Bab 4

2 tahun kemudian.....

Brummmmmmmmmmm

Deru suara mesin motor mengaung di larut malam yang harusnya tenang. Jalan Angsana yang sepi dari lalu lalang kendaraan umum justeru terisi oleh hamparan manusia dengan usia remaja baik laki-laki maupun perempuan. Dan jangan lupa asap rokok maupun asap dari kendaraan saling beradu menambah keriuhan malam.

Ajang adu gengsi si pemilik suara kendaraan bising yang kini sibuk menunggangi kuda besi mereka agar cepat sampai di batas akhir garis finish.

Taruhan adalah modal gengsi berikutnya, yang membuktikan jika mereka adalah kumpulan parakeluarga kaya raya. 100 juta cash sebagai hadiahnya.

Alexio, salah satu penunggang motor sport berwarna kuning dengan helm biru serta jaket merahnya memacu cepat menembus angin malam dengan pemotor lainnya kini berada di belakangnya.

“Sial!!!!” seru Jonathan yang berusaha menggapai kecepatan Alexio tapi gagal.

“Hayo Alexxxxxxx, aku padamu!!!!!!” pekik sintia, yang diikuti auman dua sahabatnya yaitu Rena dan Jena di sisinya, memberi semangat untuk Alexio agar menjadi pemenangnya.

Dan......

“YESSS!!!!!!!” seru Andi dan Barry sahabat Alexio yang berteriak berbarengan ketika mendapati Alexio sudah berhasil mencapai garis finish dan menjadi juaranya.

Namun tak lama.....

BRUKKKKK

“SHITTTTTT”!!!!!!! geram Alexio, membanting helmnya di atas stang motor, marah ketika motornya di sruduk keras oleh motor Jonathan yang tentunya sengaja dilakukan. Memantik amarah pemuda yang baru mendapat gelar juara itu untuk....

Bugh

Bugh

Dua jotosan kini bersarang di wajah tampan Jonathan yang masih duduk di atas jok motornya seolah menunggu kedatangan Alexio atas tindakan konyolnya.

“Lo sengaja kan, sialan, brengsek!!!!” umpat Alexio menarik kerah pemuda itu dan memberikan pukulan lagi.

Dan setelah itu.... perkelahian di antara para pria di sana di mulai malam itu.

.

.

.

.

“Lo gak apa-apa, bro?” tanya Andi setelah mereka sudah berada di markas mereka. Rumah berlantai dua itu merupakan milik Alexio dari hasil jerih payahnya memacu kendaraan secara liar.

“Cih, banci sialan itu, cih.!! Decih Alexio meludah dengan sisa darah di air liurnya,

“Pelan-pelan setan!!!!” Seru Alexio saat Barry mengoles salep untuk mengobati luka sahabatnya yang menghiasi ujung bibirnya.

“Eleh, barusan ngatain orang banci, luka kecil aja udah gak tahan Lo.” Balas Barry menekan ujung cotton bud di atas luka Alexio secara sengaja.

“SETAN!!!” Geram Alexio memundurkan kepalanya, menatap tajam pada Barry yang justru mengulas senyum tengilnya tanpa rasa takut sedikit pun.

“Ya udah kalo gak mau dibantu, sono ke rumah sakit atau minta obatin sama Andi noh.” Barry melempar salep berikut perlengkapan obat tepat di pangkuan Andi hingga mengenai perut pemuda itu,

“Woy, Setan!!!! Sakit sialan!!” kini Andi yang memaki Barry, bagaimana tidak, ia merasakan sakit ketika benda yang dilempar Barry menubruk perutnya yang belum seberapa kuat itu.

“Heleh, lemah semua Lo pada, letoyy.” Barry bangkit dari duduknya, meninggalkan Alexio dan Andi, menuju pantry untuk mengambil minum.

“Lo gak balik ke apartemen?” Tanya Andi menoleh pada Alexio yang sudah merebahkan tubuhnya di atas sofa berwarna merah., menutup wajah dengan salah satu lengan yang ditaruh di atas wajahnya.

“Gak.” Jawabnya masih dengan posisi yang sama.

“Nginep di sini?” Lagi, Andi melempar tanya.

“Hmmm.” Alexio hanya menjawab dengan dehaman.

“Bar, Lo nginep juga gak??? Gue mau nginep di sini bareng Alex.” Teriak Andi kepada Barry yang masih betah mojok di pantry.

“Ya!!!!” sahutnya dari tempatnya duduk.

“Kalian balik aja sana. Gue males liat muka kalian berdua.” Cetus Alexio masih menutup wajahnya.

“Wehh sialan Lo. Kita ini susah seneng bersama, jadi apapun itu ya kita harus sama-sama.” Sabda Andi bijaksana meski apapun ucapannya tetap tak dianggap serius oleh dua tuyul yang berparas tampan dan bergelar sahabatnya.

“Cih, geli gue dengernya.” Sambar Barry yang berjalan menghampiri keduanya dengan setoples keripik kentang dalam pelukannya.

“Terserah.” Pungkas Alexio, artinya kata itu harus menjadi kata yang tidak boleh ada lanjutannya.

Dini hari......

