Restoran bagus

Bismillah.

Jangan terlalu mudah untuk percaya pada orang lain, karena apa? Yang kamu percaya belum tentu setia dan akan menjaga. Orang terdekat kita saja bisa mengkhianati kita lalu bagimana dengan orang yang baru kita kenal.

Boleh percaya pada siapa saja, tapi ingat tidak semua orang dapat dipercaya. Ada kalanya orang itu hanya sekedar membuat kita mengerti saja.

***

Perdebatan yang terjadi antara Zea dan mamanya sudah usai setelah Vernando melerai mereka. Malam telah tiba Zea dan Vernando sudah siap untuk pergi makan malam diluar seperti yang Vernando katakan sebelumnya.

"Mas apa kita tidak mengajak mama dan Zena saja? Aku tidak enak pada mereka." Ucap Zea menghampiri suaminya yang sedang memakai baju.

Vernando menatap Zea dari cermin, tak lupa sebuah senyum yang begitu terlihat tulus Vernando berikan untuk istrinya itu.

"Tapi sayang aku cuman mau malam ini waktu buat kita berdua saja tidak ada yang boleh menganggu."

"Aku sungguh tidak enak pada Zena dan mama mas, mereka menginap disini malah kita tinggal pergi." Ujar Zea masih merasa tidak enak pada mama dan kembarannya itu.

Huh! Vernando menghembuskan nafas kecil. "Kamu tau kan kita jarang makan malam berdua apalagi di tempat yang romantis."

"Tapi..."

"Begini saja, kita suruh Zena dan mama malam-malam ini untuk jalan-jalan berdua. Mama dan Zena, aku dan kamu. Jadi mereka tidak akan menganggu kita."

Mau tidak mau Zea setuju akan usulan suaminya itu, dia pikir dari pada Zena dan mamanya tinggal di rumah berdua saja sedangkan mereka pergi. Lebih baik membiarkan Zena membawa mama mereka jalan-jalan malam ini.

"Biar aku bicara dengan Zena." Ucap Zea melepaskan pelukan suaminya yang sedari tadi entah kapan Vernando sudah memeluknya.

"Baiklah tapi jangan terlalu lama."

Vernando seakan tidak rela melepaskan pelukannya dari sang istri. Dia terlihat begitu lambat melepaskan pinggang istrinya yang sedari tadi dia peluk dengan erat.

"Mas ayolah katanya mau makan malam diluar, kalau seperti ini kita tidak akan jadi berangkat. Atau makan malam diluarnya kita tunda saja." Usul Zea karena melihat suaminya sudah bersikap manja.

Mendengar apa yang Zea katakan kalau makan malamnya akan ditunda tentu saja dia segera melepsakan pelukannya dari pinggang sang istri.

"Tidak bisa kita harus makan malam bersama malam ini." Protes Vernando tidak terima.

Kalau makan malam mereka ditunda malam ini yang ada rencananya dan Zena untuk menyingkirkan Zea akan gagal total padahal mereka sudah merencanakan dengan baik. Gagal hanya karena Zea membatalkan rencana makan malam ini.

Zea menatap heran pada suaminya sejenak, saat dia akan bersuara sebuah ketukan pintu di kamar mereka membuat Zea dan Vernando saling menatap satu sama lain.

Tok...

Tok....

Tok....

"Zea apa kalian di dalam." Ucap orang dari luar kamar.

"Itu suara Zena, biar aku temui dia dulu mas." Ucap Zea yang mendapatkan anggukan dari Vernando.

Zea berjalan menuju pintu kamar mereka untuk menemui Zena, sedangkan Vernando kembali bersiap karena dia belum terlihat rapi.

"Zena." Ucap Zea saat sudah membuka pintu kamar mereka.

"Kamu mau kemana sudah cantik begini?" tanya Zea memastikan.

"Aku sama mama mau jalan-jalan ya Ze, mumpung disini kalian mau ikut tidak."

"Tidak! Kebetulan sekali kalau begitu aku akan makan malam bersama mas Nando, tadinya aku mau mengajak kamu dan mama. Tapi mas Nando tidak setuju." Ujar Zea merasa bersalah pada kembarannya itu.

Zena menepuk pelan punda Zea sambil tersenyum cerah seakan dia sedang memberi semangat pada Zea.

"Tidak apa nikmati makan malam kalian, biar aku dan mama jalan-jalan. Kami tentu saja tidak akan menganggu momen romantis kalian berdua."

"Terimakasih Zen."

"Bukan masalah besar, kalau begitu aku pergi dulu, dadah." Zena berbalik meninggalkan Zea yang masih berdiri didepan pintu kamarnya.

Sebuah senyum jahat kembali terbit dikedua sudut bibir Zena setelah dia pergi meninggalkan Zea barusan. Tentu saja menginap di rumah Zea dan juga pergi jalan-jalan malam ini sudah direncankan Zena dan Vernando sebelumnya.

"Sayang Zena ngomong apa?" tanya Vernando lagi-lagi dia kembali memeluk pinggang istrinya dengan mesra..

"Kebetulan Zena malam ini mau ajak mama jalan-jalan mas. Sudah ayo kita pergi." Ajak Zea bersemangat.

Keduanya berjalan seiringan menuju mobil dengan Zea yang melingkarkan tangannya disiku Vernando. Keduanya malam ini terlihat seperti pasangan yang serasi sama-sama cantik dan tampan.

Walaupun ada seorang lagi yang lebih tampan dari pada Vernando. Mereka segara masuk kedalam mobil lalu Vernando segera melajukan mobilnya.

Diujung jalan ada sebuah mobil yang sedari tadi sudah mengintai mereka. "Malam ini aku akan segera mengirimmu bertemu dengan papa Zea."

Didalam mobilnya Zena tertawa terbahak-bahak bersama seorang wanita paru baya yang tak lain adalah mama Zena dan Zea. Anehnya wanita paruh baya itu ikut tertawa saat satu putrinya akan mencelakai putrinya yang lain.

"Setelah papa kalian pergi mama kira tidak akan ada yang jadi penghalang kita Zen, tapi ternyata ada Zea yang masih menjadi penghalang terbesar." Ucap Eli.

"Mama benar, tapi setelah malam ini tidak akan ada lagi yang akan menghalangi jalan kita untuk menguasai semua harta papa ma. Aku tidak menyangka papa akan memberikan warisannya lebih besar untuk Zea daripada untukku padahal aku putri sulungnya." Ucap Zena sambil mengepalkan kedua tangannya dengan erat lalu dia memukul dasbor mobilnya.

"Sudah jangan marah lagi. Sebentar lagi semua warisan milik papa akan jatuh ketangan kamu." Hibur Eli pada putri sulungnya.

Lalu Zena ikut melajukan mobilnya menyusul mobil Vernando dan Zea yang sudah lebih dulu meninggalkan rumah.

30 menit berlalu mobil Vernando sampai disebuah restoran mewah dan mernuansa romantis.

"Mas bagus sekali tempatnya, mas tau dari mana ada restoran sebagus ini?" tanya Zea sambil menatap takjub pemandangan di depannya itu.

"Beberapa hari lalu mas nggak sengaja lewat sini dan kebetulan lihat restoran ini udah yuk masuk." Ajak Vernando sambil mengandeng tangan istrinya.

"Aku sudah tidak sabar segera melenyapkanmu Zea. Agar aku bisa menikah dengan Zena dan menguasi semua harta keluarga Wijaya." Batin Vernando sambil menatap sinis pada istrinya tentu saja Zea tidak melihat tatapan itu.

Sebelumnya Vernando sudah memesan ruang Vvip untuk mereka berdua di restoran tersebut.

"Duduklah." Ujar Vernando sambil memberikan kuris untuk istrinya.

Setelah Zea duduk Vernando ikut duduk di hadapan istrinya.

"Bersiaplah kalian semua aku tidak mau rencanaku gagal paham!" ketik Vernando pada pesan di hpnya.

Tak lama kemudia seorang pekerja di restoran tersebut membawakan makan malam untuk mereka.

"Sihlakan dinikmati." Ucap pelayan tersebut Vernando dan Zea sama-sama mengangguk.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!