Bab 4.

Andrew, Lovely, Axel, Azel, dan Alicia makan malam bersama. Andrew dan Lovely ingin agar anak-anak mereka semakin akur satu sama lain juga bisa menjalin hubungan erat antara saudara.

Makan malam berlangsung. Andrew sekeluarga tampak tenang dan tak bicara. Mereka masing-masing menikmati hidangan makan malam. Hanya terdengar suara ramai pengunjung restorant. Andrew melirik melihat satu per satu anggota keluarganya. Azel juga Alica tampak menikmati makana malam yang tersaji di atas meja. Sedangkan Axel seperti sibuk menusuk-nusuk steaknya di piring. Andrew menatap ke arah Lovely, pada saat bersamaan Lovely juga menatap ke arah Andrew. Andrew dan Lovely saling melempar senyuman.

***

Tiga puluh menit kemudian. Andrew selesai makan, begitu juga Lovely. Axel, Azel dan Alica masih menikmati makanan dipiring masing-masing.

"Papa dan Mama besok akan pergi mengunjungi Paman Alex. Apakah ada yang ingin ikut?" tanya Andrew.

"Aku sibuk, Pa," jawab Alica.

"Aku juga tidak bisa, dikantor banyak pekerjaan." jawab Azel.

Andrew melirik Axel, "Bagaimana denganmu, Axel?" tanya Andrew.

"Aku punya urusan penting," jawab Axel dingin.

Andrew menghela napas, "Baiklah jika tidak ada yang mau ikut. Papa dan Mama akan pergi sendiri. Kalian baik-baik di rumah, jangan membuat kekacauan. Axel, Azel, bekerjalah dengan baik. Jangan ada keributan yang akan membuat malu Papa. Alica juga, jangan abaikan kesehatan jika sibuk di luar rumah," tegas Andrew berbicara.

"Aku mengerti," jawab Alica menganggukkan kepala.

"Iya, Pa. Aku mengerti." jawab Azel.

Andrew melirik Axel, Axel hanya melirik ke arah Andrew tanpa menjawab.

"Axel," panggil Andrew.

"Hm," jawab Axel.

"Hm?" ulang Andrew mengeryitkan dahi.

Lovely memegang tangan Andrew di bawah meja. Lovely lalu menatap Axel dan bicara seuatu.

"Axel, apa kau dengar kata Papa?" tanya Lovely bersuara lembut.

"Tentu dengar," jawab Axel santai.

"Axel, bicaralah yang baik pada Papa dan Mama. Jangan seperti itu," tegur Azel tidak suka jika Axel kurang menghormati orang yang lebih tua.

"Bukan urusanmu," jawab Axel menatap tajam ke arah Azel.

"Hei, aku hanya mengingatkan. Tidak perlu menatapku seperti itu. Kau memang tidak sopan pada Papa dan Mama." kata Azel.

"Diam dan makan makananmu, jangan campuri urusanku," kata Axel kesal.

"Cukup!" Sentak Andrew.

"Tenanglah sayang," kata Lovely, "Axel, Azel cukup. Jangan berdebat lagi," imbuh Lovely menengahi.

"Mengesalkan saja. Mengurus diri sendiri belum tentu bisa mau mengurusi orang lain!" gumam Axel berdiri dari duduknya hendak pergi.

"Kau mau ke mana?" Tegur Andrew.

"Pergi," jawab Axel yang langsung pergi meninggalkan keluarganya.

Andrew merasa kesal, Lovely menenangkan Andrew dan meminta Andrew membiarkan Axel pergi.

"Lanjutkan makan kalian," kata lovely.

Alica yang sempat berhenti makan, melanjutkan makannya. Alica hanya bisa diam, dia tidak pernah membangkang kata-kata Papa dan Mamanya, karena takut jika Papanya akan marah.

Azel sangat menyayangkan sikap Axel yang mudah tersinggung dan penuh emosi. Hanya karena ucapan kecil, menjadi perkara yang besar. Azel sudah sangat berhati-hati dalam berbicara, namun Axel masih saja tidak mau menerima perkataan Azel.

***

Axel pergi dengan mobilnya menyusuri jalan. Mobil Axel berhenti di sebuah bar, Axel turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam bar. Ia mencari tempat duduk dan memesan minumam. Axel melihat sekeliling, bar yang dia datangi lumayan ramai.

