Gudov pun juga kebingungan dan lantas melihat para temannya, berharap diantara mereka mengetahui sesuatu tentang pernyataannya.
Akan tetapi, semuanya langsung menggelengkan kepalanya sampai mengangkat kedua tangan mereka, tidak tahu menahu juga tentang hal tersebut.
“Ah sial… Entah pada siapa kita harus menyerahkannya?” Keluh Gudov menjadi buntu tentang solusi dari benda tersebut.
Ketika sedikit berpikir keras, remaja lantas mengingat Yermo, yang merupakan orang suci di kota mereka, yang ditemui olehnya kemarin malam.
“Lebih baik kita serahkan pada tu…”
Disaat Gudov mau mengatakan bahwa benda tersebut lebih baik diserahkan kepada pria bernama Yermo, tiba-tiba sebuah bel yang menandakan jam pelajaran di sekolah itu berbunyi.
“Kita masuk dulu… Biar aku jelaskan nanti saja.” Gudov pun langsung mengurungkan niatnya untuk memberitahu kepada teman-temannya.
“Ambil ini…” Dia kemudian memberikan patung tersebut kepada temannya yang menemukan benda tersebut.
***
Di kota bernama Arbikhan yang terletak di negeri Tengal, yang berjarak sekitar lima ratus kilometer lebih dari kota tempat Gudov, tampak seorang pria dengan penampilan memiliki rambut panjang terurai duduk di depan seorang prajurit yang sedang berlutut di hadapannya.
“Apa yang terjadi dengan patung itu? Kenapa dia bisa hilang?” Tanya pria berambut panjang tersebut dengan nada suara yang mengancam.
“Yang Mulia… Maafkan aku, tapi patung keramat itu tiba-tiba telah dicuri dari kami,” jawab prajurit yang sedang berlutut dihadapan pria tersebut.
“Sudah dicuri yah… Tidak apa-apa, lagipula benda tidak penting juga,” respon pria itu mendengar jawaban dari prajurit tersebut bahwa benda yang ditanyainya telah dicuri.
Akan tetapi, ekspresi yang santai dari pria berambut panjang itu dalam sekejap berubah menjadi kesal.
“Uakh…!” Sontak pria itu langsung mengeluarkan tekanan kekuatannya hingga membuat prajurit yang berlutut di hadapannya seketika terhempas.
Dengan menggunakan kekuatan tekanannya, pria itu membuat prajurit tersebut lantas tersungkur tidak bisa berdiri.
“Cepat cari benda itu segera… Kalau tidak, maka kau yang harus menjadi tumbal sebagai ganti benda tersebut,” ucap pria itu, mengancam prajuritnya untuk segera menemukan benda yang hilang tersebut.
“Kau paham!” Tidak mendengar jawaban dari prajurit itu, pria tersebut lantas meneriakinya.
“Baik Yang mulia, aku paham,” jawab prajurit itu.
Pria itu lalu menghentikan tekanan kekuatannya, membuat prajurit itu akhirnya bisa bergerak kembali.
Sebelum pergi dari ruangan tersebut, prajurit itu sejenak memberikan salam untuk menghormati pria itu yang merupakan pemimpin dari negeri Tengal tersebut.
Tak lama kemudian setelah prajurit yang sebelumnya keluar, pria itu merasakan seseorang berada di balik pintu masuk ruangan tersebut.
“Jungdai, apa kau ada disana?” Dia lalu memanggil seseorang yang diketahui olehnya.
Nampak seorang pria lain menengok pria berambut panjang itu yang berada di dalam ruangan tersebut.
“Ayah, ternyata kau masih saja mencari benda itu rupanya,” ucap pria itu, memanggil pria berambut panjang tersebut sebagai ayah sambil masuk ke dalam ruangan.
“Patung keramat itu merupakan pusaka turun-temurun bangsa Tengal yang sudah hilang sejak lama… Aku tidak mau kehilangan itu lagi, karena hanya dengan benda itu kita bisa mengimbangi kekuatan negeri Pavonas,” ucap pria berambut panjang, menjelaskan seberapa penting benda yang hilang tersebut pada pria bernama Jungdai itu.
Sesuai dengan perkiraan Gudov bahwa patung emas yang ditemukan oleh teman-temannya merupakan benda yang berasal dari negeri seberang, dimana kini pemimpin dari negeri tersebut ingin mendapatkan kembali benda itu untuk keperluan pentingnya.
