Bila berdiri sambil berkacak pinggang, rahang nya mengeras pertanda dia sedang marah, marah karena rambutnya di tarik oleh tangan kecil bayi itu.
"Hehehe" tawa bayi tanpa nama itu membuat ketiga orang dewasa itu saling tatap kemudian mereka serentak tertawa.
"Dia sangat suka membuat orang lain menderita Bil," ujar Bian membuat Bila mengangguk.
Bayi itu tengkurap dan mencoba untuk merangkak di kasur lantai khusus bayi yang Ed belikan baru saja.
"Uh, pipinya" gemas Ed menarik kedua pipi bayi itu hingga memerah dan membuat tangis kembali terdengar oleh telinga mereka.
Bila membiarkan, dia sudah jengah dengan tangis bayi yang memiliki pipi besar seperti bola itu.
"Kau tidak memberinya nama Bil?," tanya Ed yang kini sudah menggendong bayi tanpa nama itu.
"Aku bingung" jawabnya membuat semua terdiam.
Ed menimang nimang bayi itu sambil melihat wajah bayi yang mulai terdiam dari tangis nya itu, bayi yang berada di gendongan Ed lumayan berat.
"Hah.. Kau berat juga ya!" keluh Ed sambil tersenyum paksa dan menatap bayi itu.
Bayi itu tergelak, kedua tangannya menepuk nepuk dan senyum menghiasi wajah nya yang sangat imut.
Ed terkekeh, sungguh jika seperti ini dirinya kembali merindukan adik lelaki nya yang sudah meninggal bersama sang ibu lima tahun yang lalu.
Mata Ed menajam ketika melihat sesuatu di leher belakang bayi kecil itu, semacam tulisan, Ed langsung menurunkan bayi itu membuat Bila dan Bian yang tengah berbincang terkait nanti malam.
"Kenapa Ed?" tanya Bila.
Ed diam, dia membalik tubuh bayi itu hingga tengkurap dan memberikannya mainan agar bayi berusia kurang lebih tiga bulan itu diam.
"Aku melihat sesuatu," jawab nya mencari handphone nya dan memfoto leher bayi itu.
"Ada apa Ed?," tanya Bila mengambil bayi itu, menggendong dan mendudukkannya, tapi sedikit bersandar pada dadanya.
Bila tak mengerti apa yang tengah yang di lakukan oleh Ed, tapi dia waspada takut Ed berbuat yang tidak-tidak meskipun tidak.
"Tolong mainan itu, Bian" pinta Bila yang langsung di lakukan oleh Bian.
Bian mengambil mainan yang berada di depan Ed, dan memberikannya pada bayi yang berada di gendongan Bila.
Ed diam, dia melihat layarnya sebentar lalu menunjukkan nya pada Bila dan Bian. "Aku menemukan tulisan ini di belakang leher bayi itu" ujar Ed menunjuk kan layar nya pada kedua sahabat nya.
ꦄꦢꦩ꧀ cmr.
Tulisan itu yang mereka lihat, dan raut terkejut tidak dapat lagi di sembunyikan oleh mereka bertiga.
"Itu.. kau dapat dari mana?" tanya Bila mengambil handphone Ed dan melihat nya dengan teliti, tulisan apa itu.
"Ed mendapatkan foto itu dari leher bayi yang kau gendong" jawab Bian membuat Bila melempar handphone itu lalu menurunkan bayi bertubuh gempal itu di depannya.
"Kasur!" ucap Bila. Ed langsung mengambilkan kasur yang dia beli tadi, tangan kirinya mengusap handphone yang Bila lempar tadi. Untung langsung dia tangkap, jika tidak...
Bila meletakkan tubuh bayi itu, lalu dia mencari tulisan itu. Dan dapat. Tulisan itu ada, berada tepat di leher belakang bayi itu. Tulisan berwarna hitam pekat yang pertama kali dia lihat di leher bayi itu.
Kemana saja dia kemarin, bisa bisanya tidak mengetahui ada sebuah tulisan di belakang leher bayi itu.
Bila mengerutkan keningnya, dia tidak bodoh untuk mengetahui bahwa tulisan yang berada di leher belakang bayi itu adalah sebuah tatto permanen.
Selama tiga tahun lebih hidup di jalanan dia sudah tidak asing dengan hal itu.
