Bismillah.
Kadang tanpa kita sadari orang yang paling dekat dengan kita dialah yang paling berbahaya. Ada dua kemungkinan yang bisa kita dapat dari orang paling dekat dengan kita. Pertama dia akan selalu menjaga kita atau yang kedua dia akan menghancurkan kita dari dalam secara perlahan-lahan, karena orang terdekat kita tahu titik lemah kita berada dimana dan berpusat pada apa.
"Sayang nanti malam aku mau mengajakmu makan malam diluar mau ya." Ucap Vernando pada Zea.
Kini mereka berdua sudah berada di dalam mobil Vernando. Zea menoleh pada suaminya yang kini tengah menatap dirinya juga.
"Tentu saja aku mau, tapi sekarang fokus mengemudi terlebih dahulu Na, lihat jalan raya terlalu ramai."
"Tentu saja, aku senang kamu mau makan malam diluar bersamaku." Ujar Vernando sambil mengacak pelan rambut istrinya.
Tidak ada sedikitpun kecurigaan yang Zea tarukan pada suaminya, karena setiap kali mereka berdua bersama seperti ini Vernando selalu bersikap manis pada dirinya. Selalu menunjukan perhatian kecil, perhatian kecil itulah yang membuat Zea semakin mencintai sang suami.
Zea tidak tahu kalau baru saja, sebuah senyum jahat terbit di bibir suaminya. Ketika Zea menyetujui makan malam diluar bersama Vernando.
"Tapi mas Nando tumben banget ngajak makan malam diluar." Ucap Zea setelah beberapa saat, dia menatap suaminya sejenak lalu kembali menatap jalan raya di depan.
Vernando sedikit terkejut mendengar perkataan istrinya barusan. Dia memang paling jarang mengajak istrinya makan diluar, karena kalau diluar Vernando akan bersama Zena.
Demi menjalakan misinya dan Zena, Vernando yang tidak pernah mengajak Zea makan diluar harus mengajak istrinya agar mau makan malam bersama dia diluar.
"Lagi pengen ajak kamu makan malam diluar, soalnya kita jarang banget makan malam diluar sayang, kita sama-sama sibuk."
Hebatnya Zea percaya begitu saja dengan ucapan suaminya. Memang betul mereka sama-sama sibuk, tapi Zea tidak pernah tahu kalau Vernando sering menghabiskan waktunya diluar bersama Zena kembarannya.
"Kamu benar juga mas." Sahut Zea kini dia mengelus lengan suaminya.
Mereka berdua sibuk membahas tentang makan malam sampai tidak terasa mobil yang dikendari Vernando sudah masuk kepekarangan rumah mereka.
Keduanya turun bersama dari dalam mobil setelah Vernando memarkirkan mobilnya dengan sempurna.
"Kamu pasti lelah hari ini, jadwal syuting kamu padet banget." Ucap Vernando sambil menggandeng mesra istrinya.
"Kalian sudah pulang." Vernando lansung melepas tangan Zea saat melihat Zena kini berada dihadapannya.
Sementara Zena menatap tajam Vernando karena sudah bermesraan dengan Zea dihadapannya. Zea merasa sedikit aneh ketika suaminya melepaskan genggaman mereka. Zea yang tadinya menyender didada sang suami kini sudah berdiri tegak menghadap kembarannya itu.
"Zena disini sejak kapan?" tanya Zea balik tanpa menjawab pertanyaan Zena.
"Maaf Ze aku nggak bilang sama kamu kalau mau menginap di rumah kalian, tadi aku sudah pulang ke rumah pas sampai disana mama katanya mau minep disini." Jelas Zena agar saudara kembarnya tidak curiga.
Sejujurnya dia lah yang meminta mama mereka untuk menginap di rumah Zea dan Vernando.
Dua jam lalu saat Zena sampai di rumah mereka, setelah dia membersihkan diri Zena menghampiri mamanya yang sedang duduk santai.
"Ma malam ini menginap di rumah Zea ya, aku mohon." Pinta Zena pada sang mama.
"Mama tidak mau, kamu kan tau Zena mama paling malas bertemu dengan dia." Balas Eli- mama Zea dan Zena.
"Ayolah ma ini demi Zena, mama tidak perlu mencemaskan Zea. Mama ingin Zena lebih unggul dari pada Zea kan." Bujuk Zena lagi agar mamanya menyetujui kemauan dirinya agar mereka menginap di rumah Zea dan suami.
"Tentu saja mama mau kamu lebih unggul dari pada Zea, dari dulu mama tidak menyuki dia. Gara-gara anak itu papa kamu meninggal, jika mama boleh memilih lebih baik Zea yang pergi dari muka bumi ini dari pada papa. Percumah papa kalian sudah pergi kita tetap tidak dapat apa-apa." Sorot mata Eli memancarkan kebencian saat menyebut nama Zea. Tatapanya kosong seakan menerawang sesuatu yang menyakitkan pernah menimpa keluarga mereka.
"Mama tenang saja aku tidak akan membiarkan Zea lebih unggul lagi dariku setelah ini. Maka dari itu ma ayo kita kesana."
"Baiklah demi kamu mama mau menginap di rumah dia. Biar mama siap-siap dulu." Zena mengangguk semangat.
Kembali pada Zea, Zena dan Vernando yang masih berdiri di depan teras rumah Zea.
Tatapan Zea sekaan tidak percaya jika mamanya benar-benar ingin menginap disini, ingin bertemu dengannya.
"Benarkah mama ada di dalam?" tanya Zea memastikan takut-takut saudara kembarnya itu berbohong.
Zena mengangguk kecil, "tapi Ze aku mohon jangan terlalu memaksa mama."
Zena menatap adik kembarnya perihatin padahal di dalam hati gadis itu selangkah demi selangkah dia sudah unggul bahkan sudah menang dari Zea.
"Lebih baik kita masuk dulu sekarang." Ajak Vernando yang membuat Zea mengangguk setuju.
Zea masuk kedalam rumah lebih dulu diikuti Vernando dibelakangnya, sementara Zena membiarkan pemilik rumah itu untuk masuk lebih dulu, saat melewati Zena diam-diam Vernando mengedipkan satu matanya untuk menggoda gadis itu.
Zena bukannya marah suami kembarannya itu menggoda dirinya malah membuat Zena tersipu malu lalu dia dan Vernando sama-sama tersenyum jahat.
Zea masuk kedalam rumah, dia dapat melihat seorang wanita paruh baya tengah menonton sambil ngemil sesuka hatinya. Bahkan sampah bekas cemillannya berserakan dimana-mana.
"Mama apa kabar?" sapa Zea saat dia sudah berdiri didekat mamanya hendak bersaliman dengan wanita paru baya itu.
Tapi Eli tidak menjawab pertanyaan Zea, dia malah langsung berdiri menghampiri Vernando. "Mantu mama sudah lama tidak bertemu bagimana keadaan kamu Nak? Istri kamu mengurus kamu dengan becus tidak atau dia sibuk dengan syutingnya itu."
"Zea mengurusku dengan sangat baik ma, aku dan Zea senang karena mama dan Zena mau menginap disini."
"Syukurlah mama kira kamu sudah tidak terurus lagi." Ucap Eli menatap sinis putri bungsunya.
"Andai yang menikah dengan kamu Zena pasti mama akan lebih bahagai lagi." Eli kembali bersuara.
Ibu dua anak itu tidak sadar jika kata-katanya sungguh sudah sangat menyakiti hati putri bungsunya.
"Mama tidak boleh seperti itu, bagimanapun juga Zea putri mama adik Zena." Ucap Zena.
Disaat seperti inilah Zena berpura-pura baik memasang tampang untuk mengambil hati Zea, dia selalu pura-pura membela Zea kalau mamanya menyakiti adik kembarnya itu.
Tentu saja semua yang Zena lakukan tidaklah tulus, dia hanya mencari muka saja agar Zea percaya padanya kalau dia orang baik. Dia akan selalu ada saat Zea tidak dianggap.
"Kamu tidak usah membelas dia." Tunjuk Eli pada Zea yang semakin membuat hati Zea hancur, karena dibeci oleh ibu kandung sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
guntur 1609
sepeertnya mereka bukan kembar. knp zea yg disalahkan atas meninggalnyabpapanya. sementara merrka kembar
2024-02-26
0
Mahasiswi GenZ
Jahat banget ibu sama kembaranya. eh, suaminya jg
2023-07-14
1
IndraAsya
kata nya kembar ,tapi ada orang tua yang pilih kasih sama anak sendiri ,dasar 😤
2023-06-21
3