"Wan kenapa zan lama sekali memanggil putri zahra?" Ucap seorang wanita paruh baya tanpa menatap wan yang selalu disampingnya.
Wan membungkuk lalu menjawab dengan hormat "saya tidak tahu yang mulia, apakah perlu saya menyusul zan?"
"Hmm susul zan, ada hal yang perlu ratu ini katakan pada putri ku" Ucap wanita paruh baya yang merupakan ratu kerajaan martanesia atau penguasa yang sangat di hormati, dengan tenang ia membaca beberapa kertas sekali kali menorehkan tinta dan meminum teh dengan anggun.
"Ba-
" YANG MULIA PUTRI PERTAMA ZAHRA MARTANESIA MEMASUKI RUANGAN" Ucapan wan terpotong mendengar pemberitahuan prajurit di depan pintu.
Wan menunduk lalu kembali di posisi yaitu di belakang ratu.
Zahra memasuki ruangan dengan anggun dan tenang beda lagi di hatinya 'toa versi alami' batin zahra mendengar suara prajurit yang berteriak sekeras toa sehingga membuat nya sedikit terkejut.
Saat memasuki ruangan kerja ratu, ia dapat melihat seorang wanita paruh baya yang ia yakini ratu malisa mertanesia atau ibu kandung tubuh ini. Dari sudut pandang nya ratu malisa terlihat anggun,tegas,berkharisma serta terlihat seperti gampang tangan dalam membunuh sama seperti nya dulu.
'Tapi gw lebih mahir' batin zahra membanggakan diri.
"Salam ibunda ratu" Zahra memberi salam dengan menunduk kan kepala sedikit lalu menatap tenang ratu malisa. Ini merupakan sopan satun kerajaan yang dimana keluarga kerajaan hanya menunduk kan kepala sedikit untuk memberi salam. Berbeda dengan para bawahan yang membungkukkan badan sampai setengah badan.
Ratu malisa hanya mengangguk lalu berdiri berjalan di kursi yang kelihatan seperti sofa menurut zahra bedanya cuman ada satu semenatara lain nya kursi kayu yang pasti kursi seperti sofa itu hanya untuk ratu sementara raja? Hanya duduk disamping kanan ratu dan disamping kiri adalah kadidat ratu dengan kursi kayu sama seperti anggota kerajaan lainnya.
"Kemarilah nak" Ucap ratu menepuk kursi di sebelah kirinya dengan tersenyum lembut terlihat sangat tampan.
Zahra mendekat lalu berjalan di depan ratu malisa
"Ayo nak silahkan duduk..ada hal yang ingin bunda katakan pada mu" Ucap ratu malisa menarik tangan zahra dengan lembut menduduk kan nya di kursi sebelah kiri.
"Ta-pi bunda ratu kenapa putri ini duduk sebelah sini?, bukannya ini milik adik? Putri ini takut adik marah dan memusuhi ku" Ucap zahra menunduk kan kepala seolah-olah sedang sedih dan takut. Beda lagi ekspresi di balik topeng nya dengan penuh drama.
Ratu malisa mengerti apa yang dikatakan putri kandungnya, karena putri angkatnya itu selalu merengek meminta pada suami sah nya agar bisa duduk di tempat kadidat ratu. Suaminya selalu meminta nya dengan berbagai cara untuk dapat mewujudkan permintaan putri angkatnya itu entah itu dengan malam di kasur atau pun dengan cara kotor lainnya. Ya ratu malisa mempunyai 1 suami sah yaitu saint martanesia yang merupakan pangeran dari kerajaan timur, ratu sangat menyayangi nya tetapi bukan berarti ia bodoh dan selalu menuruti permintaan suaminya untuk putri angkatnya itu beda lagi sama putri kandung nya suaminya akan cuek dan tidak memperdulikan nya. Ratu malisa mempunyai 3 selir yaitu selir pertama zaint martanesia dari kerajaan barat, selir kedua renav martanesia juga dari kerjaan barat adik dari zaint dan selir ketiga xel martanesia yang berasal dari desa barat. Semua selirnya sangat menyayangi putri kandung nya seperti putri kandung mereka sendiri sementara ayah kandungnya tidak peduli dengan putri nya.
"Hahh" Ratu menghela nafas berat lalu mengangkat tangannya mengelus rambut putrinya.
"Putri ku..adik mu itu tidak mungkin menjadi kadidat ratu karena seorang raty harus seorang anak sah bukan anak angkat" Ucap ratu malisa tegas namun lembut.
Zahra yang tengah menunduk mendengar hal itu tersenyum smrik 'see? Ini akan semakin mudah' mendongak menatap ratu malisa dengan mata sayu seolah-olah sedang sedih
"Bunda bagaimana aku menjadi ratu? Di masyarakat rumor sudah bertebaran dan aku dan adikku itu akan bersaing. Aku tidak ingin bersaing dengan adik dan ayahku sendiri"
Ratu malisa menatap mata sayu putrinya..ia tidak bisa menghilangkan rumor langsung atau bahkan menutup mulut mereka. Ia merasa gagal menjadi seorang ibu bahkan ia belum pernah melihat wajah putri nya..terakhir ia melihat wajah putrinya pada saat umur 10 tahun bertepatan dengan 1 tahun putri angkatnya berada di istana.
"Berusaha lah putriku, aku dan 3 ayahanda selir akan mendukung mu..bunda rela melawan ayahmu demi kebaikan mu" Zahra tersenyum sumbringah didalam hati 'ratu dan 3 selir nya berpihak padaku, biarlah ayah biadap itu bersama ppb, tidak ada apa-apanya dengan ratu yang merupakan penguasa yang sangat di hormati hahaha'
"Ta-pi - shuttt jangan anggap ia adalah adik mu ia adalah sainganmu..bunda tidak mau putri bunda selalu dalam masalah hanya karena orang luar" Ucap ratu malisa memotong ucapan putri nya yang hendak menolak keinginan nya.
Zahra tersenyum lembut sehingga matanya menyipit
"Baiklah ibunda terima kasih masih menyayangi putri ini meskipun di jauhi ayahanda" Ucap zahra lembut "putri ini akan berjanji tidak akan mengecewakan ibunda ratu" Lanjutnya dengan tegas dan serius.
Ratu malisa tersenyum dan menepuk rambut putrinya dengan pelan
"Bagus..ini lah yang bunda inginkan" Menyentuh topeng yang menutupi wajah putrinya tersenyum sendu.
"Putriku boleh kah bunda melihat wajah mu nak? Ibunda sangat ingin melihat wajahmu..tidak peduli dengan rumor itu benar atau palsu, ibunda rindu melihat senyum putri seperti usia 10 tahun lalu" Ucap ratu malisa sedikit memohon.
Zahra menatap wajah ratu malisa lalu mengengguk
"Tapi bunda berjanji akan merahasiakan nya ya? Termasuk paman zan dan pamab wan" Ucap zahra serius mematap ratu malisa, lalu menatap zan dan wan yang senantiasa berdiri di belakang ratu malisa.
Ratu malisa mengangguk setuju, mengalihkan pandangannya menatap zan dan wan di belakangnya.
Zan dan wan yang mengerti mengngguk menerima perintah lalu membungkukkan badan menatap putri zahra dengan tegas
"Saya zan pengabdi ratu malisa dan kerjaan martanesia bersumpah untuk merahasiakan hal ini jika saya melanggar kepala saya akan siap di tebas oleh yang mulia putri"
"Saya wan pengabdi ratu malisa dan kerajaan martanesia bersumpah untuk merahasikan hal ini, jika saya melanggar saya siap kehilangan nyawa saya di tangan yang mulia putri zahra"
Zahra mengangguk puas lalu melepaskan ikatan topeng di belakang kepalanya melepaskan topengnya perlahan dengan menunduk.
Setelah topengnya terlepas mendongak menatap ratu malisa dengan senyum lembut.
Ratu malisa, zan dan wan yang melihat itu menganga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments