Bab4 Kedatangan Najib

Tok.. Tok.. Tok

"Assalamu'alaikum"

Suara ketukan pintu dan salam beberapa kali terdengar dari depan, walaupun samar-samar aku yakin kalau suara itu berasal dari depan rumah ini, tapi entah kenapa belum juga ada yang membuka pintu. Kemana nenek dan juga ibu.

Aku yang sedang berada di kamar atas segera turun dan langsung menuju asal suara

Ceklek

"wa'alaikumsalam" ucapku saat pintu aku buka.

"maaf, cari siapa ya?" tanyaku.

Karena aku tidak mengenal pria tampan di depanku ini.

"cari siapa? Kamu siapa?" tanya pria itu dengan mata menatapku tajam.

"ck! Aku yang bertanya, harusnya kamu jawab bukan malah balik bertanya." ucapku dengan acuh.

"ini rumah nenek ku, harusnya aku yang bertanya siapa kamu? Bukan malah kamu yang bertanya. Minggir!." jawabnya dan melangkah masuk melewatiku yang masih di depan pintu.

Aku tidak tau kalau nenek mempunyai cucu laki-laki. Seingatku anak paman dan tante semuanya perempuan, lalu siapa pria ini?, kenapa dia mengatakan kalau ini rumah neneknya. Ah biarlah! Aku pusing lagipula ini bukan urusanku.

Aku segera menutup pintu dan naik ke atas. Tapi baru saja beberapa langkah suara pria itu kembali terdengar.

"Nek.. Nenek! " teriaknya membuat kupingku pengang mendengar suaranya.

"Nenek..." teriaknya lagi.

Rasanya mau ku sumpal saja mulutnya yang berisik itu. Aku yang akan naik ke atas mengurungkan niatku dan kembali ke bawah untuk melihat pria yang masih saja berteriak mencari nenek.

"Berhentilah berteriak, suaramu sangat mengganggu!" ucapku saat melihat pria itu duduk di meja makan.

"Apa perduliku! Aku bahkan bisa mengeluarkan teriakan yang lebih keras lagi kalau aku masih belum juga menemukan nenek." jawabnya tanpa melihat ke arahku.

"Dasar gila!" gumamku. Yang ternyata dia mendengarnya.

"Apa yang kamu katakan?!"

"Lagipula kamu ini siapa? Dan dimana nenek ku?."tanya nya dengan mata melotot.

"Aku tidak tau kemana nenek dan ibuku pergi, tunggulah! Mungkin sebentar lagi mereka pulang. Dan jangan berteriak lagi, kupingku pengang mendengar suara teriakan mu." jawabku dan segera pergi meninggalkan pria itu sendiri di meja makan.

"Tunggu!" teriaknya.

Hobbi sekali dia berteriak, padahal bicara biasa saja aku bisa mendengarnya.

"Siapa kamu?" tanya nya lagi.

"Tunggulah sampai nenek pulang, dan kamu bisa menanyakan langsung padanya." jawabku dan segera pergi dari hadapan nya.

"Hei... Tidak sopan sekali kamu!" teriaknya lagi.

Aku abaikan teriakan nya, dan segera pergi ke atas. Baru saja kaki ini sampai di atas terdengar pintu depan di buka.

Ceklek

Aku mengintip dari atas siapa yang datang, mungkin saja nenek dan juga ibu karena kalau orang lain tidak akan membuka nya sendiri.

Dan benar saja yang datang ibu dan juga nenek, dengan belanjaan yang begitu banyak di tangan.

"pantas saja menghilang, ternyata mereka pergi belanja." gumamku dan segera masuk kedalam kamarku.

Setelah mengunci pintu aku segera merebahkan diriku di atas kasur, rumah nenek sangat nyaman. Tapi aku lebih suka tinggak di rumah sendiri, tapi sekarang rumah itu mungkin sudah di jual paman. Nasib seperti ini selalu saja aku dan ibu alami, entah dosa apaa yang sudah kami lakukan sehingga nasib baik begitu enggan mendekati kami.

"Astaghfirallah" ucapku berkali-kali karena sudah berpikir yang tidak-tidak.

Tok.. Tok.. Tok..

"jihan, apakah kamu tidur, nak?." suara yang sangat aku kenal.

Aku segera bangun dan membuka pintu.

"ibu, ada apa?" tanyaku setelah pintu terbuka.

"turunlah, nenek memintamu untuk bertemu dengan najib." jawab ibu. Dan segera turun aku mengekor di belakang ibu.

"jadi pria tadi namanya najib, lucu sekali namanya." batinku dengan senyum di bibir ketika tahu pria tampan dan cerewet itu bernama najib.

Aku dan ibu segera ke dapur dimana pria tadi duduk. Di sana sudah ada nenek dan..

"sejak kapan amanda disini?" ucapku di dalam hati. Setelah melihat amanda anak dari paman angga yang sudah duduk manis di depan pria tampan bernama najib.

"jihan, kemarilah" nenek mempersilahkan aku duduk di dekatnya di antara nenek dan juga amanda.

"najib, ini jihan. Cucu nenek juga selain amanda dan kinanti." ucap nenek mengenalkan aku kepada najib.

"oh jadi dia cucu nenek juga, aku pikir dia pembantu di rumah ini." ucapnya datar.

"ha ha ha ha... Ya, dia memang cocok jadi pembantu di sini, kak." sambung amanda dengan terbahak.

"tertawalah!" ucapku tenang.

"Najib, amanda!. Jihan ini cucu tertua di rumah ini, jaga sikap kalian." ucap nenek menegur amanda yang masih tertawa terbahak.

"Nek, apa yang kak najib katakan benar loh!" jawab amanda dengan mata menatapku.

"hah kkalian ini.. Nenek memintamu kesini bukan untuk mengatakan hal buruk kepada jihan." ucap nenek.

"jihan ini anak dari tante aisyah.. Usianya beda 5 tahun darimu najib. Dia memang hanya tamatan SMP tapi kecerdasan nya tidak usah kamu ragukan lagi. Itulah sebabnya nenek memintamu datang kesini agar dia bisa membantumu di kantor sebagai sekretarismu." ucap nenek panjang lebar.

"whaatttt!... Dia tamatan SMP. Dan nenek memintaku menjadikan dia sekretarisku!" teriak najib dengan mata melotot nyaris keluar.

"Ha ha ha ha" amanda tertawa terbahak, bahkan kali ini lebih keras suaranya.

"amanda!" teriak nenek yang mulai kesal melihat tingkah amanda.

Aku hanya diam bukan berarti aku menerima diperlakukan seperti ini, tapi aku ingin tau lebih banyak lagi apa maksud ucapan nenek yang meminta najib menjadikanku sekretaris di kantor nya. Bahkan nenek tidak meminta persetujuanku terlebih dahulu.

"Nek, daripada dia aku lebih suka kinanti atau amanda yang membantuku di kantor. Apalah nanti jadinya kalau dia yang membantuku. Sekolahnya saja hanya tamatan SMP walaupun kata nenek dia cerdas tetap saja pengetahuannya hanya mentok dipelajaran SMP." ucap najib menolak permintaan nenek.

Aku masih terus mendengarkan mereka bicara yang sesekali saling mendebat. Tidak terasa sudah satu jam kami membicarakan soal ini, pembicaraan yang masih tidak menemukan ujung. Kalau saja aku tidak menghargai nenek malas sekali aku bertahan di meja ini. Bahkan mereka lupa kalau aku ada dihadapan mereka.

Setelah hampir dua jam masih juga belum ada keputusan, akhirnya aku memutuskan untuk meninggalkan mereka. Aku segera bangun dan pamit kepada nenek.

"Nek, jihan ke atas dulu." pamitku pada nenek.

"Tuh lihat dia, bahkan pergi sebelum mendengar keputusan nya." ucap amanda sinis

"Sudah hampir dua jam aku disini, dan kalian belum bisa mengambil keputusan. buang-buang waktuku saja." jawabku dan segera berjalan.

"oh ya.. Kalian tidak usah repot. Aku tidak tertarik dengan permintaan nenek." ucapku lagi sebelum benar-benar pergi dari hadapan mereka.

Bersambung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!