bab. 4

Sah...." Ucap kedua saksi.

Semua yang disana kecuali Bu Waty dan juga Andini, mengucapkan rasa syukur karena rencana yang dilaksanakan telah selesai dengan lancar dan tanpa hambatan apa-apa.

Butiran air mata mengalir di wajah Utari.

"Kenapa dengan diriku ya Allah, kenapa rasa haru menyelimuti hati ku?? Ada apa dengan ku Tuhan. Dan dia suamiku, yang belum aku tahu siapa nama dan siapa dia sebenarnya." Jerit Utari dalam hatinya sendiri.

Utari dengan disuruh pak penghulu langsung menyalami Algifari yang sekarang sudah sah menjadi suaminya.

Dan Fari dengan mata yang berkaca-kaca, dengan malu dia mencium kening Utari yang sekarang sudah sah menjadi istrinya.

Bu Waty hanya manyun tidak kelihatan bahagia. Dia tidak seperti orang tua lainnya yang bahagia melihat anaknya menikah, dia seperti tidak ikhlas dan juga tidak senang. Tetapi demi nama baik yang selama ini selalu jaga, dengan terpaksa dia tetap berpura-pura baik dan berpura-pura bahagia dan senang dengan pernikahan anaknya, Ari.

Utari dan juga Ari segera menyalami pak Faisal dan Bu Waty bergantian.

Mereka juga menyalami seluruh warga yang ada disana tanda berterimakasih karena sudah menjadi saksi dan ikut serta menyaksikan pernikahan mereka berdua.

Setelah selesai acara ijab Qabul, pak Faisal  menanyakan kapan resepsi untuk pernikahan Ari dan Utari.

Tanpa memikirkan perasaan Ari, ibu Waty menjawab kalau dia tidak akan pernah membuat pesta untuk Ari sebelum Dian menikah.

Semua yang mendengarkan jawabannya hanya geleng-geleng tidak mengerti dengan jalan pikiran ibunya Ari.

Dan Ari hanya bisa mengelus dada, dia hanya bisa bersabar dengan semua perilaku ibunya yang pilih kasih antara dia dan kedua Abang dan juga kakanya.

Pak Faisal dan juga keluarga rombongannya pamit pulang, mereka kecewa dengan sikap besannya yang tidak terlalu antusias menyambut menantunya, yang tidak lain adalah anak kandungnya sendiri.

Mereka pulang membawa kekecewaan, terutama pak Faisal dia sangat tidak ikhlas dengan apa yang menimpa anaknya, terpaksa dinikahkan karena tuntutan rakyat.

"Nanggi adong kele Serena bope na sahumis ni bawang. Halak na kayo do ayah ni i da kele e di Bungabondar. (Emasnya sama sekali tidak ada, padahal ayahnya orang berada dikampung nya). Ucap ibu Masruro memulai biang gosip sambil mencuci piring.

"Songonima anggo dung sega, Makana eda rap tajago ma borutta sasaudena. (Begitulah kalau sudah rusak, makanya kita harus jaga anak perempuan kita.) Sahut bu Asmi.

Mereka terus menggosip i Bu Waty dan juga keluarganya, saking lamanya mereka menggosip i keluarga Bu Waty, sampai-sampai mereka tidak sadar kalau Andini dari tadi mendengarkan mereka menceritakan keluarganya tidak ada habis-habisnya.

Dengan serangan dendam nyi pelet Andini langsung menjambak rambut Bu Asmi dan juga Bu Masruro.

"Urut ni amaon ni on sasada, na mangido mangan na mangido minum hai tu hamu, layas ni roha ni hamu i tu hai. (****** ayah kalian lah, kami tidak meminta makan dan tidak meminta minum kepada kalian, kenapa kalian sangat merendahkan kami.)" Teriak Andini terus menerus menarik dan menjambak rambut kedua ibu-ibu rempong itu.

Perkelahian diantara mereka sudah tidak bisa di elakkan lagi. 2 vs 1, 2 melawan 1 bagi Andini bukan hal yang sulit. Dia sama sekali tidak gentar sedikitpun.

Mereka bertiga tarik-tarikan rambut, jambak-jambakan rambut sampai rambut, baju dan keadaan mereka seperti orang gila.

Melawan mereka berdua bagi Andini sangat lah mudah, karena Andini yang masih muda, kekar dan juga energik membuat Bu Masruro dan Bu Asmi kewalahan melawan mereka berdua.

