Setelah kembali ke rumah, Kevin dan Vanya cepat memikirkan apa yang harus mereka katakan sebagai alasan kematian Eva pada William Mukhtar.
Mereka duduk di sofa ruang tamu, dimana tak ada seorang pun di sana.
"Sekarang kita harus pikirkan alasan yang tepat, bagaimana kalau dia kejar perampok dan melarikan diri sampai jatuh ke jurang. Kita ciptakan saja situasi seolah di tempat itu mang banyak perampok?" tanya Kevin pada Vanya.
"Itu bagus sih mas lagipula di sana mang tidak ada kamera CCtv sama sekali kan. Tapi akan lebih bagus kalau kita menggiring opini, seperti sebelum dia pergi itu dia melakukan sesuatu untukmu. Aku punya ide mas, aku kan punya teman yang bisa meniru tulisan tangan. Bagaimana kalau kita buat rencana bagus dengan hal itu. Selain akan membuat kita terutama kamu lolos dari tuduhan, kamu juga pasti akan mendapatkan simpati dari papa mertuamu itu!" kata Vanya yang sudah punya ide lebih jahat lagi untuk memperdaya William Mukhtar.
Kevin hanya mengangguk senang.
"Kamu benar-benar pintar sayang, sudah cantik, pintar dan selalu bisa menyenangkan aku. Aku sangat beruntung memiliki dirimu!" kata Kevin.
Ucapan yang begitu tidak tahu malu dari seorang suami yang baru saja mencelakai istrinya dengan begitu kejam.
Sementara itu di rumah sakit Darren Nickolay, pria yang telah menyelamatkan Eva terlihat cemas menunggu di depan ruang operasi. Ledakan Mobil yang terjadi itu, membuat luka bakar hampir di seluruh tubuh Eva.
Darren Nickolay adalah senior Eva saat mereka SMA dulu. Darren kelas dua belas saat Eva baru masuk ke sekolah itu. Saat dia lulus, saat itulah terakhir kali Darren bertemu Eva. Tapi tampaknya tak ada yang berubah sama sekali dari Eva di mata Darren.
Setelah beberapa lama, akhirnya dokter yang menangani operasi Eva keluar dari ruang operasi.
"Keluarga pasien?" tanya dokter itu.
Darren bergegas menghampiri dokter itu.
"Bagaimana kondisinya dokter?" tanya Darren pada dokter itu.
"Setidaknya 30 persen dari semua anggota tubuhnya terbakar, wajahnya lima persen, tangan dan kaki lima persen, punggung yang cukup parah, bahkan rambutnya juga terbakar. Aku sarankan untuk membawanya ke dokter bedah, kondisinya sangat mencemaskan. Sebaiknya memang ke rumah sakit di luar negeri saja mas, kalau tidak saat dia bangun dia pasti akan merasakan sakit yang luar biasa akibat semua luka bakar itu!" kata dokter itu menjelaskan.
Darren terlihat begitu kasihan pada apa yang menimpa Eva. Dengan cepat dia menyetujui rujukan dari rumah sakit untuk membawa Eva ke Singapura. Malam itu juga, dengan jet pribadinya. Darren membawa Eva ke Singapura untuk menjalani bedah plastik agar Eva tidak tersiksa semakin lama karena luka bakar yang parah pada tubuhnya itu.
Keesokan harinya, di rumah Eva yang sekarang tentu saja akan di hak dan di kuasai oleh Kevin. Seperti biasanya Marta bangun dan menuju ke arah dapur, ada atau tidak ada Eva, dia yang akan memasak. Karena dia akan muntah kalau makan masakan yang di sentuh oleh Eva.
Di belakang Eva, Marta sebenarnya terus menggerutu dan menjelek-jelekkan menantunya itu pada semua orang. Tapi kalau di depan Eva, Marta akan bertingkah seperti mertua yang berhati malaikat. Dia tidak akan membiarkan satu orang pun menjelekkan Eva. Satu keluarga benar-benar munafik semua.
Tapi tiba-tiba saja Marta yang berada di dapur terkejut dengan suara beberapa mobil yang sepertinya berhenti di depan rumah.
Masih dengan celemek yang dia pakai, Marta yang sebelumnya tidak tahu apa yah terjadi kelar dan menghampiri putranya yang datang bersama Vanya dan satu orang yang juga keluar dari mobilnya di belakang mobil Kevin.
"Kalian darimana, dan orang itu siapa?" tanya Marta bingung.
"Ma, kita masuk dulu ya. Nanti Kevin ceritakan semua sama mama!" kata Kevin dengan tenang.
Di kamar mamanya, Marta sampah menutup mulutnya mendengar apa yang Kevin katakan.
"Ka.. kamu membunuh Eva?" tanya Marta yang terlihat gugup, dia benar-benar terlihat ketakutan.
"Bagaimana kalau kamu di tangkap polisi nanti Kevin?" tanya Marta panik.
"Ma, makanya mama juga harus bantu aku. Si dekil itu datang lagi semalam, dia tidak jadi keluar kota, dia melihat aku dan Vanya sedang berhubungan. Kalau dia mengadu pada papanya, bisa miskin lagi kita. Aku tidak punya cara lain, aku menabrak mobilnya sampai jatuh ke jurang dan meledak!" jelas Kevin.
"Astaga, sekarang mama harus apa? mama gak mau miskin lagi, mama gak mau hidup susah!" kata Marta.
Kevin pun menjelaskan semua rencana yang sudah dia susun bersama dengan Vanya. Di kamar Kevin, Vanya sedang mencari barang-barang Eva yang ada tulisan tangan Eva. Kebetulan sekali bulan depan Kevin akan berulang tahun yang ke 29. Itu akan menjadi alasan Eva sampai mengemudikan mobilnya sendirian, biasanya dia akan selalu di antar oleh Kevin kemana dia pergi.
Malam harinya, Kevin memulai rencananya. Dia menghubungi papa mertuanya dan mengatakan Eva telah meninggal karena kecelakaan.
Meskipun, acara di luar kota belum selesai. Mendengar kabar duka itu William langsung kembali dengan pesawat pribadi miliknya ke kota ini.
William langsung ke rumah anaknya, ke rumah yang dia berikan sebagai hadiah pernikahan untuk Eva dan Kevin.
Begitu melihat sebuah peti mati di ruang tamu yang sudah di pindahkan segala furniture nya. William langsung menangis dan memeluk peti mati itu. Yah, petu mati itu memang adalah rencana Vanya. Dia sudah ke tempat kejadian dan tidak menemukan mayat Eva, dia berpikir pasti sudah hangus dan di makan ikan. Tapi kalau tidak di beri jasad, maka William akan kembali melakukan pencarian sendiri, sedangkan dirinya memang tidak pernah menghubungi polisi. Polisi yang memberikan surat kecelakaan dan kematian Eva itu masih kerabat jauh Vanya, yang dia bayar untuk sedikit membantunya.
"Eva, ya Tuhan nak. Apa yang terjadi padamu, apa yang terjadi?" tanya William.
Marta dan Vanya juga sudah mulai aktingnya, mereka menangis tersedu-sedu menghampiri William.
"Eva kecelakaan om, mobilnya jatuh ke jurang!" jelas Vanya.
"Bagaimana ini bisa terjadi, mana Kevin?" tanya William.
Vanya menunjuk ke arah Kevin yang sedang memeluk foto Eva sambil menangis, Kevin menangis berjam-jam sampai matanya bengkak. Wajahnya juga terlihat pucat karena memang dari pagi dia tidak makan dan minum.
"Kevin sangat terpukul, dia membaca surat ini. Dia menyusul Eva, tidak tahunya ada laporan sebuah kecelakaan di jalan dekat jurang. Saat kami kesana, ternyata itu plat nomor mobil Eva! mobilnya meledak, kamu menemukan sebuah jasad dengan pakaian yang semalam di pakai Eva hiks... hiks... Eva!" lirih Marta menyerahkan sebuah surat pada William.
Air mata William mengalir membaca surat anaknya itu.
*Mas, aku pergi sebentar ya, aku sedang menyiapkan sebuah hadiah untuk ulang tahun mu bulan depan. Aku tidak membangunkan mu karena kamu begitu pulas tidur setelah merawat ibumu. Kamu suami yang baik mas, aku sudah pulang untuk membantumu tapi kamu malah meminta aku istirahat. Aku sangat mencintaimu. Jangan khawatir ya mas, sebelum makan siang aku pasti kembali.
William melihat ke arah Kevin yang begitu terpukul. Dia begitu sedih, tapi William pikir pasti Kevin lebih sedih. Eva sangat mencintai Kevin, begitu sebaliknya. William terduduk lemas.
"Tolong buka petinya, aku ingin lihat putriku!" kata William.
"Tapi om.. jasadnya sudah..!"
"Tolong buka!" kata William.
Dan betapa William terluka ketika melihat sebuah jasad yang hangus terbakar.
"Eva... !" lirih William yang begitu sedih melihat anaknya harus pergi seperti itu.
***
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Salamah Rahma
suaminya sendiri panggil istrinya si dekil, ya ampun eva sudah bagus
2023-08-11
1
Anonim
hukuman apa yg pantas utk Kevin sisuami lucknut itu ya....
2023-07-02
2
Muhamad Bardi
bener" keluarga munafik dan kejam lihat saja nanti akan ada pembalasan yang lebih kejam dari apa yang sudah kalian perbuat terhadap wanita yang berdosa😤😤😤
2023-06-22
2