“No,,,, no,,,, no.” Alexio mengigau di tengah tidurnya, perlahan wajah rupawan itu mulai berhias bulir-bulir bening yang mulai membesar menyamai biji jagung.

Tubuh atletisnya menggeliat di atas sofa yang ia tiduri sebelumnya.

Gelisah.

Itulah gambaran dari Alexio yang terlelap dengan baju yang mulai merembes keringat.

“Tidak.... Tidak!!!!!!!.” Mata itu terbuka, lengkap dengan tubuh yang ikut tertarik duduk. Wajahnya pucat, deru nafas yang dibuktikan dengan gerakan naik turun pundak pemuda itu melengkapi pengaruh bunga tidurnya barusan.

Matanya mengedar liar, dilihatnya ia masih berada di markasnya. Barry dan Andi sudah terkapar di atas karpet bulu berwarna kuning dengan stik playstation tergeletak asal, baik di dada maupun di sisi kepala. Terlelap tanpa terganggu dengan teriakan Alexio barusan.

“Sorry....” Gumam Alexio pelan yang menunduk sambil mengatur nafasnya yang masih kasar.

“Maafin gue.” Lanjutnya menahan sesak mengingat mimpi barusan.

Alexio beranjak dari duduknya. Kaki kokoh dan gagah itu bergerak menaiki undakan anak tangga satu persatu.

Kakinya terus melangkah menuju satu tempat yang tertutup pintu berwarna kuning. Pelan ia memutar handel pintu, membukanya dan masuk.

Memutar netra tajam mengelilingi sudut ruangan yang didominasi oleh warna kuning, biru dan merah. Ranjang King size menyapanya di ujung dekat jendela balkon. Entah mengapa sudut ranjang besar itu malah berada di pinggir, tidak sama dengan pengaturan kamar pada umumnya yang meletakkan posisi ranjang di tengah. Yang lucunya adalah, bentuknya yang bulat, tidak persegi seperti tempat tidur yang sering kita lihat.

Pun dengan meja, kursi sampai cermin dan lemari yang juga membentuk layaknya lingkaran. Lukisan yang juga tergores dengan bentuk yang sama. Dan jangan lupakan, paduan warna dominasi merah, kuning dan biru. Menjadi ciri khas seorang Alexio.

Ia masih diam terpaku, menatap satu sudut. Sebuah foto yang berada dalam figura kecil, diletakkan di tengah meja bundar di tengah ruangan.

Cantik.... itu gambaran potret yang ia pandangi.

“Gue rindu, pulanglah.” Ujarnya dengan tatapan penuh harap.

Tak lama, ia memutar tubuhnya.

Beringsut meraih handel pintu, lalu keluar dari ruangan yang menguarkan aroma mawar lembut bercampur vanila dan mint segar.

Kembali menuruni anak tangga satu persatu, tanpa menoleh ataupun berpamitan dengan kedua sahabatnya yang masih teronggok dengan posisi tidur yang sudah berubah, namun tetap asal tak ada pesona sama sekali.

Alexio menuju pintu keluar, kakinya menuju tempat motor sportnya yang masih setia di parkiran. Baru beberapa langkah, ia berhenti. Menoleh sekilas ke sudut kiri. Ada sebuah dinding rumput tinggi yang rapi di sana.

Menatapnya sebentar lalu kembali melangkah menuju kendaraannya, meraih kunci, dan menghidupkannya.

Derum suara motor mengaung di kegelapan dini hari yang sudah sedikit digores oleh cahaya kebiruan, menyongsong sang fajar yang sebentar lagi akan mengirim sinarnya.

Gerbang besar yang secara otomatis terbuka saat sensor mendeteksi keberadaan Alexio.

Melepas kepergian pemuda 18 tahun itu,dan membiarkannya menghilang di sunyinya malam.

Aku membaca semua hal yang membuatku menggila sampai saat ini. Semua yang membuatku membenci nama-nama yang tertulis di sana. Termasuk,,, Kau. Dira Kairan Lad

Meski kau menolakku lagi, dan lagi, aku akan terus mengelilingi duniamu. Hingga kau melihatku, hanya aku seorang, Kau.... Alexio Bisma

.

.

.

Terpopuler

Comments

Risty Rista

Risty Rista

terserah lambemu lah dira.
baek baek pa katamu lah
aku nurut aja, klo nimpuk aku ngikut, klo ditinpuk aku kabor

2023-06-24

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 (Revisi)
2 Bab 2 (Revisi)
3 Bab 3 (Revisi)
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Promo Karya Baru
139 Bab 138
140 Bab 139
141 Bab 140
142 Bab 141
143 Bab 142
144 Bab 143
145 Bab 144
146 Bab 145
147 Bab 146
148 Bab 147
149 Bonchap (1)
150 Bonchap (2)
151 Bonchap (3)
Episodes

Updated 151 Episodes

1
Bab 1 (Revisi)
2
Bab 2 (Revisi)
3
Bab 3 (Revisi)
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Promo Karya Baru
139
Bab 138
140
Bab 139
141
Bab 140
142
Bab 141
143
Bab 142
144
Bab 143
145
Bab 144
146
Bab 145
147
Bab 146
148
Bab 147
149
Bonchap (1)
150
Bonchap (2)
151
Bonchap (3)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!