Alexio menghirup dalam-dalam udara tanah airnya yang sudah 4 tahun ia tinggalkan. Langkahnya tetap tidak mau menyamai kedua orang tuanya. Ia memilih di belakang, pura-pura menyibukkan diri dengan gadgetnya sendiri.
“Bawa semua koper ke dalam mobil, dan jangan biarkan Alexio menumpang. Penuhi mobil dengan apapun agar ia tidak bisa masuk.” Titah Bisma pada pimpinan pengawal pribadinya diam-diam.
“Siap tuan.” Jawab pengawal dan bergegas memberi tahu semua bawahannya agar melakukan perintah Bisma tadi.
Benar saja, begitu sampai di mobil, tidak ada sela bagi Alexio menumpang di mobil selain yang ditumpangi orang tuanya.
Ia menatap penuh selidik. “Pindah sana, aku mau di sini.” Ucapnya dingin, sorot matanya tajam menatap anak buah ayahnya yang membatu di kursi masing-masing.
“Ku bilang p-i-n-d-a-h.” Ulangnya menekan kata yang terakhir, namun hening jawabannya.
Memejamkan mata, lalu menatap mobil ke dua yang berisi orang tuanya.
“Cepat pindah, kalau tidak mau aku hajar kalian semua.” Dinginnya mengancam.
“Ma-maaf tuan, ka-kami tidak berani pindah ke mobil tuan Bisma.” Sahut pengawal di dalam yang merupakan bawahan saja. Karena pimpinannya berada di mobil kedua sebagai sopir ayahnya sekaligus.
“Cepat, aku tidak mau tahu.” Ketus Alexio, tapi sedetik ucapannya keluar, pintu mobil langsung otomatis di tutup. Menyisakan kejutan dalam diri Alexio.
“Berani-beraninya mereka.” Ujarnya, mendebrak pintu mobil keras dengan kakinya lalu mengayun menuju mobil tempat kedua orang tuanya berada.
“Alexio.” Linda menoleh saat Alexio sudah berada di sisi pintu penumpang
“Mas---.” Belum selesai Linda berucap, Alexio malah menolak langkahnya masuk ke dalam taksi. Ia memilih menaiki kendaraan lain ketimbang bersama orang tuanya.
“ALEXIO!!!!” panggil Bisma berteriak melihat puteranya pergi begitu saja.
“Susul cepat!!” Titah Bisma segera agar mobil mengikuti kepergian putera semata wayangnya.
“Siap tuan.” Jawab pengawalnya. Mobil bergegas menarik gas dan mengikuti taksi berwarna biru.
Sementara di dalam taksi...
“Cepetan pak. Saya akan bayar mahal jika mobil di belakang tidak menjangkau taksi ini.” janji Alexio pada sopir yang bingung dengan permintaan penumpangnya.
Brak!!!
Gepokan uang ia letakkan di atas dashboard. Bukan rupiah, namun pecahan dollar yang dengan yakin Alexio taruh di sana.
“Hah!!” melongo sudah si sopir mendapati uang asing mendarat di depan penglihatannya.
“Uang itu, ambil. Asal taksi ini menjauh dari mobil di belakang.” Ulang Alexio memberi janji pada pengemudi di sebelahnya.
“Si-siap.” Sahut sopir menyanggupi dan segera menekan pedal gas untuk melaju lebih kencang. Bahkan liukan taksi di antara kendaraan lain membuktikan jika sopir patut diandalkan Alexio agar jauh dari jangkauan orang tuanya.
“Jangan harap kalian bisa mengaturku. Jangan harap.” Kecam Alexio lirih bahkan nyaris tidak terdengar.
“Tuan, kita kehilangan jejak tuan Alexio.” Pengawal yang mengendalikan mobil bersama Bisma memberi tahu jika anak buahnya yang berada di depan kehilangan taksi yang membawa Alexio.
“Sial!! Kemana anak itu pergi lagi.” Geram Bisma, dan membuat Linda di sampingnya mendadak khawatir.
“Alexio.” Lirihnya dan diiringi isak bersamaan.
“Tenang. Kita akan mencari sampai dapat.” Ucap Bisma menenangkan isterinya.
“Lacak GPS-nya.” Perintah Bisma yang diangguki pengawalnya,
Sang pengawal segera membuka layar keberadaan Alexio. tapi seketika layar yang menampilkan posisi Alexio hilang.
“Hilang tuan. Sepertinya tuan Alexio mematikan ponselnya.” Lapor pengawal tersebut yang ditanggapi Bisma dengan desah nafas kuat.
“Lacak yang lainnya, bukankah....” belum selesai ia mengatakannya ia teringat sesuatu... “Sial!!! Tas yang berisi GPS itu tidak di bawanya.” Bisma mengepalkan genggaman tangannya membayangkan jika Alexio memberontak kembali.
.
.
.
Di sinilah Alexio saat ini....
Danau yang menjadi tempat tujuannya. Ia lupa bagaimana bisa mengingat keberadaan tempat ini.
“Damai. Ini yang aku inginkan.” Ucapnya, melangkah menuju dermaga kecil yang ada di tengah danau.
Nafasnya terdengar lega. “Tenang.” Ujarnya menilai sekeliling. Dan selanjutnya ia merebahkan tubuhnya di atas papan kayu tempat duduk. Menatap langit sore yang begitu cantik dengan bias cahaya jingga di antara birunya warna langit.
Tangannya merogoh sesuatu di balik tas selempang miliknya. Benda yang selalu dibawa kemanapun ia pergi. Diary Alexia.
31 Agustus 2008
Hai Al.
Kata kamu mau balik besok ya?
Wuihhh aku gak sabar deh.
Ayo buruan pulang. Kangen banget Al.
Love you kakak-ku.
Alexio membaca kembali lembaran yang membuat hatinya menghangat seketika.
7 September 2008
Alexio jahil banget tadi.
Tapi aku suka, karena Al sudah bisa diajak main lagi
Yeeeee semoga Al sembuh dan bisa maen lagi.
Tanpa sadar, air matanya mengalir dengan kurang ajarnya. Luapan kerinduan Alexio pada mendiang kembarannya. Terlahir dari rahim yang sama, berada berdua selama 9 bulan dalam kandungan, dan 11 tahun berteman, tidak bisa menghilangkan kenangan itu begitu saja. Apalagi kematian Alexia dipicu oleh loyalitasnya untuk melindungi dirinya.
Meraba bagian tubuhnya yang terdapat hati milik Alexia di sana, “Hati ini, apakah kau menyisakannya tetap dingin seperti ini, Alexia? Kenapa aku tidak merasakan kehangatan sedikitpun dari hatimu ini.” Lirihnya mengadu.
“Al, nanti kalo kamu sembuh. Bawa aku jalan-jalan ya. kamu kan udah banyak keliling dunia, aku mendem aja di rumah.” Ucapan Alexia yang kala itu memohon padanya agar suatu saat ini juga diajak berjalan-jalan keluar dari tempat dingin itu. Rumah yang mengurung Alexia bersama para pelayan dan pengawal. Menyisakan bocah perempuan usia 8 tahun tanpa orang tuanya dan kembarannya.
“Aku akan membawamu kemanapun, Alexia. Aku janji. Tapi... setelah aku membalas dendam pada mereka.” Janji Alexio
3 jam ia mengurung dirinya di danau sunyi itu. Hingga kini ia sudah berada tepat di salah satu gedung tinggi, kediamannya yang ia beli beberapa jam yang lalu.
Apartemen pribadinya. Tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya.
Lihat, begitu recehnya apartemen mewah itu bagi anak Bisma Suprapto, bukan?
Ia menggerakan kepalanya ke kiri dan ke kanan, pertanda letih sekali tubuhnya hari ini. Lalu kakinya bergerak meraih handel pintu yang merupakan kamarnya agar segera bisa berlari menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
1 jam kemudian, ia keluar dari kamar mandi dengan lilitan handuk di pinggangnya. “Aku lupa pakaianku.” Desisnya kesal sendiri. Ia tadi memang melarikan diri dari orang tuanya hanya membawa tas selempang saja, berisi dompet dan ponsel saja.
Dan sekarang, ia harus menahan diri sampai baju yang sedang ia pesan akan diantar entah berapa menit lagi tiba.
Memilih menunggu, ia meraih ponselnya. Menyalakan dan segera sibuk dengan dunia gamenya.
30 menit kemudian.... suara bel pintu apartemen miliknya berbunyi nyaring, membuat si pemilik bergegas menuju pintu, masih dengan handuk di tubuhnya.
Ceklek!
“Rumahmu bukan di sini. Alexio, pulang!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
emak othor
belagu bmget ini si Pa'ul, untung ganteng jd mMak gak masalah😝😝😝😝😝😝 salam ya buat babang saloka, amanda manopo, verel, jeffry nichole, mandra, si doel dan arti laennya
2023-06-22
0
kingJOKSP
bau2ny ini si Pa-ul narsis lepel tinggi ini🤔🤔🤔😎😎😎😎😎😎😎 mnta di tabok itu kepedean level cabe saitoni
2023-06-22
0
bininya rudi
gk bnrr si pa ul ini😆. org adekny nnya serius mlah nyuruh kongsi, gabung harta bang biar jd sultan kli ya
2023-06-22
0