“Akh…” Saat sedang berlari tanpa memperhatikan disekitarnya, tiba-tiba remaja itu menabrak seorang gadis yang sedang membawa tumpukan buku ditangannya.
Karena kehilangan keseimbangan gadiis itu sontak terjatuh bersamaan dengan buku-buku yang sedang dibawahnya.
“Maafkan aku. Aku sedang terburu-buru…”
Ketika gadis itu melihat mata Gudov sambil menyibakkan rambutnya, tiba-tiba Gudov terdiam karena terpanah dengan kecantikannya.
“Aku sungguh minta maaf…”
“Tunggu dulu…” Saat Gudov mau beranjak, seketika gadis itu langsung menahan kaki remaja tersebut.
“Beraninya kau meninggalkanku setelah apa yang kau perbuat,” ucap gadis itu ingin remaja tersebut membantunya merapikan buku-buku yang dibawahnya, yang kini telah berhamburan dilantai akibat ditabrak olehnya.
“Aku tidak bisa, maaf…”
“Gudov Aliksnov beraninya kau,” ucap gadis itu dengan ekspresi seirus, memanggil nama lengkap remaja itu serta tidak mau melepaskan kakinya.
“Eh… Itu… Aku ada… keperluan…” Mendengar gadis itu mengetahui siapa namanya, Gudov lantas menjadi salah tingkah.
“Baiklah…” Gudov pun tidak memiliki pilihan selain membantu merapikan buku-buku yang dibawah gadis itu.
Gudov merapikan kemudian memberikan sebagian buku yang telah disusunnya, namun gadis itu menolaknya.
“Hei… Aku sudah membantumu sekarang. Apa lagi maumu?” Tanya Gudov.
“Kau harus membantuku membawanya,” jawab gadis itu.
“Apa? Aku tidak mau.” Gudov pun terkejut dan lantas menolak untuk membantu gadis lagi.
“Aku tahu kau bahwa selama ini terus memperhatikanku.”
Mendengar ucapan tersebut Gudov pun terkejut hingga membuat mukanya memerah tidak bisa mengelak bahwa hal tersebut memanglah benar.
“Eh, apa yang kau bicarakan?” Ucap Gudov, berpura-pura tidak mengerti dengan pernyataan dari gadis itu.
“Jangan berpura-pura lagi… Aku bahkan beberapa memergokimu sedang memperhatikanku…” ucap gadis itu.
Entah apa tujuan dari gadis tersebut, Gudov pun merasa malu hal yang hanya diketahui olehnya ternyata selama ini diketahui oleh gadis tersebut.
Dia pun seperti merasa terancam dan memiliki pilihan lain, selain membantu gadis membawa buku-buku tersebut.
Walaupun merasa sial karena tiba-tiba menabrak gadis tersebut, namun disaat bersamaan Gudov merasa beruntung karena baru kali ini dia bisa sedekat itu dengan gadis tersebut.
Bukan sesuatu yang tabuh bahwa Gudov nampak tetarik kepada gadis itu, dimana selama ini gadis tersebut merupakan murid perempuan yang cantik serta memiliki segudang prestasi hingga membuatnya menjadi penggemar dari banyak murid laki-laki termasuk Gudov itu sendiri.
***
Setelah berjalan dengan membwa tumbukan buku di tangan mereka, Gudov bersama gadis tersebut akhirnya sampai di sebuah ruangan, dimana di dalamnya sudah berada seorang guru yang tidak sadar bahwa mereka berdua sudah masuk karena nampak sedikit sibuk.
Mereka berdua kemudian menaruh buku-buku yang mereka bawa di atas sebuah meja panjang yang berada di dalam ruangan tersebut.
“Velana, terima kasih sudah membawanya kemari,” ucap guru yang berada di dalam ruangan itu.
“Tidak masalah bu, lagipula aku dibantu oleh murid lain membawanya,” balas perempuan yang ternyata bernama Velana.
“Murid lain…?” Mendengar penjelasan dari Velana, guru itu pun merasa kebingungan karena dia tidak melihat murid lain selain gadis tersebut.
“Dia ada di… Eh…” Velana tekejut tiba-tiba menyadari bahwa Gudov tidak berada disampingnya.
Gadis itu lantas memperhatikan bagian belakang, kembali menengok ke samping dan akhirnya ke depan, namun tetap tidak menemukan Gudov berada di dalam ruangan itu.
“Kalau begitu aku pergi dulu…” Dia pun berpamitan pada guru tersebut dan pergi dari ruangan tersebut.
**
Setelah berada di luar ruangan Velana menengok samping kiri dan samping kanan, memastikan bahwa Gudov masih belum jauh.
“Cepat sekali dia perginya…” Ucap gadis bernama Velana itu, nampak kesal karena tiba-tiba Gudov meninggalkannya tanpa memberitahu kepadanya lebih dulu.
***
Beberapa saat kemudian, terlihat Gudov sampai di sebuah rumah yang merupakan rumah dari salah satu temannya yang bernama Tseydle.
Gudov mengetuk pintu rumah dari temannya dan tidak lama kemudian ayah dari temannya tersebut membukakan pintunya.
“Oh, Gudov yah…” Ucap ayah dari temannya tersebut.
“Paman, apakah Tseydle sudah pulang?” Tanya Gudov.
“Belum… Memangnya kalian tidak bersama?” Tanya balik ayah temannya.
“Tidak paman, aku bahkan sedang mencarinya,” jawab Gudov.
“Kalau begitu, bagaimana kalau menunggu Tseydle di dalam sampai dia pulang?” Tanya ayah temannya.
Gudov pun setuju dengan tawaran dari ayah temannya untuk menunggu Tseydle kembali ke rumahnya.
***
Kemudian di perkotaan, tampak Tseydle bersama dua temannya kini datang mengunjungi sebuah toko yang menjual barang-barang antik.
“Apa disini bisa menjual?” Mereka menghampiri si penjaga toko, kemudian Tseydle bertanya bahwa dia ingin menjual sebuah barang.
“Memangnya barang apa yang ingin kalian jual anak-anak?” Tanya balik penjaga toko itu.
Tanpa pikir panjang, Tseydle mengambil patung emas tersebut, lalu memperlihatkannya kepada penjaga itu.
Saking terkejutnya melihat patung emas tersebut, penjaga toko itu lantas langsung merebut benda tersebut dari tangan Tseydle lalu memeriksanya, apakah benda tersebut merupakan emas asli.
Penjaga tokoh itu mengetuk patung emas tersebut dengan logam lain sehingga memunculkan suara melengking serta bertahan cukup lama. Dia juga mengetes patung tersebut dengan sebuah magnet yang ternyata patung emas itu tidak bisa tetarik oleh magnet tersebut.
“Tunggu disini…” Penjaga toko itu kemudian membawa patung emas tersebut masuk ke sebuah ruangan yang berada di belakangnya.
Tak berapa lama, penjaga toko itu kembali dengan pemilik dari toko tersebut yang kini sedang memegang patung emas itu.
“Apakah kalian yakin ingin menjualnya? Ini adalah emas asli,” tanya pemilik toko itu sambil menyatakan bahwa patung tersebut terbuat dari logam emas yang asli.
“Tentu saja tuan... Kenapa tidak?” Jawab Tseydle dengan yakin.
Mendengar jawaban dari remaja itu, si pemilik tokoh lalu menimbang patung tersebut kemudian memberikan uang kepada mereka bertiga.
“Berat patung ini adalah tiga kilogram… Jadi aku akan memberikan kalian dua ratus Crown untuk perkilogramnya…”
“Baiklah… Terima kasih tuan… Kalau begitu kami pamit dulu.” Tanpa pikir panjang Tseydle langsung mengambil uang tersebut dan membagi rata kepada dua temannya, lalu pergi meninggalkan toko tersebut.
“Darimana mereka mendapatkan patung ini?” Tanya si penjaga tokoh sambil memperhatikan patung emas tersebut.
“Entahlah… Yang pasti kita bisa mendapatkan ratusan ribu kali lebih banyak dibandingkan harga yang kuberikan kepada mereka”
Ternyata Tseydle serta kedua temannya tidak mengetahui harga sebenarnya dibalik patung emas tersebut. Sang pemilik toko lantas memanfaatkan kebodohan mereka dengan hanya memberikan bahkan jauh kurang dari satu persen, dari harga sebenarnya untuk patung emas tersebut.
***
Setelah menjual patung emas itu dan mendapatkan uangnya, Tseydle pun pulang ke rumahnya.
Remaja itu sontak terkejut melihat Gudov berada di dalam rumahnya, sedang menunggunya dengan ekspresi kesal.
“Gudov, kau sudah lama menunggu?” Tanya Tseydle.
Tanpa basa-basi, Gudov langsung menari temannya tersebut keluar rumahnya untuk meminta keterangan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments