chapter 4

dugg

karena zahra tidak memperhatikan jalan membuatnya hampir saja terjatuh karena menabrak sesuatu atau orang.

'sial karena terlalu melamun gw hampir saja jatuh hanya karena tertabrak' batin zahra menunduk tidak melihat kedepan, ia dapat melihat seorang gadis dengan wajah sedikit tampan sedang terduduk di tanah.

"hei kau tidak apa apa?" tanya zahra datar menatap gadis itu yang masih menunduk.

"hiks hiks ap-a salah ku kak, ken-hiks pa menabrak adik ini dengan sengaja?" zahra menatap kebawah dengan bingung, apa tadi sengaja? jadi ceritanya playing victim gitu? omg drama murahan.

"hiks hiks klau kak zahra hiks punya dendam dengan adik ini" zahra dapat melihat gadis di bawahnya menunduk dengan mata yang mengusap air matanya.

'*lihat putri buruk rupa itu menindas yang mulia putri sila'

'mungkin ia iri dengan yang mulia putri sila karena tahta nya yang dialihkan pada yang mulia putri sila'

'kasian yang mulia putri sila, ia sangat baik dan polos ditindas oleh putri menjijikan dan bodoh itu*'

zahra bisa mendengar bisik-bisik sekitar kejadian ini dari yang ia tangkap gadis di depannya ini adalah sila martanesia, saudara angkat dari tubuh ini. zahra hanya menatap datar gadis yang masih menangis tersedu-sedu ia bisa melihat ada senyuman miring disela tangisan nya.

'jadi rober ini merupakan sila mertanesia? ppb yang sangat menjijikan dan murahan' tanya zahra melalui pikiran karena ia tidak mungkin berbicara terang-terangan bisa dibilang ia gila nanti.

'benar sekali nona..gadis eh maksudnya wanita didepan anda adalah sila mertanesia. kenapa tidak disebut gadis? karena ia merupakan langganan rumah hiburan tidak seperti rumor yang mengatakan bahwa ia adalah putri yang polos dan baik hati padahal perebut perjaka laki-laki' ucap rober panjang lebar.

'oh maksudnya ******?, tidak ketahuan sampai sekarang ?' zahra menatap gadis eh wanita yang masih bersimpuh dengan para dayang yang berusaha menenangkan wanita itu.

'benar sekali nona..sampai sekarang tidak ada yang tahu tentang hal itu. karena wanita itu memberikan uang banyak pada dayang nya agar merahasia kan hal itu dan juga setiap malam dayang yang akan menggantikan wanita itu untuk tidur dikamar nya agar para prajurit atau orang tua anda tidak curiga'

'hmmm cukup menarik dan menantang'

"kauu beraninya menindas calon ratu masa depan" zahra tersadar dari lamunan nya menatap salah satu dayang yang membentaknya bahkan menunjuk kearahnya.

zahra hanya memiringkan kepala yang diluar terlihat seperti orang bingung beda lagi di balik topeng menunjukkan wajah yang dingin dan aura membunuh yang menyebar di sekitar membuat para pelayan yang tadi berbisik-bisik jadi hening seketika.

"k-auuu kau wanita menjijikan, monster pantas saja yang mulia raja tidak suka pada kau ternyata kau mempunyai aura yang negatif" ucap dayang itu dengan masih menunjuk wajah zahra yang ditutupi topeng namun dengan sedikut gemetaran.

zahra menatap tajam dayang didepannya lalu mengambil jari dayang itu dan

krekk

arggghhhhh

suara teriakan menggema membuat disekitar nya menjadi merinding apalagi mendengar suara patahan tulang yang begitu nyaring, ya zahra mematahkan tulang jari dayang yang menunjuk nya karena sudah sangat kesal dan marah.

zahra menatap dingin dayang yang masih meringis dan berusaha melepaskan jarinya dari tangan nya.