Sebenarnya sudah banyak orang yang melihat perkelahian mereka bertiga, tapi karena melihat Andini pemenangnya mereka membiarkan untuk memberikan ancaman dan juga pelajaran untuk sibiang gosip.

"Padiar soni akkang, na jabiran memang baba ni na 4 halak i. Dikira halai do uang pade halai di ginjang ni tanoon.(biarkan saja, tukang gosip nya memang yang 4 orang itu. Mereka kira mereka yang paling baik di atas tanah ini.)" Ucap seorang warga yang ikut menonton perkelahian mereka bertiga.

Melihat Bu Masruro dan Bu Asmi yang seperti sudah kehabisan tenaga, para warga pun menarik Andini.

Mereka akhirnya melerai karena merasa iba melihat keadaan Bu Masruro dan Bu Asmi.

"Madung mai inang, saipe i...saipe i Andini. (sudah lah itu Andi, cukup nak, cukup!!)" Kata warga yang ada disana sambil menarik Andini.

Dengan rambut yang sudah acak-acakan, dan baju yang sudah entah kayak mana bentukannya, Andini bergegas pulang ke rumahnya.

Tapi sebelum pulang dia tetap mengancam kedua duelnya yang membuat orang semakin puas melihat kedua biang gosip diam tanpa menjawab apapun lagi.

"Kalau sampai kalian menggosip i ibu ku lagi, kalian akan merasakan 2 kali lipat dari ini. Ingat itu!!!! Camkan itu!!!" Ucap Andini sambil pergi diantar salah satu warga yang berada disana.

Bu Masruro dan Bu Asmi terdiam tersipu malu, mereka tidak menyangka kalau mereka akhirnya dipermalukan juga karena mulut mereka yang ember.

Sampai di rumah Andini yang sudah acak-acakan langsung menemui ibunya, menangis dan mengadu.

"Ibu lihat..." Sambil menunjuk rambut dan bajunya yang sudah acak-acakan.

"Kamu kenapa???"

"Berkelahi..." Jawabnya ketus.

"Dengan siapa???"

"Siapa lagi, kalau bukan sibiang gosip, cctv kampung."

"Hmmmm.. Oalah inang(panggilan untuk anak perempuan) untuk apa lah kau meladeni mereka yang sudah lewat batas normal manusia."

"Gak terima aku attong mama kita digosipi.."

"Hmmmm. Biarkan saja lah. Gak usah di ladeni. Ganti baju sana, udah macam orang gila modelan kau seperti ini."

"Iss..." Ucap Andini yang langsung pergi ke kamarnya.

Dan sementara Utari dan Ari berada di kamar berdua seperti orang aneh yang tidak saling mengenal langsung menjadi suami istri malu-malu dak kikuk tidak tahu harus berbuat apa.

Mau keluar kamar malu, tidak keluar kamar juga malu dengan diri mereka masing-masing karena merasa aneh dengan keadaan yang lagi mereka jalani.

Hanphone Ari tiba-tiba bunyi. Dia melihat isi chat Syakira wanita yang sudah lama ditaksirnya mengajak Jalan-jalan karena kebetulan hari Minggu.

Ari membalas chat Syakira dan mengatakan kalau hari ini dia tidak bisa karena ada urusan keluarga yang tidak bisa ditinggalkannya.

Abang ipar Algifari, suami Andini langsung meluncur pulang kampung mendengar adik iparnya menikah. Tanpa pikir panjang dan tanpa meminta persetujuan bos dan juga Andini dia segera pulang untuk memastikan berita yang disampaikan istrinya.

Dengan sedikit gemetaran dan suara parau Fari memulai percakapan dengan Utari untuk mencairkan suasana mereka yang kaku dan juga sepi dan hening seperti kuburan.

"Madung mangan do ho manyogoti??? (Kamu sudah makan tadi pagi??"

"Hmmmm...aku tidak mengerti bahasa Batak."

"Ohh...maaf...maaf..."

"Kamu sudah makan???"

"Belum..."

"Ya sudah ayok kita makan??? Ibu dan Kaka juga sudah didapur itu." Ucap Fari mengajak Utari keluar.

Melihat Fari dan Utari keluar, Bu Waty dengan wajah perengutnya tetap mengajak mereka berdua makan.

"Uma habis mangan on, tu Bagas ni ayah nian majo Hami. Adong sere Nia tinggal, giot buatin Nia. (Ma selesai makan ini, kami pergi dulu ke rumah orang tuanya, mau mengambil emasnya yang tertinggal.) Ucap Ari berbohong.

"Sere....(emas)" tanya Bu Waty dengan wajah senang berbinar-binar.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!