Bismillah.
Zea sama sekali tidak curiga pada suaminya, padahal Vernando sudah memasukan racun di dalam makanan Zea. Tentu saja Vernando sudah membayar para perkerja untuk melakukan hal jahat tersebut.
"Pelan-pena Ze makannya, nggak bakal ada yang ambil kok." Ucap Vernando perhatian.
Zea yang mendapatkan perhatian kecil dari suaminya itu tersenyum senang.
"Makanannya enak mas, rasanya beda dari biasanya."
Vernando menyerit bingung mendengar kata-kata Zea. Apanya yang berbeda bukankah makanan ini sama seperti biasa dibeberapa restoran. Pikir Vernando.
Tapi Vernando akui makanan di restoran yang baru saja dia temui ini memang lebih enak daripada beberapa restoran yang pernah dia kunjungi bersama Zena. Tentu saja Zena mana mungkin Zea, karena laki-laki beristri itu lebih sudi mengajak selingkuhannya makan di restoran mewah daripada mengajak istri sendiri.
Vernando menggeleng kecil melihat tingkah Zea yang menurutnya terlalu kekanak-kanankan.
"Tetepa saja Ze, makan pelan-pelan nanti kamu tersedak." Ujar Vernando lagi.
"Tapi bagus sih kalau kamu tersedak biar sekalian mati aja. Jangan lupa habiskan makanan itu karena di dalamnya sudah ada racun." Lanjut Vernando dalam benaknya.
Dia tersenyum sinis pada Zea tanpa Zea ketahui sedikit pun. Tak jauh dari tempat Zea dan Vernando berada, disitu mama Eli dan Zena tengah memperhatikan mereka. Tempat mereka berada hanya terhalang kaca yang masih bisa menatap kesegala tempat.
"Mas aku ke toliet dulu ya sebentar." Pamit Zea.
Vernando yang masih fokus menyantap makananya menatap Zea sejenak, dia yakin racun yang sudah diberikan pada makanan Zea telah beraksi.
"Iya jangan lama-lama ya Ze." Pesan Vernando.
Setelah Zea segera pergi ke toilet, karena dia merasa ada yang aneh pada perutnya setelah menyantap makanan barusan.
"Ada apa dengan perutku." Keluh Zea merasa tidak enak.
Saat Zea pergi menuju toilet, disaat itulah Zena dan Vernando menyuruh orang bayaran mereka untuk segera mencelakai Zea.
"Tamatlah riwayatmu malam ini Zea, kau tidak akan jadih penghalang lagi untuk diriku." Zena tersenyum sinis.
Disisi lain Zea baru saja selesai dari toilet, saat masuk ke dalam toilet barusan dia tidak menyadari kalau ada orang yang mengikuti dirinya dan Zea juga tidak tahu kalau cctv kearah toilet sudah rusak.
"Syukurlah." Ucap Zea merasa lega.
Dia segera keluar dari dalam toilet, Zea dibuat kaget karena ada 3 orang yang menutupi wajah mereka sedang berdiri tepat di pintu toilet yang dia masuki barusan.
Para orang-orang bayaran Vernando dan Zena tersenyum mengerikan dibaik topeng mereka.
"Kalian siapa?" Zea mulai waspada.
"Kamu tidak perluh tahu siapa kami, yang pasti nyawamu ada ditangan kami nona Zea." Ucap salah satu dari orang-orang yang kini berdiri di depan Zea.
"Kalian, kalian mau apa sama saya?" tanya Zea takut-takut saat ketiga orang itu mengeluarkan benda tajam dari saku mereka masing-masing.
"Nyawan anda nona." Balas ketiganya tertawa bersama.
Tubuh Zea sudah gementar ketakutan, dia sudah tak samggup lagi untuk berteriak. Bahkan saat ini dia merasa tidak memiliki tenanga untuk menghindar dari ketiga orang yang akan membunuhnya.
Zea tidak tahu apa salahnya sehingga orang-orang ini meninginkan nyawanya, seingat Zea, dia tidak memiliki musuh sama sekali di dunia hiburan.
"Kalian kenapa menginginkan nyawaku?" tanya Zea mengumpulkan semua keberanian yang dia miliki.
"Karena uang apa lagi." Jawab mereka santai. Seakan jika mereka membuhun Zea, mereka akan menjadi orang kaya.
Sedikit keberanian kembali muncul di dalam diri Zea dengan berani Zea menatap tajam ketiga orang di hadapannya ini.
"Siapa yang menyuruh kalian? Jika kalian tidak mau mengatkan apapun aku akan menelepon polisi." Ancam Zea tapi tidak digubris sama sekali oleh ketiga orang bertopeng itu.
"Bunuh dia." Intruksi salah satu dari ketiga orang tadi.
Mereka langsung menikam perut Zea dengan pisau tepat di jantung gadis itu.
"Ark!" teriak Zea mulutnya langsung dibungkam oleh ketiga pembunuh tersebut.
Tubuh Zea langsung terkapar di lantai, mereka bertiga sungguh senang karena sudah membunuh Zea. Tidak ada rasa peduli atau takut sedikitpun di wajah mereka setelah membunuh Zea.
"Akhirnya selesai juga." Ucap mereka lalu membuka topeng masing-masing.
"Bos sudah beres." Ucap Baron salah satu dari laki-laki yang telah membunuh Zea dari telepon.
Setelah sambungan telepon itu ditutup tak lama kemudia ada dua orang yang masuk kedalam untuk melihat apakah Zea sudah benar-benar mati atau tidak.
Kedua orang itu adalah Vernando dan Zena tentunya, mereka begitu senang karena orang suruhan mereka sudah berhasil membunuh Zea.
"Kerja bagus, kalian memang bisa saya andalkan." Ucap Vernando.
Deg!
Zea yang masih memiliki sedikit kesadara begitu mengenal suara yang baru saja dia dengar. Tentu dia paham itu suara suaminya.
"Sayang sekarang tidak akan ada lagi yang menganggu hubungan kita." Ucap Zena.
Deg!
Lagi-lagi Zea begitu kaget dengan fakta yang baru saja dia ketahui, tapi sayang dirinya sudah tak mungkin bisa hidup lagi untuk membalas perbuatan suami dan kembarannya.
"Zea semoga kamu bahagai setelah menyusul papa, akhirnya setelah papa dan kamu pergi tidak akan ada lagi penghalang kebahagiaan hidupku dan mama." Ucap Zena sambil menatap mayat Zea tanpa perhatian sama sekali, padahal Zea adalah kembarannya.
"Ya Tuhan aku mohon biarkan aku hidup kembali. Jika aku diberikan kehidupan kembali aku akan membalas mereka perbuatan mereka lebih buruk dari ini dan mungkin sampai hari ini papa masih ada bersamaku." Batin Zea lalu nyawanya seakan benar-benar telah pergi.
"Bawa dia dan bereskan mayatnya. Upah kalian sudah kami siapkan." Ujar Vernando.
"Baik." Jawab mereka semua patuh.
Ketiga orang itu membawa pergi mayat Zea entah kemana, sedangkan Vernando dan Zena saling memeluk satu sama lain.
"Pasti besok akan ada berita menghebohkan." Ucap Zena.
Vernando semakin erat memeluk Zena, akhirnya dia bisa segera menikah dengan Zena karena Zea sudah tiada.
Setiap kali Vernando dan Zena keluar bersama tidak ada yang curiga karena mereka mengira Zena adalah Zea istri Vernando.
Sebenarnya ada hal mudah yang dapat membedakan Zena dan Zea. Zea memiliki lesung pipit yang terlihat begitu jelas, sedangkan Zena tidak memiliki sama sekali. Tapi setiap kali keluar bersama Vernando, mereka berdua selalu saja punya cara agar Zena terlihat memiliki lesung pipit yang indah itu.
"Sudah sekarang lebih baik kita temui mama." Ajak Vernando, Zena mengangguk setuju.
Tidak ada yang tahu jika ada seorang yang melihat kejadian itu, tapi dia tak berbuat apa-apa hanya bungkam saja. Dia akan melihat terlebih dahulu apa yang akan terjadi besok. Semua telah dia rekam di hpnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
IndraAsya
lanjut 💪😘
2023-06-21
4