"kau seharusnya sadar posisi mu sebagai pelayan rendahan" ucap zahra dingin dan menatap tajam menghepaskan jari itu dengan kasar, dayang itu yang membeku melihat tatapan tajam itu.

"ka-uu hanya putri bodoh lebih rendah dari pada pelayan seperti ku yang merupakan dayang calon ratu" ucap dayang itu angkuh menatap tajam zahra berusaha menghalau rasa takutnya.

"oh? saya lebih rendah? hmm" ucap zahra polos atau pura-pura polos lalu tersenyum miring menatap wanita atau tuan dari dayang itu "hanya calon kan?..hmm tidak tahu kedepannya, apakah adik ku ini masih menetap di posisi kadidat ratu atau" jeda zahra mengambil bunga yang terjatuh di rambutnya dengan gerakan anggun namun tegas "tetap di kadidat penguasa penjara bawah tanah atau ohh jadi kadidat calon pajangan kepala di masa depan" lanjutnya tersenyum smrik meremas bunga di tangan nya hingga kelopak bunga nya terlepas dan berterbangan di tiup oleh angin. zahra menatap wanita atau sila yang masih bersimpuh ia dapat melihat tubuh itu menegang begitu juga dengan para dayang.

"jadi jangan berbahagia dulu..sebentar lagi" zahra merendah kan tubuhnya lalu mendekat kan wajahnya didekat telinga sila berbisik "adikku ini akan mendengar sesuatu rumor tentang kadidat ratu yang polos dan baik hati ternyata perebut perjaka orang atau langganan rumah hiburan" zahra tersenyum miring melihat tubuh sila menegang dan tertegun.

'sial bagaimana wanita busuk ini bisa tahu' batin sila marah mengepalkan tangan dengan erat.

zahra menjauhkan wajah nya lalu berdiri dengan anggun menatap para dayang, pelayan, dan prajurit yang ada disekitar menonton pertunjukan ini.

"mari kakak ini akan membantu adik berdiri, lagipula apa adikku ini buta saat berjalan? atau memang adikku ini menggunakan mata untuk berjalan bukan nya kaki? apa gunanya mereka sebagi dayang bila tidak bisa di gunakan sebagai mata atau memang disengaja menabrak putri ini lalu menangis penuh drama supaya dapat belas kasih?" ucap zahra dengan suara rendah mengulurkan tangannya kepada sila. para pelayan dan prajurit yang mendengar ucapan zahra terdiam.

'*benar apa yang diucapkan nya, bukankah ini terlihat seperti di sengaja?'

'ya tadi aku melihat putri buruk rupa itu hanya berjalan melamun dengan tuan zan, bukankah seharusnya para dayang bisa menuntun yang mulia putri sila terhindar dari tabrakan*?'

sila yang mendengar bisikan-bisikan sekitar langsung menatap tajam zahra lalu dengan cepat mengubah mimik wajah nya menerima uluran zahra dengan senyuman palsu lalu berdiri.

"maafkan kesalahan dayang adik kakak, kakak bisa menghukum nya" ucap sila menunduk dengan wajah yang menyedihkan.

"sudahlah..ayo paman kita keruangan baginda ratu. hanya karena drama murahan ini membuat kita terlambat" ucap zahra tenang lalu berlalu pergi bersama dengan zan di belakangnya, tidak peduli dengan sila yang menatap nya dengan tajam dan marah.

'Sialan kenapa si bodoh itu berubah? bukankah biasanya ia hanya menunduk dan meminta maaf? kenapa jadi seperti ini. apa maksud nya tadi apa dia tahu tentangku...sial sial sial ini tidak bisa di biarkan' batin sila marah dan cemas. 'aku harus cepat menyikirkan nya bagaimana pun caranya'

"yang mulia apa anda baik-baik saja?" sila tersadar dari lamunan nya menatap lembut dayangnya.

"aku baik-baik saja, mari kita ke ruangan raja"

"baik yang mulia"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!