Ragu

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

Akhirnya hari keberangkatan untuk pergi kamping pun tiba, untung saja orang tua ku mengerti dan mereka pun memberikan ku ijin untuk mengikuti acara ini. Meski pun awalnya bunda sempat ragu untuk memberiku ijin, karena aku yang telat memberitahu mereka tentang hal ini.

Sekitar jam 10 pagi kami berkumpul di area depan sekolah,bus yang akan kami tumpangi pun sudah terparkir sejajar di depan gerbang sekolah.

Dengan perasaan senang, aku pun melihat ke sekeliling dan berharap bisa menemukan keberadaan kak Angga. Namun sayangnya, karena posisi ku yang berada di barisan paling awal, aku tidak bisa melihatnya. Dan kelas XI pun sudah lebih dulu masuk ke dalam bus mereka.

"Kamu kok malah cemberut gitu sih?" Tanya Vira.

"Aku tidak sempat melihat kak Angga,''

"Ya ampun, kan nanti juga di sana kita pasti bakalan bisa ketemu sama dia. Tenang aja, jangan berkecil hati."

"Iya......"

Pak Hamdan selaku wali kelas kami pun datang menghampiri kumpulan kelas kami, dari raut wajah beliau tampak seperti kebingungan.

"Ada hal yang ingin bapak sampaikan pada kalian," ucapnya ragu.

"Berhubung jumlah siswa kelas X, melebihi kapasitas dari jumlah kursi yang tersedia. Jadi terpaksa dari kelas ini harus ada beberapa orang yang akan ikut bersama rombongan kelas XI." Jelasnya.

"Yah........."

"Aku enggak mau ah,"

"Malu ah,"

"Gak bisa, nanti nggak bebas lagi."

Ucapan dari sebagian siswa di kelas ku yang mengeluh. Namun beda halnya dengan aku, tanpa ragu aku langsung mengangkat tangan ku dengan penuh semangat.

"Xavi, kamu gila yah......" Bisik Vira.

"Bisa aja kan, kalau beruntung kita bakalan ada dalam bus yang sama dengan kak Angga."

"Iya tapi,"

"Ayo lah, temani aku." Bujuk ku.

"Aku juga pak......" Ucap Vira pasrah.

Itu pun aku harus membantunya untuk mengangkat tangannya.

"Oh Xavi, Vira......."

"Kalau begitu, kalian langsung saja menuju bus kelas XI yang warna biru. Nanti juga akan ada dari kelas X lainnya juga."

"Baik pak....."

Dengan penuh semangat, aku pun menarik koper menuju bus yang di maksud. Benar saja,dugaan ku tidak salah. Kak Angga ada di dalam bus yang akan aku tumpangi saat ini.

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

"Sepertinya, akan ada beberapa siswa dari kelas X yang di pindahkan ke dalam bus kita deh." Ucap Angga.

"Iya kayaknya,"

"Soalnya aku lihat tadi, sepertinya kelas X tahun ini jumlahnya agak lebih banyak di bandingkan pas angkatan kita dulu." Sambung Bastian.

"Eh itu mereka udah mulai pada masuk," lanjutnya.

"Bentar, bukannya kedua cewek itu yang kemarin di kantin itu kan?" Tunjuk Angga.

"Iya benar,"

"Ada apa memangnya dengan mereka?" Sahut Rangga.

"Mereka berdua kan kemarin melihat terus ke arah tempat duduk kita, sepertinya alasan mereka mau di pindahkan ke bus ini pun ada sangkut pautnya deh." Jelas Angga.

"Itu hanya perasaan kamu saja, jangan suka mengambil kesimpulan sendiri."

"Aku yakin," timpalnya sambil melirik ke arah tempat duduk yang berada di bagian belakang.

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

Pandangan ku langsung tertuju pada tempat duduk kak Angga, dia tampak tengah ngobrol dengan kedua temannya yang kemarin. Aku tidak bisa lagi menyembunyikan perasaan ku yang senang ini.

Sepanjang perjalanan nanti, aku bisa dengan puas bisa melihat dia. Karena posisinya dia duduk di bagian depan dari tempat duduk ku saat ini.

"Perasaan aku nggak lihat cowok itu," bisik Vira.

"Nggak lihat gimana, aku bahkan langsung bisa melihat dia pas kita tadi masuk."

"Hem......"

"Emang yah, kalau udah bucin tuh."

"Dimana emang?" Lanjutnya.

"Lima baris dari tempat duduk kita,"

Vira pun diam-diam menghitung kursinya dan sialnya dia malah ketangkap basah oleh teman satu bangkunya kak Angga.

Cowok itu tampak menyunggingkan senyuman ke arah kami berdua sambil melambaikan tangannya. Sedangkan kak Angga, dia hanya melihat sekilas ke arah kami.

Padahal aku berharap dia bisa berbalik melihat ke arah belakang sedikit lebih lama lagi.

"Sial, kok aku yang malah ketangkap basah." Gumam Vira.

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

Akhirnya kami pun sampai di tempat camping nya, wali kelas kami pun langsung meminta kami untuk berkumpul di depan tenda masing-masing. Untungnya kami tidak perlu susah-susah untuk mendirikan tendanya dan sudah di sediakan oleh pihak panitia yang ada di sini.

Seperti biasa, aku pun mencuri kesempatan kali ini untuk mencari keberadaan kak Angga. Aku penasaran dia kebagian tenda yang di sebelah mana. Aku sangat berharap tenda kami tidak begitu jauh.

Sepertinya takdir tengah berpihak pada ku, aku melihat kak Angga berdiri di depan tenda yang jaraknya hanya terhalang satu tenda saja.

Aku sangat senang, ini kesempatan aku untuk bisa lebih dekat dengan dia.

Setelah mendapatkan arahan dari panitia, kami pun di bebaskan untuk beristirahat di dalam tenda masing-masing. Kebetulan dalam satu tenda hanya bisa di isi oleh 3 orang saja. Dan aku mengajak Olive, karena dia yang aku kenal saat ini selain Vira.

Namun saat ini dia tengah mengambil perlengkapan mandi di bagian tenda panitia. Sedangkan aku dan Vira kebagian untuk membereskan barang-barang yang ada di dalam tenda, supaya tidak berantakan dan terlihat sedikit lebih luas.

Akhirnya Olive pun kembali dengan membawa peralatan mandi, dia tampak tergesa-gesa dan langsung duduk.

"Kamu kenapa Liv?" Tanya Vira.

"Enggak......."

"Hanya saja aku merasa malu banget tadi, aku malah menjatuhkan kotak peralatan ini di depan tenda sana."

"Maksud kamu tenda yang mana sih?"

"Itu tenda yang punyanya kelas XI, mana penghuni tendanya tampan semua lagi."

Mendengar hal itu, aku yang tadinya tengah sibuk merapihkan baju pun langsung ikut nimbrung dengan mereka berdua.

"Terus mereka bilang apa?" Tanya ku.

"Ya gak bilang apa-apa,"

"Hanya bilang......"

"Eh Angga, kamu malah lihatin. Bantuin itu,"

"Rangga saja, aku lagi benerin HP aku ini."

"Nah terus malah cowok yang satunya lagi, yang bantuin aku." Jelas Olive.

"Kata kamu, namanya Rangga sama Angga?"

"Iya......"

"Bentar kamu lihat nggak, mana yang namanya Angga dan mana yang namanya Rangga?" Tanya ku kembali.

"Tidak......."

"Mana berani aku melihatnya, aku malu."

"Lah......."

Vira malah di buat frustasi dengan kelakuan temannya itu.

"Emangnya kenapa sih?" Tanyanya balik.

"Enggak, aku hanya penasaran saja. Apa mungkin mereka itu kembar, dari namanya saja sudah mirip." Balas Vira.

"Kayaknya enggak deh, soalnya sekilas aku sempat lihat mereka. Tapi nggak ada mirip-miripnya." Jelas Olive.

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

Mendengar cerita dari Olive barusan, aku malah merasa ragu. Apakah cowok yang aku temui di toko itu, namanya benar Angga atau bukan.

"Aku harus secepatnya tahu kebenarannya," bisik ku dalam hati.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!