Lovely berjalan mendekati kamar Azel, mengetuk pintu perlahan menunggu jawaban. Lovely tahu putranya yang satu ini pasti masih membuka mata karena sibuk dengan pekerjaan.
Tidak beberapa lama, pintu kamar terbuka. Azel keluar dari dalam kamar dan menemui Mamanya.
"Mama," sapa Azel.
"Sayang, kau belum tidur? ingin sesuatu?" tawar Lovely.
"Tidak, Ma. Aku masih ingin selesaikan satu perkerjaan lagi dan pergi tidur. Mama jangan khawatir," kata Azel.
Lovely tersenyum, meraba wajah Azel dan mengusap kepala Azel lembut.
"Tidak terasa, kau sudah sebesar ini sayang. Maafkan Mama yang masih suka menganggapmu anak-anak."
"Mama tidak bersalah, jangan meminta maaf, Ma. Aku senang Mama khawatir, itu tandanya Mama sayang padaku. Terima kasih, Mama selalu perhatian dan peduli," kata Azel terseyum.
Melihat Azel, Lovely seperti melihat Brian. Penuh kasih dan hangat, Azel tidak pernah berkata kasar atau membantah ucapannya. Mirip sepertinya saat masih muda dulu.
"Tidurlah sayang, selamat malam." Kata Lovely.
"Ya, Mama juga. Selamat malam, Mama," ucap Azel mendekat dan mencium pipi Lovely.
Azel menutup pintu kamarnya, Lovely mengalihkan pandangnya menatap ke arah kamar paling ujung, yang tidak lain adalah kamar Axel. Pelan-pelan Lovely melangkah, Lovely berdiri di depan pintu kamar. Ia mengetuk pintu dan langsung menggapai pegangan pintu untuk membuka pintu. Ia mengintip, lalu masuk ke dalam kamar dan menutup pintu.
Ia melangkah mendekati tempat tidur. Lovely mengambil napas dan menghela napas perlahan, di hadapannya Axel berbaring di tempat tidur tanpa melepas sepatunya.
Lovely melepas sepatu Axel, melepas kaus kaki dan menggulingkan tubuh Axel agar tidur dengan posisi yang nyaman. Sebagai seorang Ibu, Lovely tidak ingin membeda-bedakan perhatian dan kasih sayang. Semua dibaginya rata, karena ketiga anaknya dikandungnya dan dilahirkannya. Tidak ada pilihan lebih sayang siapa dari siapa, lebih peduli siapa. Meski berulang kali membuat kecewa, Axel tetaplah putranya.
Lovely membantu melepaskan jas Axel, ia menarik selimut dan menutupi tubuh Axel sampai leher. Di belainya lembut kepala juga wajah Axel, tanpa sadar air mata Lovely jatuh. Lovely buru-buru menyeka air matanya, entah mengapa seperti ada luka sayatan di hatinya. Kejadian yang menimpa Axel pada masa lalu adalah karena kelalaiannya, ia pun merasa bersalah.
"Maafkan Mama, Axel. Mama lah yang membuatmu seperti ini. Jika saja saat itu Mama tidak lalai, kau tidak akan menjadi Axel yang dingin dan keras hati seperti ini. Mama sedih jika harus melihatmu bertengkar dengan Papamu juga saudara kembarmu, Azel. Terlebih kau juga tidak segan pada Alica," batin Lovely mengeluh.
Lovely sempat berdoa sebelum pergi meninggalkan Axel yang terlelap tidur. Lovely ingin Axel menjadi seseorang yang lebih baik, tidak kasar seperti seorang brandalan. Hati seorang Ibu mana yang tidak sakit jika melihat anaknya menjadi pembangkang dan pemberontak. Semua Ibu ingin anaknya menurut, patuh dan juga sopan.
Setelah itu, Lovely pergi dari kamar Axel. Meski hatinya sedih, Lovely tetap bersyukur karena Axel masih bisa di temukan dan di rawatnya. Walaupun semuanya terlambat, Lovely tetap akan berusaha sebaik mungkin. Waktu yang terlewat memang tidak bisa diulang, namun waktu yang akan datang masih bisa digunakan untuk memperbaiki semuanya.
Lovely tidak mengira jika jalan yang akan dilaluinya begitu terjal. Jika dulu ia harus berjuang untuk cinta, kini ia harus berjuang untuk putranya dan juga keluarganya. Lovely percaya suatu hari nanti Axel-nya akan menjadi seseorang yang baik dan penuh kasih. Kasih sayangnya, doanya, tidak akan sia-sia. Semuanya hanya harus menunggu proses.
***
Di kamar. Lovely dan Andrew sedang membicarakan mengenai anak-anak mereka. Andrew mendengar cerita Lovely sambil membuka-buka berkas dokumen di tangannya.
"Bagaimana anak-anak?" tanya Andrew.
"Ya seperti itulah," jawab Lovely.
Andrew menutup dokuman dan meletakan dokumen di atas nakas. Ia menatap istrinya. Andrew membelai wajah Lovely dan tersenyum. Lovely membalas senyuman Andrew, lalu memeluk Andrew.
"Beginikah rasa sakit yang dulu di rasakan Papa? aku rasa apa yang dirasakan Papa lebih sakit," gumam Lovely.
"Jangan ingat lagi, itu sudah lama berlalu. Kita harus berjuang untuk anak-anak kita," jawab Andrew.
Lovely melepas pelukan, "Ya," jawab Lovely.
"Pa, aku merindukanmu. Maafkan Lovely, Pa. Lovely baru bisa merasakan rasa sakit yang Papa rasakan saat Lovely menyakiti Papa. Benar, semua yang Papa katakan benar," batin Lovely duduk bersandar memeluk batal.
Lovely mengenang masa lalu. Begitu juga Andrew, yang diam-diam mengingat kejadian yang sama. Suasana menjadi hening, Andrew dan Lovely saling diam. Mereka larut dalam pemikiran mereka masing-masing.
***
Axel Williams, pria tampan yang baru menginjak usia dua puluh delapan tahun. Ia memang pintar, tetapi terkenal jahat dan kejam. Dijuluki Hati Iblis oleh teman-temanya dan karyawan perusahaan.
Axel tidak akan segan menghukum jika karyawannya tidak becus bekerja. Di perusahaan tidak ada yang bisa menekan Axel. Ia selalu ingin menang sendiri dan egois. Ia tidak suka jika kemampuannya di ungguli oleh Azel, saudara kembarnya sendiri.
Axel dan Azel selalu saja berselisih paham dan berdebat saat bertemu di ruang pertemuan. Membuat Andrew hilang kesabaran dan marah. Saat Andrew sudah marah, maka Axel dan Azel akan diam. Axel akan melanjutkan perdebatannya dengan Azel di belakang Andrew. Tidak hanya berdebat dengan Azel, Axel juga suka mengganggu Alica sampai Alica menangis. Axel kerap kali menjahili Alica, membuat Alica sangat membenci Axel dan enggan untuk bicara pada Axel.
Axel sudah terkenal sebagai pembuat onar. Bukannya memperbaiki sikap dan perilakunya, ia semakin menjadi-jadi. Kerap kali keluarganya dibuat geleng kepala. Ia juga suka dengan sengaja memancing keributan, suasana yang tadinya dingin selalu dibuat panas. Perkataan Axel selalu menusuk. Dan jika dinasihati Axel akan membantah atau langsung pergi tanpa mendengarkan.
***
Berbanding terbalik dengan Axel, Azel yang tidak lain adalah saudara kembar Axel memiliki sikap yang baik. Azel Williams adalah seorang yang penurut, dan sangat lembut dalam bertutur kata. Meski kesal dan marah, dia tidak pernah bicara kasar pada lawan bicara. Hanya sesekali membentak atau menekankan kata-katanya, itu pun ia lakukan jika sudah merasa di luar batas kesabarannya.
Azel yang sedari kecil diajarkan tentang arti kasih, sangat peduli akan perasaan orang lain. Tidak ingin menyinggung atau melukai hari orang lain. Ia sering kali mengalah pada Axel. Meski sering dimusuhi, Azel tidak pernah menaruh dendam dan berusaha untuk merangkul Axel menjadi lebih baik. Sayangnya, kebaikan Azel tidak di terima oleh Axel. Meski mereka lahir dari rahim yang sama, meski mereka memiliki wajah yang sama, Axel selalu menolak untuk berbaikan dengan Azel.
Memberikan perhatian, dan peduli pada Axel, Azel tidak pernah lupa. Tidak hanya itu, Azel selalu bersikap baik dan menegur Axel terlebih dulu saat bertemu. Meski di abaikan, Azel tetap tersenyum pada Axel. Namun, saat melihat senyuman Azel, Axel justru semakin kesal pada Azel.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
❦͜͡»ɪ𝖓͢𝖉𝒚«͜͡❦
Axel bnr* fto copy watak Andrew yg dlu🤭🤭 dan azel persis kyk om brain mantan suami aq🤣🤣🤭🤭 eeehh🤭🤭
semangat mami💪😘😘😘
2023-06-24
0