RM. BAB 5

Jari-jari Aruna mulai bergerak seiring kedua matanya yang mulai terbuka, pandangannya menyapu seluruh ruangan yang asing dimatanya.

"Aku dimana?" Gumam Aruna sambil memijat keningnya.

Laki-laki yang duduk di sofa menunggu, dengan cepat bangkit dari tempat duduknya lalu menghampiri Aruna.

"Syukurlah, akhirnya Kamu sadar juga." Ujarnya sambil tersenyum tipis.

"Kamu? Kenapa aku bisa ada disini?" Tanya Aruna, ia sedikit kaget melihat keberadaan laki-laki itu.

"Kamu tadi pingsan. Aku memeriksa denyut nadi mu yang sangat lemah maka dari itu aku langsung membawamu kerumah sakit. Oh ya, kebetulan aku juga seorang dokter, tadi aku juga sudah meminta dokter kandungan disini untuk memeriksamu dan ternyata dugaan ku benar. Kamu sedang hamil." Jawab laki-laki itu.

Membuat Aruna tercengang mendengar akhir kalimatnya.

Hamil?

Mendengar satu kata itu, refleks Aruna langsung meraba perutnya. Entah ia harus bahagia atau tidak saat ini. Didalam rahimnya kini sedang tumbuh buah cintanya bersama Juna. Tetapi sayangnya saat ini cinta itu telah pudar tergantikan dengan kebencian.

"Tidak." Aruna menggelengkan kepalanya pelan ketika terlintas dibenaknya untuk menggugurkan kandungannya. Bagaimanapun juga janin itu adalah darah dagingnya sendiri dan tidak bersalah apapun. Tapi apa yang harus ia lakukan sekarang dalam kondisi hamil seperti ini?

Kembali kepada Juna adalah hal yang tidak mungkin ia lakukan. Yah, lebih baik bayinya tidak memiliki ayah daripada harus kembali kepada laki-laki tak berperasaan itu.

Tangannya yang masih meraba perutnya perlahan terkepal erat. Kini Aruna terpikirkan untuk membalas semua perlakuan Juna terhadapnya. Senyum tipis tersungging di bibirnya ketika terbesit cara bagaimana nanti ia akan membalas semua perbuatan Juna padanya.

...__________________...

Sementara itu ditempat lain. Juna masih memacu mobilnya menelusuri jalanan ditengah teriknya matahari mencari keberadaan Aruna. Perutnya yang sudah keroncong sejak semalam meminta diisi makanan tak ia hiraukan. Saat ini fokusnya hanya tertuju pada Aruna saja, ia harus menemukan keberadaan istrinya itu dan memohon maaf atas semua perbuatannya selama dua bulan ini. Bahkan jika diperlukan ia akan bersujud di kaki Aruna untuk memohon ampun.

Ponselnya yang sejak tadi terus berdering tak ia pedulikan. Hingga pada akhirnya iapun menepikan mobilnya untuk mengangkat panggilan yang mungkin saja dari kantornya. Dan benar saja, salah satu karyawannya yang menelpon.

"Halo, ada apa?" Tanya Juna dengan nada yang terdengar malas.

"Maaf mengganggu, Pak. Ada seseorang yang mencari Bapak." Jawab karyawan laki-laki diseberang telepon.

"Siapa?" Tanya Juna lagi sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling, berharap ada Aruna ditempat itu.

"Namanya Farhan, Pak."

"Apa?" Mendengar nama sahabat sekaligus kakak iparnya disebut membuat kedua mata Juna seketika membulat. Bagaimana Farhan bisa sampai ke kantornya, padahal ia tidak pernah memberitahukan pada kakak iparnya itu bahwa ia memiliki perusahaan yang bergerak di bidang ekspedisi diluar kota.

Tetapi itu sudah tidak penting lagi. Sekarang yang harus ia pikirkan adalah, apa yang akan ia katakan nanti pada Farhan tentang Aruna yang kini entah dimana keberadaannya.

Juna memijat pelipisnya yang tiba-tiba saja terasa berdenyut. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana murkanya Farhan jika mengetahui apa yang sudah ia perbuat pada Aruna selama dua bulan ini karena kesalahpahaman nya. Beberapa kali ia menghela nafasnya yang memburu kemudian kembali melajukan mobilnya menuju kantornya.

Apapun yang akan dilakukan Farhan nanti padanya ia harus siap menerimanya.

.

.

.

Bugh... Bugh... Bugh...!

Juna hanya bisa pasrah ketika pukulan bertubi-tubi dilayangkan oleh Farhan ke wajahnya setelah ia menceritakan semuanya tanpa ada yang terlewat.

Farhan benar-benar murka setelah mendengar pengakuan Juna tentang perlakuannya terhadap Aruna karena ingin membalas dendam padanya. Terlebih Aruna telah melarikan diri dan kini tidak tahu dimana keberadaannya.

Farhan benar-benar tidak terima karena ternyata Juna menikahi adiknya karena untuk membalas dendam, bukan karena mencintai Aruna seperti yang dikatakannya saat datang melamar Aruna kala itu.

"Kau benar-benar brengsek, Juna! Bagaimana kau bisa berpikir aku yang sudah memperkosa adikmu? Aku tidak sebejat itu!" Teriak Farhan bersamaan dengan bogem mentah nya yang kembali mendarat di pipi Juna.

"Maafkan aku, Farhan. Aku memang salah, seharusnya aku menyelidikinya terlebih dulu dan bukannya langsung menuduh mu sebagai pelakunya hanya karena jam tanganmu ada ditempat kejadian." Ucap Juna terdengar lirih, ia kesulitan untuk berbicara karena wajahnya yang sudah babak belur.

"Asal kau tahu, Juna. Jam tangan ku itu hilang saat kita menghadiri reuni kampus. Jam itu hilang saat aku ke toilet, aku melepaskannya dan menggantungnya di pintu toilet. Saat aku keluar jam itu sudah tidak ada." Tutur Farhan seraya mengusap wajahnya. Yang ada dalam pikirannya sekarang adalah Aruna. Entah bagaimana nasib adiknya diluar sana seorang diri. Terlebih kota ini sangat asing untuk Aruna.

Sementara Juna tidak bisa berkata-kata lagi setelah mendengar penuturan Farhan. Apakah ada seseorang yang sudah merencanakan itu semua? Tetapi siapa? Ia ingat betul, hanya beberapa jam setelah acara reuni itu selesai, ia mendapat kabar bahwa adiknya ditemukan tak sadarkan diri disebuah rumah kosong dalam keadaan tanpa busana. Di tempat itu pula ia menemukan jam tangan Farhan, dan langsung berasumsi bahwa Farhan lah yang telah memperkosa adiknya. Tetapi ternyata bukan Farhan pelakunya. Lalu siapa yang sudah melakukan itu semua dengan mengkambinghitamkan Farhan?

"Farhan, maafkan aku. Aku berjanji akan memperbaiki semuanya. Aku akan mempertanggung jawabkan semua perlakuanku pada Aruna. Dan aku juga akan me...

"Tidak perlu!" Ucap Farhan dengan lantang memotong kalimat Juna.

"Aku tidak memerlukan itu semua, Juna. Karena setelah aku menemukan keberadaan Aruna, aku akan segera mengurus perceraian kalian. Tidak akan aku biarkan Adikku kembali pada laki-laki brengsek sepertimu!" Tukas Farhan dengan wajah yang memerah.

"Tidak Farhan, aku mohon jangan lakukan itu. Aku mohon berikan aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya." Mohon Juna.

Namun, Farhan tidak memperdulikannya. Ia langsung meninggalkan Juna yang masih terduduk dilantai dengan wajah yang sudah babak belur karena ulahnya.

Farhan tidak menghiraukan teriakan Juna yang terus memanggilnya. Ia terus melangkah keluar dari gedung perusahaan adik iparnya itu hingga ia sampai di pelataran terdengar ponselnya yang berdering menghentikan langkahnya.

Farhan sedikit berdecak kesal melihat nomor asing menghubunginya, namun ia tetap mengangkat panggilan itu.

"Halo, ini siapa?" Tanya Farhan dengan nada yang agak ketus.

Untuk beberapa detik, belum ada sahutan diseberang telepon membuat Farhan merasa kesal. Saat akan memutus sambungan telpon itu, terdengar suara yang sangat dirindukannya.

"Kak Farhan..." Lirih Aruna diseberang telpon.

"Aruna... Ini benar kamu, Sayang? Sekarang katakan dimana kamu sekarang, Kakak akan jemput kamu." Tanya Farhan dengan bergetar. Sungguh ia sangat merindukan adiknya, selama dua bulan baru mendengar suara Aruna lagi.

"Aku di rumah sakit, Kak."

Terpopuler

Comments

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

rasakan tumbukan Farhan..Juna,, itu belum seberapa dengan apa yang kau perbuat

2024-02-18

0

Ilfa Yarni

Ilfa Yarni

syukurlah aruna bisa mnlfn Farhan dan Farhan akan menjemput aruna

2023-06-23

2

💜🌷halunya jimin n suga🌷💜

💜🌷halunya jimin n suga🌷💜

alhmdlh cepet ketemu.. btw aruna apal no hp abangya... emak mah boroboro no hp sendiri aja kaga apal... 😂😂 apalanya tgl gajian aja... jiahhhhh curhat dahhhh

2023-06-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!