. seolah tengah menyindir langsung.
“Alexio Bisma.” Sahut Alexio tanpa mengulurkan tangan seperti mereka tadi. Setelah mengucapkan namanya, ia bertolak meninggalkan dua dedemit itu.
“Eh, mau kemana anak baru!!!” pekik Andi menyusul Alexio cepat yang diikuti Barry di sebelahnya.
“Lo juga anak baru kali.” Cetus Barry menggelengkan kepala.
“Iya memang.” Balas Andi mempercepat langkahnya.
Mereka bertiga melangkah dengan tujuan yang sama. Lapangan tempat para siswa-siswi tahun ajaran baru akan melaksanakan OSPEK di sana, para senior sudah berjejeran mengitari para anak baru. Dengan pimpinannya berdiri di atas podium, memperhatikan anak baru yang siap mereka kenalkan sekolah kebanggaannya.
Beberapa siswi centil sudah mencuri pandang pada sosok Alexio yang baru saja datang. Dengan angkuhnya pemuda itu duduk di pojokan paling ujung. Seolah enggan terlihat atau menjadi bahan perhatian orang.
“Hei yang di ujung, kemari.!” Teriakan senior yang menggunakan pengeras suara mengganggu ketenangan Alexio tapi tidak digubris sama sekali.
“Woy!!! Lo kemari.” Tekan senior tadi menatap Alexio tegas.
“Eh Alexio, sono dipanggil ketua ospek.” Bisik Barry harap-harap cemas, tapi tak juga di tanggapi Alexio yang malah menyibukkan diri dengan balik menatap senior itu dengan arogannya.
“Ohh lo melawan ya, okeh, ini pendisiplinan bagi siswa yang tidak patuh pada peraturan ospek sini.” Senior tadi terpicu egonya untuk menghampiri murid baru itu. Sorakan dari rekannya sebagai bentuk semangat pun menjadi pacuannya mendatangi Alexio.
“Alexio Bisma?” ucap senior itu membaca name-tag Alexio.
“Siswa baru, belagu, lo?” sindir senior itu, beberapa pasang mata ikut menyaksikan hal itu.
“Maju.” Titahnya pada Alexio, tapi lagi-lagi seorang Alexio menulikan telinganya, ayahnya saja ia bantah, modelan senior seperti itu mau dituruti oleh Alexio? tidak akan!
“Bangun woy!!” merasa tersulut akan sikap arogan Alexio, senior itu menendang paha Alexio dengan cukup kuat, meski tidak menciderai.
Berhasil, Alexio menarik tatapannya langsung membelah keberanian senior itu. Berdiri dengan pasti. Kini ia sudah sejajar dengan senior yang menantangnya tadi. Ya, bukan sekedar berniat mendisiplinkan, tapi sudah membawa ego pria di sana, menantang siswa baru dengan cara pria.
Bugh!!!!
Tanpa diduga, Alexio melayangkan pukulan keras ke wajah seniornya yang tentu tidak menyadari akan tindakan tiba-tiba dari seorang junior.
Pekikan terkejut menyertai semua mata yang menyaksikan hal itu, kaget? Tentu, siapapun yang mengikuti dari awal, tentu kaget dengan aksi barusan.
Waw!!!! Salute sama Alexio
“Cih.” Membuang ludah kasar, senior yang dibalas dengan pukulan itu menatap Alexio nyalang.
“Lo!!! Berani sama gue?? Gak akan bisa lo lanjutin sekolah di sini!! Paham!!!” teriaknya lalu berdiri untuk membalas Alexio,
“Oh ya? lakukan jika bisa!!” Alexio menantang langsung ucapan yang syarat akan ancaman.
Baru saja pukulan akan diberikan senior tadi, suara menyela mereka, “Woy, woy, woy, stop, stop!!!” seorang siswa merangsek di antara keduanya. Bersamaan beberapa anggota ospek lain pun ikut menimbrung.
“Sorry, kita gak tahu, sorry ya.” ucap siswa yang baru datang tadi. Ia menyikut senior mereka, “Buruan kelarin dan damai.” Bisiknya segera.
“Kalian apaaan sih!!!” senior tadi menolak damai, namun ia segera tercengang ketika sesuatu dibisikan ke telinganya.... dan setelah itu, mereka meninggalkan Alexio dan melakukan aktifitas seolah kejadian tadi tidak pernah ada.
.
.
Brak!!!
“Aduh!!!!” ringis sebuah suara yang baru saja ditabrak pundaknya oleh Alexio.
“Woy!!!! Maen tinggal aja.” Alexio tidak berbalik untuk minta maaf sama sekali, pemuda itu bergegas menarik handel pintu mobil lamborgininya dan pergi dari area parkiran.
Membuat si korban meradang seketika.
“Arrrghgggg, awas kalo ketemu lagi, aku bal------ eh ini paan?” ucapnya ketika menatap sebuah benda yang berkilauan tak jauh dari tempatnya berdiri.
“Diary? Punya cowok tadi?” ucapnya sendiri.
“Untung aku terpesona, coba kalo gak, udah aku beberin isi buku ini, hihihi.” Ucapnya lagi, terkikik mengingat sosok yang membuatnya terpesona saat ospek tadi, dan kini benda milik pemuda itu, sudah ada di tangannya. Diary merah muda, dengan Dira Kairan Ladh yang sudah gatal mau membuka isinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
bininya rudi
ya ya ya, aku paham kok Dira, paham banget malah, karena apa coba????? karena akuu pun sama🤣🤣🤣🤣 gk juara, tp lulus loh smpe kuliah lurus2 amat kok🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2023-06-22
1
mak shila
thor visualny artis indo smua ya🤭🤭🤭🤭🤭🤭 jd ktauan deh aku pengikut seneteron sejati😁😁😁😄😆😆😆😆
2023-06-21
3
Dina Marimba
lanjut thor
2023-06-21
1