“Pavonas… Kau selalu saja benci dengan negeri itu, padahal bangsa Slivan adalah nenek moyang kita,” ucap pria bernama Jungdai, memiliki pemikiran yang berbeda dengan ayahnya.
“Memang benar bahwa orang-orang Tengal memiliki sebagian darah dari bangsa Slivan, namun itu tidak mengubah bahwa kita dianggap berbeda dengan mereka.” Akan tetapi, pemimpin negeri Tengal itu tidak mau mengerti penjelasan dari anaknya tersebut.
Mengikuti sejarah yang selama ini terjadi antara negeri Pavonas dan negeri Tengal, dimana bangsa Slivan, dari negeri Pavonas sudah sejak lama ingin menghapus keberadaan bangsa Tengal yang memiliki sebagian darah keturunan bangsa Slivan.
Pada dahulu kala, keruntuhan kerajaan Slivanic, negeri pertama bangsa Slivan akibat perbuatan dari beberapa kelompok bangsa Slivan yang membelot membela musuh mereka yaitu bangsa Tian, leluhur bangsa Tengal dari pihak sebelah.
Kelompok bangsa Slivan yang telah menjadi bagian dari bangsa Tian kemudian membaur dan menikah, serta menghasilkan keturunan campuran antar dua bangsa tersebut.
Setelah negeri Pavonas bangkit dan menjadi negeri yang kuat, mereka selalu menindas negeri Tengal karena memiliki garis keturunan dari bangsa mereka sendiri.
Hal itu membuat orang-orang dari negeri Tengal termasuk pemimpin-pemimpin mereka secara turun-temurun selalu membenci negeri Pavonas dan ingin membalas dendam sampai akirnya berlanjut pada pemimpin mereka yang sekarang yaitu pria panjang tersebut.
Pria berambut panjang tersebut yang merupakan pemimpin negeri Tengal kini bernama Gundai I dari clan Dalchigan, salah satu clan bangsawan negeri Tengal. Dia adalah pemimpin pemerintahan monarki Tengal yang memiliki gelar sebagai khan agung.
Pria bernama Gundai tersebut adalah tipe pemimpin yang tegas serta kejam disaat yang bersamaan. Dia bahkan berpegang teguh hingga menjadikannya sebagai ambisi pada pesan-pesan yang disampaikan oleh pemimpin-pemimpin negeri Tengal sebelumnya bahwa negeri Pavonas serta bangsa Slivan murni harus dibasmi dari muka dunia.
“Kau sebagai putra mahkota harusnya mengerti dengan apa yang terjadi pada bangsa kita karena Pavonas sejak dulu,” ucap pemimpin negeri Tengal bernama Gundai itu.
“Maaf ayah, sebagai pangeran mahkota Tengal yang akan meneruskan tahta negeri ini, maka aku akan mengubah pandangan pemimpin-pemimpin sebelumnya termasuk kau pada negeri Pavonas,” balas anaknya, tidak mau mengalah terhadap pernyataan dari ayahnya tersebut.
“Heh, Aku benci mendengar hal itu… Kau seperti mendiang ibumu saja suka pada perdamaian, namun berakhir tragis di tangan bangsa sial itu.”
Gundai tidak mau berdebat lagi dengan anaknya karena tiba-tiba mengingat mendiang dari istrinya yang memang berakhir di tangan orang-orang Slivan.
Pria itu pun beranjak dari ruangan tersebut meninggalkan anaknya tanpa mengatakan apapun lagi.
***
Kembali ke kota Vegoblashcensk, dimana jam sekolah pun akhirnya berakhir. Semua murid yang berada di sekolah tersebut termasuk Gudov nampak bersiap untuk pulang kembali ke rumah mereka masing-masing.
Gudov yang teringat dengan patung emas yang diberikannya kembali ke salah satu temannya, lantas pergi ke ruangan kelas dari temannya tersebut.
“Eh…” Setelah berada di depan kelas, remaja itu hanya mendapati beberapa murid yang tersisa di dalamnya, tanpa melihat temannya berada di ruangan itu.
“Hei, kau melihat Tseydle kemana?” Tanya Gudov kepada salah satu murid tentang keberadaan temannya.
“Tseydle… Baru saja dua temannya datang langsung mengajaknya pergi,” ucap murid tersebut.
“Baiklah, terima kasih…”
Mendengar pernyataan dari murid tersebut Gudov langsung bergegas beranjak mengejar teman-temannya yang kemungkinan masih belum meninggalkan sekolah tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments