Arti Sahabat

Cape, marah, benci dan lelah terkumpul jadi satu dalam hatiku. Namun, aku tau secape dan selelahnya tidak akan jadi alasan untuk aku berhenti. Aku boleh kecewa, marah, tapi tidak boleh bodoh ada Gio yang butuh ibunya, ada Gio yang harus bahagia meskipun ayahnya gila. Aku memejamkan mata dan menghirup nafas dalam, aku memutuskan berhenti sejenak untuk menyiapkan mentalku, sebelum menyusul ke kantor polisi. Untuk mengurus laporan atas perselingkuhan suamiku dan gundik gatal.

Aku tidak boleh lemah, tidak boleh manja dan tidak boleh lengah, aku harus tetap berjuang sampai titik akhir.

Malam semakin larut, udara pun semakin dingin menusuk kulit begitu aku ke luar dari gedung tinggi itu. Dalam pekat dan sunyinya suasana malam, aku terus melajukan kendaraan menembus jalanan yang sudah mulai sepi, menuju kantor polisi di mana Mas Azam dan gundiknya digiring.

Konsentrasi ku terpecahkan ketika ada suara panggilan masuk. Rasanya jantung langsung terlonjak kaget ketika ponsel tiba-tiba berbunyi. Pertama yang mengganggu pikiranku adalah Gio. Bagaimana kalau Gio bangun dan cari-cari aku. Sedangkan aku tidak bisa pulang sekarang. Gio yang dari kecil selalu dirawat dengan tanganku sendiri tentu akan mencari aku kalau aku tidak ada.

Dengan keberanian, aku mengambil ponsel yang diletakan di laci. Hah ... aku bisa bernafas dengan lega ketika yang melakukan panggilan telepon adalah Meli.

[Hallo, Loe ngapain telpon tengah malem?] tanya Meli yang rupanya baru bangun dan tentu kaget setelah buka ponselnya ada panggilan yang cukup banyak dariku.

Aku menepikan sejenak kendaraan di tempat yang masih ramai. Pikiran sedang kalut, tidak mungkin aku bisa melanjutkan kendaraan dengan pikiran yang masih tercerai berai, ditambah ngobrol dengan Meli.

[Mel, gue sekarang sedang di jalan, mau ke kantor polisi. Loe ada teman nggak yang lawyer? Gue butuh sekarang.] Bukanya menjawab pertanyaan Meli, justru aku langsung menanyakan pengacara. Pikiranku benar-benar buntu. Tanpa pengacara aku akan sulit untuk mengurus semuanya. Apalagi dilihat dari cara bicara Mas Azam dan Bu Dewi, tadi mereka bukanya mengaku salah dan meminta maaf, justru seperti menantang. Jadi tidak ada salahnya kan kalau aku membeli kesombongan mereka. Sekali-kali mereka harus diberi pelajaran agar tidak merendahkan wanita lain.

[Loe kenapa sih Zi, loe sekarang di mana? Kalau pengacara bukanya Handan dia advokat, dia bisa bantu loe, tapi loe sekarang di mana?] tanya Meli, aku bisa menilai dari nada suaranya, kalau Meli sangat panik ketika aku bertanya pengacara.

[Gue akan ke kantor polisi kebon nanas. tolong loe bilang pada Handan datang ke sini, karena gue sangat butuh bantuan dia. Oh iya gue bisa minta tolong nggak Mel.] Aku teringat setelah ini Mas Azam bisa saja pulang, aku takut dia akan marah dan mengambil Gio. Saat ini Gio harus diamankan agar tidak diambil Mas Azam. Aku rela dia marah padaku, asal Gio aman, aku akan tenang.

[Minta bantuan apa, selagi gue bisa, pasti akan gue bantu.] jawabnya, membuat aku terharu. Meli dan Janah memang teman terbaikku. Mereka tidak pernah tidak pernah berubah sejak kuliah hingga detik ini. Mereka selalu perduli denganku.

Sebelum menjawab, aku menelan Saliva, tenggorokan rasanya sakit sekali karena menahan tangisan. [Apa yang kalian katakan benar Mel, barusan gue habis pergoki Mas Azam dan Bu Dewi mereka sedang tidur bareng tanpa pakaian. Coba ngapain mereka kalau tidak zina. Saking marah gue membuat laporan, gue ingin membuat pelajaran pada dua orang itu. Itu sebabnya gue butuh pengacara. Dan sekarang gue takut Gio bakal diambil oleh Mas Azam, karena sehabis ini pasti mereka tidak akan ditahan hingga persidangan mengatakan kalau mereka memang bersalah. Untuk sementara waktu mereka bebas untuk berkeliaran. Gue takut kalau Mas Azam mengambil Gio. Apa loe mau untuk sementara waktu menampung gue tinggal di rumah loe dan menampung Gio juga. Kalau urusan gue dan Mas Azam sudah selesai gue janji akan pindah. Untuk saat ini yang penting Gio aman.]

Di tempat ini aku tidak ada siapa-siapa, selain teman-teman kuliahku. Apalagi kedua orang tuaku pernah menentang pernikahan kami. Aku takut kalau pulang ke rumah ke dua orang tuaku yang ada aku justru menambah beban pikiran orang tuaku, dan mereka pasti akan sangat kecewa dengan pilihanku. Biarkan aku yang menampung semua ini. Ini adalah jalan yang aku pilih sehingga aku pun wajib menyelesaikannya sendiri. Aku yakin, bisa menghadapi ini semua.

[Loe itu kaya sama siapa aja sih Zi, kita itu sudah berteman lama, jadi jangan merasa sungkan. Gue akan urus Gio, dan loe boleh tinggal di rumah gue sampai kapan pun. Jangan berpikir yang tidak-tidak. Ya udah sekarang loe ke kantor polisi aja. Nanti gue bakal hubungi Handan, dan setelah itu gue dan Jana bakal ke rumah loe untuk ambil Gio.]

Kembali hati ini rasanya terharu, ketika mendengar jawaban Meli.

[E ... Mel, gue minta tolong lagi boleh nggak?] tanyaku ragu-ragu. Rasanya tidak tau diri banget ketika aku lagi-lagi meminta bantuan pada mereka.

[Ya udah katakan saja, gue bakal bantu pokoknya, tapi selagi masih bisa bantu yah.]

[Tolong ambilkan uang, surat-surat dan perhiasan yang ada di lemari kunci ada di laci nakas. Tolong banget yah Mel. pokoknya yang ada di dalam laci itu bawa semua.]

[Ya udah, ok gue akan ambil.]

[Terima kasih.]

Saat ini aku lebih percaya pada temanku dari pada dengan suamiku sendiri. Kini aku sudah cukup tenang kalau Gio sudah dalam tangan yang pas. Kembali aku injak pedal gas, dan kembali memaju kendaraan agar cepat sampai di kantor  polisi berharap Handan juga sampai. Yah, mudah-mudahan Handan bisa mengangkat telpon, dan membantuku nanti.

Tuhan memang maha adil, Ia memberikan ujian yang hebat. Ia juga mengirimkan bantuan agar aku tidak seorang diri melewatinya. Tidak ada yang harus diragukan dari jalan yang sudah Alloh takdirkan. Mungkin Alloh membuka aib mereka saat ini agar aku bisa tahu siapa suamiku yang selalu aku kenal baik itu. Aku selalu mencoba berpikir positif. Sudah lelah hidupku, rasanya semakin lelah lagi kalau aku terus-terusan berprasangka buruk pada jalan yang sudah digariskan oleh-Nya.

Bersambung....

...****************...

Terpopuler

Comments

Endang Werdiningsih

Endang Werdiningsih

hadir,,kayak'a handan akan jodoh'a kayak hadi beli satu bonus satu..

2023-08-12

2

Pia Palinrungi

Pia Palinrungi

ttp tenang, ini sdh keputusan yg terbaik penjarakan suamimu baru urus percereainmu dn kamu harus bangkit bukti kalau kamu akan baik2 saja

2023-08-07

1

Om Supri

Om Supri

jgn2 ini Handan adiknya Hadi dinovel satunya??

2023-06-24

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!