Episode 3

Setelah menempuh perjalanan satu jam, akhirnya mereka telah sampai di kediaman orang tua Revan.

Bu Rohanah menyambut kedatangan menantunya dengan baik, bahkan ia memperlakukan Hanna seperti anak kandungnya sendiri. Namun, tidak dengan Sarah yang diacuhkan tanpa disambut oleh Bu Rohanah. Semua keluarga sudah mengenal Hanna, namun tidak dengan Sarah.

"Hanna, dia siapa?" tanya Tante Mila.

"Dia adikku, Tante."

"Oh, adikmu. Ternyata adikmu cantik juga seperti kamu, tapi menurut Tante lebih cantik kamu." Mila sengaja berbicara seperti itu, karena ia sudah mendengar cerita tentang Sarah dari Bu Rohanah.

"Semua wanita juga cantik kok, Tan."

"Kalau boleh tahu, usia adikmu berapa?" tanyanya lagi.

"18 tahun, Tan." Sarah menjawab pertanyaan Tante Mila.

"Ah 18 tahun, ya. Tapi kok lebih muda kamu ya Han," sindir Tante Mila, ia tak suka dengan penampilan Sarah yang terlalu mencolok.

Sarah sudah tidak betah berkumpul dengan keluarga Bu Rohanah, ia ingin segera pulang dari rumah itu.

"Kak, sepertinya aku mau pulang saja."

"Loh, kan baru sampai. Kenapa mau pulang?" tanya Hanna.

"Kepalaku pusing, kak. Aku mau pulang saja naik taxi."

"Jangan pulang sendirian, Sarah. Tunggu sebentar kakak mau panggilkan Mas Revan dulu," ucapnya, kemudian Hanna pergi mencari suaminya yang sedang berbicara dengan saudara yang lain.

"Mas," panggilnya.

"Ada apa, sayang?"

"Sarah ingin pulang, kepalanya sakit. Tolong antarkan dia pulang, Mas."

"Baiklah, Mas akan mengantarnya sekalian ke kantor. Ada pekerjaan yang harus Mas selesaikan."

"Terima kasih, Mas."

"Sama-sama, sayang. Jangan sungkan meminta bantuan pada suami tampanmu ini," ujarnya, dengan mencubit pipi gemas Hanna.

Revan pamit pada keluarga besarnya untuk mengantar Sarah pulang.

"Hati-hati dijalan, Mas."

"Iya, sayang."

Sebelum pergi, Revan mengecup kening istrinya.

"Hanna, apa kau tak takut suamimu pulang bersama adikmu," tanya Tante Mila.

"Memangnya kenapa, Tan. Mas Revan hanya mengantar pulang saja, kok."

"Jangan sampai kejadian seperti Tante, Han. Tante pernah dikhianati oleh mantan suami. Betapa hancurnya hati Tante melihat mantan suami berselingkuh dengan sahabat Tante."

"Kok bisa, Tan?"

"Ya, bisa dong. Makannya kamu harus hati-hati pada adikmu itu," kata Tante Mila mengingatkannya.

Hanna hanya mengangguk menanggapi ucapan Tante Mila, ia sama sekali tidak berpikir negatif pada adiknya.

Di sepanjang jalan Sarah menunduk tanpa menatap wajah Revan, ia malu jika Revan akan bertanya soal kemarin.

"Sarah," panggilnya.

"Ya, kak. Ada apa?"

"Aku butuh penjelasan soal kemarin, apa maksudmu kemarin kau berani mencium kakak iparmu ini?" ujar Revan penuh selidik.

Sarah memikirkan kembali apa yang harus ia jelaskan pada Revan, tidak mungkin jika ia jujur bahwa dirinya menyukai Revan.

"Aku hanya... Ingin merasakan saja," ucapnya membuat Revan tertawa terbahak-bahak.

"Merasakan apa? Kau ingin merasakan kecupan dari seorang pria. Harusnya kau jangan melakukan itu padaku, aku ini kakak iparmu. Memangnya kau tak punya pacar?" Sarah menggelengkan kepalanya.

"Aku tak punya pacar kak, aku tak tahu kenapa setiap melihat kak Revan ada debaran dalam dada ini," ucapnya dengan menunjuk pada dada Revan.

Revan memicingkan matanya, ia merasa ada yang tidak beres pada adik iparnya itu.

"Apa maksudmu? Coba tolong jelaskan."

"Tapi kakak janji sama aku, jangan marah dan jangan bilang pada kak Hanna," kata Sarah dengan mengangkat jari kelingkingnya.

"Iya janji, tapi tolong jujur pada kakak."

Sarah menarik nafasnya dengan kasar, lalu ia menatap Revan dari samping.

"Sebenarnya, sudah lama aku menyimpan perasaan pada kak Revan." Seketika Revan menghentikan mobilnya dengan mendadak. Lalu ia menatap Sarah dengan serius.

"Apa maksud ucapanmu? Apa aku tak salah dengar."

"Tidak, kak. Aku menyukai kak Revan sejak lama. Maaf kalau ucapanku ini sudah lancang."

Revan menelan ludahnya dengan susah payah, ia terkejut dengan pengakuan adik iparnya. Padahal usianya sangat jauh berbeda dengan Sarah, namun entah kenapa Sarah bisa menyukai Revan.

"Kenapa kau menyukaiku? Kau tahu kalau aku ini sudah tua, usiaku sudah 30 tahun. Kau konyol sekali, Sarah."

"Aku sudah bilang padamu, kak. Kak Revan terlihat masih muda dan tampan, dan aku terpesona dengan ketampanan kak Revan." Revan tak menanggapi ucapan adik iparnya, ia tak tahu harus bagaimana cara menanggapinya, karena ia sadar sudah memiliki istri.

"Kak," ucap Sarah dengan menatap Revan serius, lalu ia menggenggam tangan Revan dengan lembut.

"Bolehkah aku minta hatimu sedikit untuk mencintaiku, aku tak apa-apa jika harus jadi yang kedua. Aku benar-benar mencintai kak Revan. Setiap kali melihat kakak dengan kak Hanna, hatiku sakit dan iri. Tolong beri aku cinta sedikit saja." Revan langsung melepaskan tangan Sarah, ia tak mau semakin terbuai dengan pesona adik iparnya.

"Jangan bercanda, Sarah. Kata-katamu itu tak masuk akal di otakku."

Cup...

Tiba-tiba Sarah mengecup Revan dengan memainkan lidahnya pada bibir Revan. Namun Revan hanya diam saja, ia mencoba untuk tidak terbuai oleh godaan adik iparnya. Namun semakin lama, permainan Sarah semakin memanas, membuat Revan tak bisa menahan jiwa lelakinya. Ia mulai membalas permainan adik iparnya tanpa memikirkan bahwa ia sudah memiliki istri.

Sarah melepaskan permainannya, di saat hasrat Revan sedang memuncak.

"Maaf, kak. Apa sekarang kakak percaya kalau aku benar mencintai kakak," ucapnya menatap Revan, berharap Revan mau memberi hatinya untuk dia. Namun, Revan tak membalas kata-kata Sarah. Ia kembali melajukan mobilnya untuk segera sampai rumah.

Tak lama kemudian, mereka berdua telah sampai di rumah utama. Sarah mengira Revan tidak menyukai dirinya, namun ternyata pikirannya salah. Revan membawa Sarah masuk ke kamarnya, ia menarik Sarah ke atas tempat tidur yang biasa Hanna tempati. Jika saja Hanna tahu mungkin ia akan marah dan sakit hati.

Sarah semakin melancarkan aksinya, ia semakin liar. Revan mulai mencumbuinya tanpa perlawanan dari Sarah.

"Tunggu, kak!" ucap Sarah menghentikannya.

"Kenapa?"

"Aku... Takut kak Hanna tahu."

"Dia sedang tidak ada di sini, bukankah kau yang menginginkan semua ini. Kalau kau memang tidak mau, kita sudahi saja dan lupakan," ucap Revan dengan menjauhkan tubuhnya dari Sarah. Namun, Sarah malah menariknya kembali.

"Aku rela apa yang akan kakak lakukan padaku, aku akan menerimanya."

"Suatu saat, kau jangan menyesal." Revan menekankan kata-kata itu pada Sarah tanpa berpikir bahwa dirinya bukan pria lajang.

Sarah kembali menggoda Revan, begitu juga dengan Revan yang membalasnya. Hingga pada akhirnya mereka tanpa busana, menikmati setiap permainannya.

"Kau masih suci?" tanya Revan.

"Iya, kak." jawabnya dengan menggigit jari.

"Kalau begitu, aku akan melakukannya dengan pelan." Sarah mengangguk atas jawabannya.

Pada akhirnya mereka melakukan hubungan terlarang, Revan merenggut kesucian Sarah tanpa perlawanan. Begitu juga dengan Sarah yang menikmati setiap sentuhannya.

...----------------...

Terpopuler

Comments

yunna

yunna

astaga Sarah, Hana kmu Uda kasi kesempatan mereka berdua hadeh

2023-07-25

0

ipit

ipit

naudzubillah minzalik...kalau setan sudah masuk habis lah semua....

2023-07-16

0

Endang Oke

Endang Oke

godaan syetan yg terkutuk.

2023-06-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!