Beberapa lama menunggu, pesanan Axel datang. Baru seteguk menikmati minumannya, Axel di datangi beberapa orang yang meminta Axel pindah tempat duduk. Dengan alasan tidak ada tempat kosong lagi, mendengar alasan yang tidak masuk akal itu, Axel hanya diam tidak menanggapi.

"Minggirlah, cari tempat lain."

"Benar, kau hanya sendiri dan kami banyak. Tidak ada tempat untuk kami," sambung seseorang lain.

Axel berpura-pura tidak mendengar ucapan mereka. Axel hanya diam tanpa bicara apapun, Axel tidak ingin memperkeruh suasana hatinya.

Saat Axel ingin minum, gelas minumannya di rebut dan diletakan kembali di meja. Axel mengeryitkan dahi menatap seseorang yang sudah merebut gelasnya.

"Kemarikan gelasku," ucap Axel.

"Pergilah, maka akan aku berikan gelasmu ini."

"Cepat pergi," kata seorang lagi memancing amarah Axel.

"Jangan memancingku berlaku kasar, berikan gelasku!" seru Axel.

"Kau berani menantang kami. Kau tidak tahu siapa kami," kata seseorang.

"Kau cari mati!" seru seseorang lainnya.

Axel mengepalkan tangan, emosinya mulai naik. Axel masih diam tidak bicara, dia juga tidak bergerak dari duduknya.

Seseorang menepuk bahu Axel, "Hei kau, jangan membuat kami mengeroyokmu. Kau hanya sendiri, kami ber lima. Kau akan masuk rumah sakit jika berani pada kami," bisiknya di telinga Axel.

"Kau diam?" kata seseorang dihadapan Axel.

"Hahahaha, sepertinya dia sudah takut dengan gertakan kita!" ucap seseorang lainnya.

Seseorang yang berbisik tadi menuang air di kepala Axel, membuat Axel terkejut. Axel tidak bisa menerima perlakuan mereka lagi, Axel berdiri dan langsung menghajar orang yang menyiramnya dengan air. Axel terus memukul, tidak membiarkan orang itu membalas pukulannya sekalipun.

Buk... Buk... Buk...

Suara hantaman Axel yang penuh emosi terdengar. Seseorang yang di pukul Axel tergeletak di lantai, Axel menginjak punggung seseorang itu dan mengatakan sesuatu.

"Kaulah yang akan masuk rumah sakit!" seru Axel.

"Hei kau, beraninya memukul teman kami. Kau akan mati!" sentak seseorang lain di belakang Axel yang langsung menyerang dengan botol.

Axel menangkis serangan dengan kaki agar botol itu tidak mengenainya. Botol itu terlempar dan jatuh, Axel menatap dengan tatapan dingin pada seseorang yang menyerangnya.

"Sial!" kesal seseorang itu.

Seseorang itu menyerang Axel, Axel menangkis serangan dan membalas pukulannya. Bertubi-tibi Axel memukul, seperti orang yang pertama, orang kedua yang menyerangnya juga tumbang. Axel tersengal, dia memukul dengan penuh emosi dan tenang. Axel melampiasakan semua kekesalannya.

Semua orang melihat, tidak ada satupun yang berani bicara lagi. Axel begitu sadis menghajar dua orang yang membuatnya kesal sampai tersungkur ridak sadarkan diri. Axel menatap sisa dari dua orang yang tersungkur di lantai dan memberi peringatan.

"Jangan berani mengganggu, jika kalian tidak ingin bernasib sama. Apa kaliam mengerti?" kata Axel dengan nada suara yang dingin.

Axel langsung pergi tanpa bicara apa-apa lagi. Axel sudah meluapkan emosinya, tetapi hal itu belum cukup membuatnya puas. Di hatinya masih ada yang mengganjal, entah apa yang membuat hatinya tidak nyaman.

"Sial sekali, ingin minum pun tidak bisa tenang. Semakin lama semakin terkekang, ini itu di larang. Tidak boleh begini dan begitu. Berbeda saat aku masih bersama Paman Rey. Dia tidak pernah melarangku apapun, bahkan jika aku melukai seseorang demi membela diri. Dia memujiku pemberani," batin Axel.

Axel masuk ke dalam mobilnya, Axel mengeluarkan ponselnya dan menghubungi sesorang. Seseorang yang di hubungi Axel tidak lain adalah Reynold, orang yang menemukannya juga merawatnya sampai berusia sepuluh tahun.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!