Hidup kembali

Bismillah.

Samar-samar Zea merasakan kepalanya begitu berat. Dia berusaha membuka kedua matanya yang tertutup rapat. Perlahan tapi pasti akhirnya Zea berhasil membuka kedua bola matanya.

Dia menatap sekeliling tampak tidak begitu asing bagi Zea. "Kamar." Ucapnya pelan, satu tanganya masih memegangi kepalanya yang sedikit pusing.

Dia memejamkan matanya sejenak sambil mengingat apa yang yang sebenarnya terjadi pada dirinya.

Deg!

Jantung Zea seakan berhenti berdetak kala sekilas bayangan masuk ke dalam kepalanya rasa pusing itu semakin menyerang tapi cepat Zea tersadar, dia sekarang ingat betul bahwa dirinya sudah mati karena tertusuk tiga pisau sekaligus.

Zea juga mengingat pengkhianatan suami dan kakak kembarnya.

"Astaga." Gumun Zea.

Cepat-cepat dia meraih hpnya yang terletak di atas nakas, Zea melihat dengan seksama tanggal berapa hari ini.

"12 Februari 2022." Gumun Zea setelah melihat tanggal yang tertera di dalam handphonenya.

"Jadi aku benar-benar hidup kembali? Maksudnya kembali di waktu 7 bulan lalu saat papa meninggal." Ujar Zea masih mencerna semua apa yang sudah terjadi pada dirinya.

Zea masih bengong di atas kasurnya, dia terbangung kembali setelah kematiannya yang direncankan suami dan kakak kembarnya, Zea terbangung di dalam kamarnya sendiri. Zea masih mengingat betul jika malam ini suaminya tidak pulang karena ada keperluan di luar kota, begitu pula dengan saudara kembarnya yang tiba-tiba mendadak ada keperluan di luar kota pula.

"Jangan-jangan." Ucap Zea ragu setelah mengingat kejadian apa yang terjadi di hari sebelumnya dan hari ini.

"Astaga kenapa aku bisa percaya sekali dengan kedua orang itu." Zea tak habis pikir dengan dirinya sendiri.

"Tuhan terima kasih sudah memberikanku kesempatan kedua. Aku akan membalas perbuatan mereka lebih dari ini." Ucap Zea sungguh-sungguh tekadnya sudah begitu bulat untuk membalaskan dendam dan sakit hati yang dia rasakan.

Zea segera bangun dari tempat tidurnya, saat ini dia tidak akan menyia-nyiakan waktunya lagi, otak Zea terus bekerja memikirkan cara untuk membalas dendam saudara kembarnya dan suami Zea sendiri. Dia tidak akan membunuh siapapun, tapi Zea ingin membuat jera orang yang sudah menyakiti dirinya.

Selesai membersihkan diri Zea duduk di depan cermin besar yang ada di dalam kamarnya, dia menatap pantulan dirinya dari cermin. Mengamati wajahnya dan penampilannya setiap hari seperti apa.

"Baik-baik saja bahkan bisa dikatakan perfect tapi kenapa mas Nando selingkuh dengan Zena." Gumun Zea merasa aneh dan ragu.

"Stop Zea jangan pikirkan laki-laki itu lagi, sekarang kamu harus membalas dendam mereka semua. Tunggu! Sepertinya ada hal penting yang aku lupakan." Zea berusaha mengingat-ingat hal penting apa yang dia lupakan untuk hari ini.

"12 Februari 2022," gumunya pelan. "Papa!" pekik Zea setelah sadar apa yang akan terjadi hari ini. Padahal tadi dia sudah mengingat kematian tentang papanya.

Sekarang Zea ingat betul hari ini, hari dimana papanya meninggal gara-gara menolong dirinya yang hampir saja tertabrak oleh mobil dan sang mama menyalahkan dirinya, sampai-sampai mamanya jadi begitu membenci dia.

"Gak, hari ini kejadian menyakitkan itu tidak boleh terjadi lagi, aku hanya punya papa yang benar-benar menyayangiku dengan tulus."

Zea terkekeh dan menatap prihatin pada dirinya sendiri dari depan cermin besar itu. Ya dia menertawai dirinya sendiri sudah begitu bodoh, karena mempercayai suami dan kembarannya yang jelas-jelas bermuka dua, munafik.

"Sungguh menyedihkan kamu Zea. Tapi mulai hari ini ayo kita serang balik mereka. Kamu pasti bisa Zea, jangan biarkan orang lain menindas dirimu." Zea akhirnya menyemangati dirinya sendiri.

Setelah paus memandang dirinya dan memaki dirinya sendiri di depan cermin Zea memutuskan keluar dari kamar, dia harus pura-pura tidak terjadi apa-apa walaupun sebenarnya dia tahu kejahatan yang dilakukan oleh mama, kembaran dan suaminya.

Dari lantai dua Zea bisa melihat jelas apa yang sedang dilakukan mama dan papanya di bawah sana, Zea juga bisa melihat gelagat aneh mamanya ketika bersama sang papa. Zea masih memperhatikan mamanya yang terlihat gusar dibawah sana, sebuah senyum terangkat dari sudut bibir Zea, setelah puas memperhatikan orang tuanya dari lantai atas Zea memutuskan untuk turun kebawah dan ikut bergabung sarapan bersama mama dan papanya yang baru saja duduk di kursi meraka masing-masing.

"Pagi Pa, Ma." Sapa Zea sambil tersenyum kepada kedua orang taunya tak lupa dia mengambil duduk di depan mama dan papanya.

"Pagi sayang." Jawab kedua orang tau Zea.

"Ayo sarapan." Suruh pak Wijaya pada anak dan istrinya.

Diam-diam Zea melirik pada mamanya yang sedari tadi terlihat tak suka pada dirinya. Entah bagimana bisa mama dan kakak kembar Zea bisa memiliki topeng yang luar biasa itu, sampai papa dan dirinya tidak pernah tahu kalau mama bersama kakak kembarnya ingin menyingkirikan dia dan sang papa.

Zea menggelengkan kepalanya pela, setelah memikirkan kerumitan yang terjadi di keluarganya saat ini.

"Aku tidak tahu harus berbuat apa, mama Eli adalah mamaku. Tapi disisi lain beliau dan kak Zena berusaha melenyapkanku dan papa. Aku tidak akan pernah tahu semua kejahatan mereka jika aku tidak mati. Sekarang aku tidak mau mati dengan sia-sia untuk yang kedua kalinya." Batin Zea tanpa sadar dia melamun di meja makan.

"Zea kamu kenapa, Nak?" tanya mama Eli saat melihat Zea menggelengkan kepala kecil.

"Heheh, Zea tidak apa-apa ma." Jawabanya sambil terseyum.

Adengan hari ini sama betul saat Zea hidup sebelum mati.

"Zea mama dan papa mau jalan-jalan kamu ikut ya." 

Deg!

"Benar-benar sama, aku harus bisa menghindari kecelakaan itu. Aku ataupun papa tidak ada yang boleh mati!" geram Zea dalam benaknya.

"Tentu saja ma, Zea pasti ikut. Lagipula hari ini Zea libur dan tidak melakukan kegiatan apapun, mas Nando juga masih di luar kota." Jawabnya sambil tersenyum antusias.

Mama Eli tersenyum jahat kala Zea menyetujui ajaknya, tanpa mama Eli sadar Zea melihat senyum itu. Tentu saja sekarang Zea tahu siapa saja yang hanya berpura-pura baik dan siapa menyayangi dirinya.

Selesai sarapa mereka sudah bersiap untuk pergi jalan-jalan menghabiskan waktu bersama keluarga.

"Sebentar lagi nyawamu akan melayang Zea." Ucap mama Eli tersenyum bangga dalam benaknya.

Dari pintu rumah Zea mengamati papa dan mamanya yang sudah lebih dulu menuju mobil.

Zea menggelengkan kepalanya kecil, "aku tidak tahu apa salahku pada mama, tapi kenapa mama sangat membenciku ma. Padahal aku dan kak Zena sama-sama anak mama." Ucap Zea yang hanya bisa dia ungkapkan di dalam hatinya saja.

Zea segera menghampiri kedua orang taunya yang sudah masuk ke dalam mobil.

"Biar Zea saja yang nyetir pa." Ucap Zea langsung mengambil kunci di tangan papanya.

Zea melakukan hal itu karena dia tidak ingin kehilangan sosok papa untuk yang kedua kalinya.

Terpopuler

Comments

IndraAsya

IndraAsya

next💪😘

2023-06-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!