"Siapapun tolong buatkan aku susu untuk bayi ini" ucap Bila tanpa menoleh, dia masih menatap lekat tulisan itu, dan menerka-nerka sebenarnya siapa, dan kenapa bayi di depannya ini memiliki sebuah tatto di leher belakang nya.
Masalah nya bayi ini masih sangat kecil untuk di beri tinta permanen di kulitnya yang masih sangat sensitif.
Ed berdiri, dia akan membuat susu untuk bayi itu sekarang.
Setelah bayi itu tertidur dengan susu yang di buatkan oleh Ed tadi, mereka bertiga mulai berdiskusi tentang apa maksud dari tatto itu sebenarnya.
"Apa kalian tahu bahwa tulisan itu di tulis menggunakan tinta tatto permanen?" ungkap Bila membuat kedua laki-laki berusia dua puluh pas itu terkejut.
Mereka tak menduga bahwa tulisan itu di tulis oleh tinta tatto permanen. Mereka mengira bahwa tulisan itu di tulis dengan Henna.
"Siapa orang yang memberinya tatto?" tanya Ed geram, hati nya yang sangat lembut terhadap anak kecil dan perempuan tak terima akan hal itu.
"Aku tidak tahu,"
Hening. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing.
"Ini tulisan Aksara Jawa Bil," ujar Bian, setelah berpikir dan mengacak ngacak isi otaknya agar tahu tulisan apa yang berada di leher bayi itu.
"Dari mana kau tahu?" tanya Bila menyahuti sekaligus mewakili pertanyaan yang terlintas di otak Juned.
"Aku pernah mempelajari nya, tapi aku tidak bisa membacanya sekarang" jawab Bian membuat Bila mendengus, informasi macam apa itu, tapi tak apa, informasi itu cukup untuk mencari apa arti tulisan di belakang leher bayi itu.
Perlu di ketahui, bahwa Bian adalah seorang pria keturunan jawa dan Madura, dia tinggal di Jawa timur bagian selatan dan kebetulan juga pernah mempelajari tentang Aksara Jawa waktu dirinya menginjak sekolah dasar dulu.
"Berarti tulisan itu ada artinya!" Bila kembali melihat tulisan itu.
"Siapa yang bisa membaca tulisan itu?" tanya Ed.
"Aku akan mencari di google" jawab Bila mengotak atik ponsel nya.
"Kau gila Bil,?" tanya Ed menahan nafasnya. Jangan karena Bila tidak melanjutkan pendidikan nya di perguruan tinggi otak nya sedikit konslet.
"Coba dulu—"
"Adam, crm!" pekik Bila. Bayi tanpa nama itu menggeliat dan dengan sigap Bian menepuk nepuk pantat bayi itu seperti ibunya yang merawat adik nya dulu.
"Adam cmr?" ujar Ed mengulang kalimat Bila tadi.
"Artinya Adam cmr" ucap Bila menunjukkan arti dari nama yang di tulis dengan Aksara Jawa itu.
"Apa kau yakin itu arti dari tulisan itu Bil?," tanya Bian membuat senyum Bila sedikit meredup.
"Aku yakin," jawab Bila mantap, dia men-translate nya dengn teknologi AI yang sudah canggih sekarang.
"Adam, mungkin itu nama nya," ujar Ed.
Bila mengangguk, mungkin Adam adalah nama dari bayi ini, dan arti dari tatto itu telah membuktikan semuanya. Bayi di depannya bernama Adam.
"Nama nya Adam, sekarang" putus Bila meletakkan handphone itu.
"Tapi aku masih ingin mengetahui kenapa bayi itu di beri tatto oleh orang tuanya, dan dengan Aksara Jawa, kenapa tidak langsung namanya, secara logis, aksara Jawa lebih rumit dari huruf biasnya." ucap Bian membuat mereka kembali berpikir.
Memang Bian suka membuat otak kecil kedua sahabat nya berpikir. Sial. Runtuk keduanya.
"Apa mungkin—"
"Permisi, apa di sini bisa membuat buket bunga sekarang!?"
**
ꦄꦢꦩ꧀, [tulisan itu saya dapat dari translate Google yaa]😉😉🙃😀❤️🩹.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Wina Yuliani
pinter nih othor 👍 baru baca dikit udh mulai seru nih
2023-08-08
1