Pemakaman untuk Kinan--ibu kandung Alisha juga Andi baru saja selesai di lakukan. Tidak banyak orang yang datang, hanya ada beberapa tetangga dekat saja yang datang.
Kinan itu memang seorang yatim-piatu dan tidak memiliki keluarga lain, berbeda dengan Deno yang masih mempunyai keluarga, namun sayang mereka tidak pernah memperdulikannya. Jadi, wajar saja jika tidak ada satupun keluarga mereka yang datang untuk pemakaman ini.
Di tempat pemakaman yang sepi dan sunyi, hanya tersisa dirinya bersama Deno--ayahnya, karena Andi sudah di titipkan kepada tetangganya agar tidak ikut ke pemakaman, karena takut akan menambah traumanya.
Alisha mengepalkan kedua tangannya erat, dia melihat sekelilingnya dan pandangannya berakhir pada sebuah batu besar yang ada di dekatnya. Dia segera berjalan ke arah batu besar itu dan mengambilnya, kini tujuannya adalah mendekati ayahnya.
Dengan langkah pelan, Alisha mendekati ayahnya yang kini sedang memunggunginya. Di setiap langkahnya, dia selalu mengingat kelakuan bejat ayahnya kepada ibunya. Mulai dari selingkuh, hingga memukuli ibunya setiap hari.
"Bunda, lebih baik kita kabur aja! Kita pergi tinggalin Ayah dan hidup bertiga sama Andi!" ucap Alisha sembari mengobati luka di wajah ibunya yang setiap hari selalu bertambah.
Kinan menggeleng, tidak setuju dengan saran dari putri sulungnya. "Jangan, Kak! Kasihan Ayah kalau di tinggal sendiri, nanti gak ada yang rawat dan jagain dia. Terus gimana sama sekolah kamu nanti? Kalau kita kabur, belum tentu Bunda bisa langsung dapet pekerjaan," ujarnya lembut.
"Kalau gitu, lebih baik Bunda aja yang kabur, biar Kakak sama Andi di sini sama Ayah. Kakak janji bakal ngejaga dan ngerawat Ayah sama Andi," lagi-lagi Alisha memberikan usulan, agar ibunya itu mau pergi meninggalkan neraka ini.
Namun, Kinan tetap saja menggeleng. "Gak bisa, Kak. Bunda gak bisa hidup tanpa kalian, percuma aja, Bunda gak akan bisa bahagia. Lebih baik kita bertahan aja ya, Bunda yakin suatu saat nanti Ayah pasti berubah."
Hatinya memanas mengingat percakapannya antara Kinan beberapa hari lalu, Alisha benar-benar muak dengan sikap ayahnya.
Kini sudah beberapa langkah lagi, dia akan semakin dekat dengan ayahnya, Alisha segera mengangkat batu besar yang dia ambil tadi dan hendak memukul ayahnya, namun ...
"Hiks ... Maafkan, aku! Aku benar-benar minta maaf, kamu pasti sangat menderita selama ini, aku benar-benar menyesal! Maafkan aku!"
Alisha tertegun ketika melihat ayahnya menangis sembari memohon ampunan di atas makam ibunya. Ini pertama kalinya dia mendengar sebuah kalimat tulus dari mulut ayahnya, Alisha melempar batu besar itu asal dan langsung ikut menangis.
Dia menangis di belakang punggung ayahnya yang juga kini tengah menangis dan memohon ampunan kepada ibunya. Apakah ayahnya itu sudah sadar?
...√^^√...
"Andi, kamu harus tetep makan yang banyak ya! Untuk kejadian hari ini, kamu bisa gak lupain semua itu? Kita mulai dari awal lagi, ya!" ucap Alisha sembari memberikan beberapa potongan ayam katsu ke piring milik Andi.
Andi menggeleng, bocah SMP itu terlihat sangat tidak berselera dengan makanan di depannya. Padahal semuanya adalah makanan kesukaannya. "Aku gak laper,"
"Tetep aja harus makan! kamu emangnya mau lihat Bunda sedih, karena kamu makin kurus nanti?"
Andi langsung mendongak menatap wajah kakaknya. "Bukannya gitu, aku cuman--"
"Pokoknya makan! Habis itu tidur! Besok semuanya pasti akan baik-baik aja," Alisha memberikan suapan kepada adiknya dengan sedikit kasar, agar adiknya itu bisa makan dan diam.
Andi hanya bisa menatap malas kakaknya, namun tak ayal dia tetap mengunyah makanan yang sudah masuk ke dalam mulutnya.
"Ayah mana, Kak?" tanya Andi pelan, karena sedari tadi ayahnya itu belum pulang.
Alisha terdiam sejenak. Dia bingung harus menjawab apa, karena sejujurnya setelah kejadian dirinya yang hendak membunuh ayahnya sendiri, Alisha segera berlari pergi untuk pulang. Dia benar-benar merasa sangat bersalah kepada ayahnya.
"Kakak juga gak tau, mungkin bentar lagi Ayah pulang. Kamu habisin aja makanannya!"
Andi mengangguk patuh dan mulai menyuapkan sendok demi sendok makanan ke dalam mulutnya.
Alisha tersenyum melihat itu, dia juga langsung melakukan hal yang serupa dengan adiknya.
...√^^√...
"Kak, jangan pernah tinggalin aku ya!" ucap Andi yang kini sudah berbaring di atas kasurnya.
Dengan cepat Alisha mengangguk. "Tentu aja, Kakak gak akan ninggalin kamu sama Ayah. Kakak akan selalu rawat dan jaga kalian berdua," ucapnya yakin.
Andi tersenyum mendengar itu. "Kita pasti akan bahagia suatu saat nanti,"
"Iya, sekarang kamu tidur! Lupakan sejenak semua yang terjadi hari ini, semoga saat membuka mata di esok hari semuanya akan menjadi lebih baik lagi." Alisha mengusap lembut rambut milik adiknya itu.
"Selamat malam, Adikku tersayang." ucap Alisha sebelum akhirnya pergi keluar dan menutup pintu kamar adiknya.
"Ya, semoga besok semuanya akan berakhir. Seperti yang Bunda harapkan, kita semua harus bahagia!"
Cklek!
Pintu utama terbuka, Alisha segera berjalan ke arah ayahnya yang terlihat ... Mabuk! Apa-apaan ini, kenapa ayahnya pulang dalam keadaan mabuk?
"Ayah?" Alisha langsung menangkap tubuh ayahnya yang baru saja terjatuh.
"Oh ternyata itu kamu, Alisha. Kamu tau? Kini Kinan sudah tidak ada, dia pergi meninggalkanku, hanya karena aku memukulnya setiap hari. Apakah aku salah?" racau Deno yang sedang mabuk.
Alisha mengabaikan semua itu dan mencoba membopong tubuh ayahnya menuju kamar. Dia benar-benar tidak habis pikir dengan sikap ayahnya, kenapa ayahnya benar-benar keterlaluan sekali.
"Aku memukulnya, karena itu semua adalah salahnya. Jika dulu dia menolak menjadi istriku, tentu saja aku tidak akan memukulnya. Tapi, kenapa? Kenapa dia malah memilih pergi dan meninggalkanku?" Deno terus saja meracau tidak jelas.
Alisha masih saja berusaha untuk membopong tubuh ayahnya masuk ke dalam kamar. Ini butuh perjuangan extra karena tubuh ayahnya itu sangat berat, di tambah dia yang sedang mabuk jadi tentu saja jalannya juga oleng.
"Dia sekarang sudah pergi dan hidup tenang tanpaku, enak sekali dia!"
Alisha menjatuhkan tubuh besar Deno di kasurnya, lalu membungkuk untuk membuka sepatu yang masih terpasang di kaki ayahnya itu.
"Kalau dia tidak ada, sekarang siapa yang akan menjadi pelampiasanku? Apakah kamu atau Andi?" Deno terduduk dan menunjuk Alisha yang kini mematung.
Alisha segera membuka kedua sepatu milik ayahnya dan menegakkan tubuhnya, kini dia menatap sepasang mata yang sama dengan manik matanya. "Alisha aja, Ayah boleh lampiasin semuanya ke Alisha. Pukul Alisha sampai Ayah benar-benar puas, jangan pernah sakitin Andi."
Deno mengangguk-anggukan kepalanya, kini dia bangkit dan berjalan mendekati Alisha. "Kalau gitu, kamu udah siap jadi samsak sekarang?" tanyanya dengan seringaian.
Alisha mengepalkan kedua tangannya erat, namun perlahan kepalanya mengangguk.
Buk!
Buk!
Buk!
Setelah itu suara pukulan dan bantingan terdengar sangat nyaring di ruangan itu. Sepertinya, mulai hari ini Alisha harus merasakan penderitaan yang di rasakan oleh ibunya. Dia harus bisa menjadi lebih kuat lagi, seperti ibunya.
Dia kira semuanya akan berakhir, pengorbanan ibunya akan membuat ayahnya sadar. Namun, ternyata itu hanyalah angan-angan semata. Pengorbanan ibunya ternyata sia-sia, kali ini apa yang harus Alisha lakukan?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments