Sedikit tentang Dion

Antara Dion dan Vino, mereka seakan berpacu dengan waktu untuk tiba di rumah yang paling dulu. Kalau Dion takut jika dirinya ketahuan menguntit kegiatan sang Ayah, lain hal dengan Vino. Dia teramat khawatir dengan apa yang di bilang Mimin.

"Aden kita periksa ke dokter yuk. Itu matanya agak kecil sebelah " bujuk Bi Nung kepada Dion yang asyik bermain rubik.

"Ke dokter ya Nek? Ayoook" Dion melepaskan mainannya dan melangkah antusias ke dalam kamar. Katanya, bocah itu hendak mengambil switer kelincinya dan juga topi yang kemudian di cegah oleh Bi Nung.

"Biar nenek aja yang ngambil, Aden tunggu disini ya. Sakedap." Bi Nung tergopoh-gopoh dengan pikiran yang berlarian. Kirain dia, Dion akan ogah di ajak untuk periksa karena malas meminum obat. Ternyata jawaban anak itu 'ayooook' yang sama sekali tidak ada dalam benak Bi Nung. Jawaban Dion seperti plot twist pada suatu cerita.

"Iya nek. Dion tunggu. Sekalian Dion mau tepon Mang Karjo."

"Ok siap den.."

Aiyaiya..

Aiyaiya..

Aiyaiya...

Dering ponsel Mang Karjo memanggil-manggil.

"Ok siap meluncur" begitu kata Mang Karjo di balik sambungan.

...............

Pernahkah kalian berpapasan saat mau pergi? Itulah yang terjadi pada Dion dan Vino. Ketika mobil yang di tumpangi keluarga bahagia ( Dion, Bi Nung dan Mang Karjo) melintas tepat di depan gerbang, mobil yang membawa Vino dan Mimin lantas datang dari arah sebaliknya. Mobil mereka berhenti pada titik saling bertemu. Dan penghuni mobil yang membawa keluarga bahagia pun menyapa dengan penuh hormat. Sebagaimana mestinya.

"Coba tanya mereka mau kemana?" Kata Vino kepada Mimin.

Yaelah kenapa segala nyuruh ya, padahal sama anak sendiri. Dasaaar ....

"Bos bilang nggak peduli mereka mau ngapain aja asal Mang Karjo dan Bi Nung harus jagain Dion. Kok yey jadi kepo gini? Kenapa? Udah sayang ya sama Dion hehe."

"Min, Lo udah bosen idup?" Desis Vino Rasdiansyah.

"Baiklah eik tanyakan."

"Haaaii Dion anak ganteng kesayangan Mimin, mau kemana ini?"

"Dion mau ke dokter. Kata nenek Dion matanya mau di periksa." Jawab Dion dengan senyum secerah sinar mentari pagi. "PAPA...."

Vino melirik sekilas dengan ujung mata. Jangankan ada suara 'iya nak' atau kalimat perhatian kepada Dion sebagai bentuk kekhawatiran. Vino membisu, di perparah dengan tidak di temukannya senyuman disana. Kembali lagi seperti biasa. Mimin, Bi Nung dan juga Mang Karjo menelan pil kegetiran. Meskipun ini buka kali pertama, rasa perih itu masih saja menyiksa.

"Jalan" perintah Vino kepada Mimin. Mau tidak mau Mimin menginjak pedal gas meninggalkan Dion dengan senyumannya yang lebar. Mengacuhkan Dion dengan matanya yang berbinar. Sampai kapan seperti ini? adalah pertanyaan yang dimiliki orang-orang sekitar Dion dan Vino.

"PAPA......."

Dion memutar badan mengikuti kelereng matanya untuk menatap kepergian mobil sang ayah. Anak itu tidak murung sama sekali menerima kenyataan bahwa panggilannya tidak pernah terjawab sekalipun. Dion duduk kembali seperti posisi semula sebab Bi Nung meraih tubuh mungil anak itu. Bi Nung memeluknya seraya mencurahkan kasih sayang. Ia dan Mang Karjo akan selalu seperti itu. Sampai kapanpun.

"Nek, Papa pulangnya gak malam lagi. Berarti Dion bisa main sama Papa ya?" Kata anak itu masih dengan cengiran lebarnya memperlihatkan deretan gigi yang bagus.

"Papa lagi kecapekan Den, makanya pulang lebih awal. Mainnya sama Nenek sama Mang Karjo aja ya?"

"Iya, nanti Mang Karjo ajarin main catur mau nggak? Mau lah, kan Aden Dion besti nya Mang Karjo hehe." Timpal Karjo sembari melirik kaca untuk melihat keadaan tuan muda kecilnya di bangku penumpang.

"Papa capek yah? Kasihan Papa. Kalau gitu Dion gak mau ganggu Papa. Dion mau main sama Nenek dan Mang Karjo aja."

"SIP"

................

Sampai di garasi, Mimin susah payah menelan air ludah mengingat mata berbinar dan senyum bocah itu menghantui pikirannya. Setelah memastikan Vino masuk ke dalam rumah, Mimin berlari sembari menahan rasa sesak yang merambati nurani.

"Min, Lo mau kemana?"

"Eik mau nyusul Dion. Mau mencurahkan kasih sayang eik sebagai ibu."

"Ibu darimana, lo kan lelaki Ahmad Baharudin!."

"Yaudah, kasih sayang seorang Ayah kalau gitu. Eik gak tahan lihat dia seceria tadi mungkin pada aslinya dia lagi nahan sakit. Sakiiiit banget hati eik bos." Mimin tahu-tahu menangis tersedu. Lalu tanpa memperdulikan Vino ia berlari masuk ke dalam mobil yang mereka gunakan tadi.

"Bos, eik pinjam dulu ya. Ganti ruginya gapapa potong gaji aja. Bay..."

Mimin mengejar yang ingin dia kejar. Kebut-kebutan menjadi solusi menggoda ketika hati tidak lagi tenang. Setidaknya, Mimin ingin tahu bagaimana kondisi Dion. Si bocah yang harus menerima perlakuan dingin dari orang seharusnya memberikan kehangatan.

"Nek, Mang Karjo. Mobil Papa ada di belakang. Kayanya mau ikutin Dion."

Orang yang disebutkan namanya, tiba-tiba menoleh tak percaya. Jika mereka tidak melihat dengan mata kepalanya sendiri mungkin tidak akan percaya. Seorang Vino memperdulikan Dion, rasa-rasanya tidak mungkin.

.

.

.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

FT. Zira

FT. Zira

jaga image apa gimana coba ini bapak satu

2024-03-21

1

Senajudifa

Senajudifa

kok vino begitu

2023-07-13

1

Dewi Payang

Dewi Payang

mungkin Vino pura2 tdk perhatian saama anaknya, supaya bs melindungi anaknya dari seuatuuuuu....

2023-06-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!