Setelah banyak kejadian yang dialaminya dan adiknya kemarin, kini setidaknya mereka bisa menghirup udara pagi dengan tenang.
Kemarin malam, setelah mengacak-acak rumah dan membuat keributan akhirnya Deno pergi juga walaupun sepertinya dia akan kembali lagi. Tapi, setidaknya untuk saat ini Alisha dan Andi bisa aman dari iblis yang merangkap menjadi manusia itu.
"Hey, Andi! Gak sopan banget ya kamu, ngambil makanan Kakak seenaknya!" omel Alisha ketika dia akan sampai di ruang makan, jatah sarapannya telah berpindah ke tangan Andi.
"Hwabisnya Kwakak lwama di kwamar mwandinya swih," ucap Andi tidak jelas, karena mulutnya penuh dengan makanan.
"Habisin dulu makanan yang ada di dalam mulut, baru ngomong!" sahut Alisha agak kesal.
Susah payah Andi menelan makanannya, lalu mulai mengucapkan kalimat yang tadi di ucapkannya. "Habisnya Kakak lama di kamar mandinya sih! Emangnya lagi ngapain sih?"
"Nyuci baju,"
"Kok pagi-pagi sih?"
"Biar cepet kering lah,"
"Aneh!"
Alisha berdecak, kemudian mencoba untuk merebut makanannya kembali. "Kamu tuh yang aneh!"
"Gak bisa gini, Kak! Makanannya udah jadi milik aku,"
"Kata siapa woy!" sahut Alisha tidak terima.
"Udahlah, Kak. Nanti aja Kakak sarapannya di sekolah, aku lagi laper soalnya." Andi merebut kembali makanan milik Alisha.
Mata Alisha melotot seketika. "Andi!"
Andi langsung berlari begitu Alisha mendekat ke arahnya, sekarang terjadilah aksi kejar-kejaran antar adik-kakak itu.
"Dapet!" Alisha bersorak senang ketika tangannya berhasil memegang piring yang di bawa oleh Andi. Namun, nyatanya tidak semudah itu.
Andi menahan piringnya agar Alisha tidak bisa membawa piring itu pergi. Kini keduanya saling menatap sengit.
"Kembaliin makanan Kakak!"
"Gak mau,"
"Kembaliin!"
"Jangan pelit!"
"Kita sudah mendapat porsi masing-masing, bodoh!" ucap Alisha sembari menggeram marah.
"Aku masih lapar, jadi Kakak harus merelakannya."
"Aku tidak akan pernah merelakannya untuk anak licik sepertimu!"
"Aku juga tidak akan merelakannya untuk Kakak pelit sepertimu!"
Lagi-lagi kedua kakak-adik itu saling menatap sengit dengan tangan yang terus menarik piring itu, seolah sedang melakukan tarik tambang.
"Kembalikan!"
"Tidak akan!"
Prang!
Karena terus ditarik dengan dua arah yang berbeda, akhirnya piring berisi makanan itu terjatuh hingga isi makanannya tumpah berserakan di lantai.
Alisha maupun Andi sama-sama tidak menyangka ini semua akan terjadi, mereka menatap syok makanan yang berserakan di lantai.
"Tidak!"
...✓^^✓...
Alisha menggeram kesal, karena perutnya yang terus berbunyi sedari tadi. Benar-benar menganggu aktivitasnya yang sedang membaca buku sebelum bel masuk berbunyi.
"Gara-gara Andi sialan, sekarang gue laper. Bodo ah, ke kantin aja daripada mati kelaparan." Alisha bangkit dari duduknya dan berniat untuk pergi ke kantin.
Baru saja sampai di ambang pintu, dia sudah di hadang oleh Anatasya dan para curutnya. Tidak seperti kemarin, kini Alisha berani menatap nyalang keempat gadis di depannya.
"Minggir!"
"Apaan sih lo!" sahut Anatasya tidak terima.
Bukannya merasa takut, Alisha malah menaikkan sebelah alisnya. "Kenapa? Lo macem-macem, gue laporin ke Ketua OSIS loh!" ucapnya tersenyum smirk.
"Dia bener, Tas. Kalau sampai Kak Azka tau bisa gawat nih, selain di hukum reputasi lo juga bisa hancur di depan dia." bisik Isabela, namun masih dapat di dengar oleh Alisha.
Anatasya menggeram marah, lalu berjalan maju dan menabrak bahu Alisha sebelum akhirnya duduk di bangkunya. Ketiga sahabatnya pun mengikuti apa yang di lakukan Anatasya, sedangkan Alisha hanya terdiam dan menerima semua benturan di bahunya.
"Bahu gue berasa di pijat, enak banget." ucap Alisha kemudian berlalu pergi menuju kantin.
Betapa senangnya Alisha ketika sampai di kantin dan melihat Azka--Pangeran penyelamatnya sedang duduk di salah satu bangku, sembari sibuk menatap laptop.
Diam-diam Alisha mengamati Azka dari jauh, sembari menunggu pesanannya datang.
"Susu dan roti coklat, ternyata dia penyuka coklat." gumam Alisha ketika melihat makanan yang di makan oleh Azka. Dia merasa sangat senang, karena bisa mengetahui apa yang di suka oleh Azka. Ini bisa menjadi poin penting agar pendekatannya bisa berjalan lancar.
"Sayang gue gak berani deketin dia, karena bingung mau ngapain. Mana almamater-nya belum kering lagi," sepertinya Alisha merasa kecewa, karena tidak bisa mendekati pangerannya secara terang-terangan. Dia belum seberani itu.
