Penasaran

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

"Tadi kamu kenapa? Sepertinya kamu tengah mencari-cari sesuatu." Ucap Vira di tengah perjalanan kami menuju kelas.

"Ah itu,"

"Kamu ingatkan yang semalam aku ceritakan saat menelpon kamu itu."

"Ah tentang cowok di depan toko itu maksudnya?"

"Iya......"

"Memangnya kenapa?"

"Tadi kamu ingatkan, cowok yang sama terlambat dengan kita."

"Aku seperti tidak asing dengan suaranya, sepertinya dia itu cowok yang aku lihat di toko itu."

"Kamu yakin, nanti kamu salah orang lagi."

"Aku yakin,"

"Terlebih lagi, kemarin aku lihat dia pun sama memakai seragam sekolah yang sama dengan kita ini."

"Bentar, tadi itu namanya siapa......"

"Angga bukan sih?"

"Iya......."

"Kira-kira dia kelas berapa yah? Tidak mungkin kan kalau dia kelas X sama seperti kita."

"Enggak mungkinlah,"

"Paling kalau bukan kelas XI, ya paling kelas XII. Sama seperti kak Nina dan kak Ritcie."

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

Setibanya di kelas, ternyata guru tengah mengabsen kehadiran siswa di kelas kami. Aku dan Vira pun masuk dengan cara mengendap-endap supaya tidak ketahuan.

Namun sayangnya, guru itu menyadari kedatangan kami dan menatap kami dengan tajam.

"Murid yang baru saja masuk," ucapnya.

Aku di buat deg-degan oleh beliau, aku sudah pasrah bakalan mendapatkan hukuman di hari pertama aku masuk sekolah.

"Perkenalkan diri kalian masing-masing, pada teman kalian."

Vira pun lebih dulu berdiri untuk memperkenalkan dirinya di depan teman-teman baru kami.

"Nama saya Savira Malik Ahmad, saya lulusan dari SMP Yadika. Panggil saja saya Vira,"

"Senang bisa bertemu dengan kalian, salam kenal dan mohon bimbingannya." Lanjutnya.

Setelah itu tibalah giliran aku untuk memperkenalkan diri di depan mereka semua yang sudah mengarah menatap ke arah ku.

"Nama saya Xaviera Naura Martin, saya lulusan dari SMP Yadika. Panggil saja saya Xavi,"

"Senang bisa bertemu dengan kalian, salam kenal dan mohon bimbingannya juga." Lanjut ku.

"Ah mereka itu yang waktu ospek di bilang kembar tapi beda,"Ucap siswa yang duduk tepat di belakang ku.

"Nah Xavi ini, lulusan terbaik di sekolahnya dulu. Dia juga sempat mendapatkan penghargaan karena nilai ujiannya termasuk 3 besar yang terbaik di kota ini. Apalagi dalam pelajaran bahasa asing," lanjut beliau.

Hampir semua siswa memberikan tepuk tangan yang cukup meriah dan itu buat aku tersipu malu.

"Nah, karena kalian baru datang. Perkenalkan bapak namanya pak Hamdan, saya di sini sebagai wali kelas kalian. Kalau ada perlu apa-apa, jangan sungkan untuk menemui saya."

"Untuk hari ini di cukupkan sekian saja, sebentar lagi jam pelajaran pertama akan segera di mulai. Bapak harap kalian bisa mengikuti pelajarannya dengan baik dan ingat jangan gaduh."

"Bapak tidak mau mendapatkan laporan kurang baik dari guru-guru. Mengerti....."

"Mengerti pak......" Jawab kami serentak.

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

Sepeninggal pak Hamdan, kami pun saling berkenalan satu sama lain. Meskipun ada juga beberapa siswa yang udah aku kenal saat mengikuti ospek waktu itu.

Setelah itu, aku pun bersiap untuk mengikuti pelajaran pertama di hari ini. Namun sayangnya berbeda saat waktu di SMP, kali ini aku tidak duduk satu bangku dengan Vira. Karena tempat duduk kami di urutkan berdasarkan absensi. Tapi untungnya dia duduk tepat di depan ku, dia duduk dengan siswi bernama Olive. Sedangkan aku duduk bersama Yosef, siswi laki-laki lulusan dari SMP Bina Harapan.

Akhirnya guru pelajaran pertama pun masuk, aku langsung menyiapkan buku yang sudah aku siapkan sejak kemarin.

Pelajaran hari ini tidak begitu buat aku kesusahan dan aku bisa mengikutinya dengan baik. Sampai akhirnya tiba waktu untuk istirahat.

"Yuk......." Ajak Vira.

"Eh aku duluan yah," ucap ku pada Yosef.

"Oh ya sudah, duluan aja." Balasnya.

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

Di pertengahan jalan, aku menarik tangan Vira. Dia pun di buat kaget dan terheran dengan apa yang aku lakukan ini.

"Ada apa?" Tanya nya.

"Vira......."

"Aku masih penasaran dengan cowok itu. Gimana sebelum kita ke kantin, kamu mau nggak temenin aku untuk mencari dia." Bujuk ku.

"Kamu jangan becanda deh,"

"Sekolahan ini tuh luas,kita mau cari dia dimana? Apalagi kita nggak tahu, dia kelas berapa."

"Ya kan seperti kamu bilang tadi, kalau nggak kelas XI pasti kelas XII."

"Iya masalahnya, kelas XI pun bukan hanya satu kelas saja. Tapi ada banyak, sama seperti kita,"

"Udahlah, kita coba cari saja. Siapa tahu dia kelas XI, kan masih satu gedung dengan kita ini."

"Tapi kali ini aja yah, kalau harus sampai mencari ke gedung kelas XII aku tidak mau. Malu aku," ucapnya.

"Iya kita cari di kelas XI dulu,"

Akhirnya aku pun berhasil untuk membujuk Vira, menemani aku mencari keberadaan kelasnya cowok itu. Aku sungguh penasaran dengan cowok itu, dia sudah berhasil buat aku jatuh hati meskipun hanya bertemu dengan tidak sengaja.

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

Sepanjang menyusuri lorong kelas XI, hampir setiap kali kami berpapasan dengan siswa kelas XI mereka menatap ke arah kami berdua. Mungkin mereka pun heran, kenapa bisa siswa kelas X bisa nyasar ke kelas XI.

"Aduh Xavi, aku malu banget ini." Bisik Vira.

"Udah jangan hiraukan mereka, cuekin aja."

"Ya itu sih kamu,"

Sepertinya aku memang sudah di mabuk cinta oleh cowok itu. Sampai-sampai aku tidak lagi merasa malu dan takut untuk mencarinya ke kelas XI.

"Angga ini......." Teriak kan seseorang langsung menghentikan langkah ku.

"Kenapa berhenti?" Tanya Vira heran.

"Kamu barusan dengar nggak, ada seseorang yang memanggil nama cowok itu."

"Kamu yakin?"

"Iya aku mendengarnya dengan jelas,"

Aku pun buru-buru berjalan ke arah balkon dimana di sana terlihat sosok laki-laki yang tengah berdiri di dekat balkon.

"Cowok itu maksud kamu?" Tunjuk Vira.

"Bukan, tapi cowok itu tadi menyebut nama Angga. Pasti cowok yang kemarin aku lihat ada di bawah sana."

"Jadi maksud kamu,"

"Jangan bilang, kamu mau langsung menanyakannya sama dia. Jangan gila deh," ucap Vira tidak percaya.

"Tidak lah, mana mungkin aku mau langsung menanyakannya pada dia. Kita tunggu dia pergi dulu, pasti cowok itu tengah berada di bawah sekarang." Balas ku.

Setelah cowok yang tado pergi, aku pun langsung menarik Vira berjalan menuju balkon. Perlahan aku dan Vira pun mengintip ke arah bawah, benar saja ada dua cowok yang tengah memainkan bola basket di samping lapangan basket yang ada di bawah sana.

"Yang mana?" Tanya Vira.

"Itu cowok yang memegang bola basket warna hitam,"

"Kak Angga......." Teriaknya langsung.

Tidak di sangka, Vira malah langsung memanggil namanya. Sontak saja aku langsung menariknya dan bersembunyi di balik balkon.

"Kamu gila yah, kok main panggil aja."

"Ya biar kita tahu, dia benar enggak namanya Angga. Gimana kalau salah?" Timpalnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!