Tapi, di detik selanjutnya wajahnya kembali berseri dan dia terus saja memandangi Azka dalam diam. Dapat Alisha ketahui kalau sepertinya Azka sedang sangat sibuk, terbukti dengan matanya yang terus fokus menatap laptop dan tidak peduli akan dunia sekitarnya. Wajar sih, Ketua OSIS itu pasti selalu sibuk maka dari itu Alisha tidak pernah mau menjadi anggota OSIS. Namun, sepertinya sekarang Alisha menjadi sangat tertarik untuk menjadi anggota OSIS.
"Ide bagus, gue emang harus jadi anggota OSIS biar bisa terus deket sama Kak Azka." ucap Alisha menggebu-gebu.
Azka itu memang Kakak kelas Alisha, jika Alisha sekarang kelas 11 maka Azka sudah kelas 12. Kalau umur, mungkin Azka jauh lebih tua antara 1-2 tahun dengan Alisha.
Makanan yang Alisha pesan akhirnya datang juga, Alisha langsung melahapnya dengan rakus sembari terus menatap ke arah Azka yang masih fokus dengan laptopnya.
"Makan sambil ngeliatin cogan tuh, emang beda rasanya. Jadi, makin enak makanannya."
...√^^√...
Setelah bel istirahat berbunyi, Alisha segera bersiap untuk pergi ke ruang OSIS. Kenapa? Karena keputusannya tadi untuk menjadi anggota OSIS telah bulat dan Alisha akan mendaftar hari ini juga.
Dengan riang gembira, Alisha berjalan menuju ruang OSIS. Meski begitu, tetap saja dia merasa sangat gugup karena akan bertemu dengan Azka.
Bukan bermaksud geer atau percaya diri, tapi kalau ingin menjadi anggota OSIS bukannya harus mendaftar kepada ketua OSIS? Dan kebetulan Azka menjadi ketuanya, jadi mau tidak mau dia harus bertemu dengan Azka bukan?
"Senangnya hati ini," baru saja Alisha akan membuka pintu ruangan OSIS, sebuah suara tegas mengagetkannya.
"Alisha!"
Alisha langsung memutar tubuhnya untuk menatap Guru yang memanggilnya. "Iya, Pak, ada apa?" tanyanya mencoba bersikap untuk sopan.
"Setelah istirahat berakhir saya mengajar di kelas kamu, kan? Tolong ambilkan buku paket sejarah di perpustakaan!" titah Guru itu dengan wajah datarnya.
"Iya, Pak." berbeda dengan hatinya yang sudah mengeluarkan berbagai macam sumpah serapah untuk gurunya itu, mulutnya malah tersenyum ramah dan mengangguk.
"Baiklah, tolong ambil sekarang ya! Habis itu simpan di meja Guru!"
"Baik, Pak." lihatlah, lagi-lagi isi hatinya tidak sesuai dengan apa yang di ucapkan.
Dengan sangat terpaksa, Alisha berjalan menuju ke perpustakaan dan menunda kesempatannya untuk bertemu Azka, karena Guru di belakangnya itu terus menatapnya horror.
"Siang, Mbak!" sapa Alisha kepada penjaga perpustakaan.
"Siang juga, mau cari buku apa?" tanya penjaga perpustakaan itu ramah.
"Buku sejarah untuk kelas 11,"
"Di rak pojok sebelah kiri, barisan ketiga."
Alisha mengangguk. "Terima kasih," ucapnya, kemudian berlalu menuju tempat yang di ucapan penjaga tadi.
"Kenapa harus gue sih? Murid di kelas gue, kan banyak yang bisa di suruh. Kayaknya tuh Guru punya dendam kusumat sama gue deh," gerutunya sambil mengambil beberapa buku paket sejarah.
Setelah di rasa cukup, Alisha berniat untuk segera pergi dari perpustakaan ini, namun matanya malah menangkap sesuatu yang membuatnya senang bukan main.
"Kak Azka," teriaknya kelewat senang, ketika mendapati sosok Azka yang sedang tertidur di atas laptop dengan beberapa tumpukan buku di sampingnya. Sepertinya dia ketiduran karena terlalu sibuk mengerjakan sesuatu.
Perlahan, Kaki Alisha berjalan mendekati meja yang di tempati oleh Azka. Matanya menatap binar, sosok Azka yang kini sedang tertidur pulas.
"Lucunya," gumamnya sambil terus menatap Azka.
Alisha tersentak, ketika Azka tiba-tiba bergerak gelisah, namun untungnya dia kembali tertidur dengan mata menyipit.
"Ah, kayaknya Kak Azka keganggu sama sinar matahari."
Dengan sigap, tubuh Alisha melindungi cahaya matahari yang mengenai wajah tampan Azka. Kini sepertinya Azka bisa tertidur dengan nyaman. Alisha tersenyum melihat itu.
"Tidur yang nyenyak ya!"
Alisha menyimpan semua buku paket sejarah yang tadi di ambilnya, dia hanya mengambil satu buku saja untuk pura-pura di baca sembari berdiri agar tidak ada yang curiga.
Tidak apa-apa bila punggungnya terasa panas dan kakinya pegal, asalkan Azka bisa tidur nyenyak, Alisha rela melakukan itu semua. Dia akan berkorban dan melakukan apapun untuk orang yang di sayanginya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments