Yah, Marco seperti lelaki tidak bertanggung jawab. Setelah ia mengambil sesuatu berharga dari seorang wanita, ia langsung keluar kamar setelah mengucapkan maaf.
Elizabeth yang melihat punggung Marco menuju pintu kamar nya hanya diam dan kembali menitihkan air mata.
Pintu kamar ditutup dengan pelan tidak seperti dibukanya tadi.
"Akhirnya, kamu yang mengambil hal itu Marco" lirih Elizabeth sendu. Beberapa saat wanita itu meratapi nasib diatas ranjang kemudian beranjak dari tempat itu dan menuju kamar mandi. Berjalan saja terasa perih dan sakit, namun saat ini hatinya lebih sakit.
.
Disisi lain, Marco berada di kamar mandi kamar pribadi nya mengucurkan air dr shower pada tubuhnya.
"Aku tidak mengira, kamu masih perawan Eliz" lirih Marco. Dengan refleks dan kebiasaan jika ia marah atau kesal ia lampiaskan sesuatu yg bisa dipukul seperti meja atau dinding atau kaca didepannya.
Tangan Marco sebelum nya yg baru terkena serpihan kaca 3 hari lalu ketika memukul meja kerjanya, saat ini kembali berlumuran darah karena ia memutuskan memukul kaca yang berada di westafel kamar mandi.
Pyaaaaaarrrrr!!!
Suara pukulan itu mengenai kaca yg langsung pecah berkeping2. Kekuatan tangan Marco tidak diragukan lagi, semakin ia asah dan latih ketika hatinya terluka. Selama berada di markas mafia Black Card, Marco sering berlatih dengan anggota yg lain, langsung praktek setelag memukul sasak lebih dulu.
Marco yang sudah membersihkan dirinya dengan mandi, tangannya mengalir darah. Jelas luka kali ini lebih parah daripada luka memukul meja.
Marco berjalan keluar kamar mandi dengan tetesan darahnya sendiri di karpet kamar nya. Ia hanya memakai bathrobe dan keluar kamar memanggik Niel.
"Niel! " teriak Marco di tangga.
Niel yang sudah biasa mendapatkan teriakan namanya, sangat peka dengan suara itu langsung berlari menuju sumber suara.
"Panggilkan Dokter Astro!" baru saja Niel sampai didepan Marco, perintah sudah dilayangkan.
"Baik bos" jawab Niel sambil melihat darah menetes dr tangannya. Ia tau apa yg sudah bosnya lakukan itu karena tidak jarang bosnya melukai diri sendiri ketika tidak melampiaskan perasaanya.
Niel, asisten pribadi Marco yang sangat cekatan langsung menelepon Dokter Astro.
Marco kembali ke kamarnya dan mengulung handuk pada tangannya untuk menghentikan darah yg mengalir.
Hampir 1 jam, Marco menunggu kedatangan dokter Astro hingga tertidur. Namun, Niel membangun kan bosnya itu ketika sudah membawa Dokter Astro didepan Marco.
"Bos bangun! ini sudah ada dokter Astro" seru Niel.
Karena terbiasa dibangunkan Niel, Marco membuka mata dan langsung melihat kehadiran 2 lelaki didepannya.
"Kamu selalu saja sakit tidak perlu seperti ini! " bukan sapaan yg dikeluarkan Dokter Astro namun gerutuan terhadap langganan pasiennya ini.
Marco langsung memposisikan untuk duduk di ranjang dan Dokter Astro mulai membuka balutan handuk di tangan lelaki itu.
"Astaga! Untung saja tulangmu sekuat besi! coba kalau tidak melihat serpihan kaca pada kulitmu ini pasti aku tidak mengira kamu menghancurkan sebuah kaca!" seru Dokter Astro ketika melihat luka tangan pasiennya itu.
"Sudah, jangan banyak omong! Cepat obati! " sahut Marco cuek. Dokter Astro pun mengambil sesuatu untuk bisa meraih serpihan kaca pada kulit pasiennya. Setelah itu diberi obat oles dan dibalut perban.
"Syukurlah, tidak perlu dijahit tapi luka dari serpihan kaca lama sembuhnya dan nanti akan sedikit membekas" ucap Dokter Astro ketika menyelesaikan tugasnya.
Marco hanya diam melihat tangannya selesai diperban.
"Jika kamu suka marah dan memukul, lebih baik kamu pasang sasak saja di penjuru rumah mu jadi bukan kaca dinding atau lainnya yg akan kamu pukul" kata Dokter Astro sebelum meninggal kan Marco sendiri di kamarnya.
Niel yang mendengar menahan tawa karena Dokter Astro mempertegas bahwa bosnya itu memang suka marah dan memukul benda2 keras.
Mendapatkan lirikan tajam Marco, Niel langsung diam dan mengantarkan Dokter Astro untuk turun ke lantai 1.
"Berikan dia pemahaman bahwa tangannya itu jika lama lama memukul benda keras akan bisa mengakibatkan tremor" kata Dokter Astro pada Niel sebelum ia masuk ke mobil.
Niel hanya menganggukkan kepala saja dan berusaha menyampaikan pesan tersebut ketika waktu yg tepat.
.
Saat ini sudah tengah malam, Elizabeth yang tadi sudah mandi langsung terlelap di ranjang yang sudah dibersihkan art. Marco tadi sempat menelepon Willow, ketua art untuk menugaskan salah satu anak buahnya membersihkan sisa sisa ranjang panas CEO dengan mengganti sprei dan merapikan ranjang Elizabeth seperti semula.
Pelayan itu masuk dan mulai tugasnya ketika Elizabeth masih berada di kamar mandi. Keluar dari tempat itu, Elizabeth terkejut melihat ranjangnya sudah kembali seperti semula, rapi bersih dan wangi.
Akhirnya karena merasa sangat lelah fisik dan batin, Ia langsung membaringkan tubuhnya di tempat tidur dan terlelap. Padahal waktu itu jam masih menunjukkan pukul 8 malam, ya namanya juga habis melakukan sore menjelang malam pertama bersama lelaki. Elizabeth merasa tubuhnya harus segera diistirahatkan karena wanita itu fikir jaminan tubuhnya itu akan di pakai Marco kapanpun jika dibutuhkan.
Hampir menunjukkan jam 12 malam, Elizabeth terbangun karena merasa lapar. Ia lupa tadi belum makan malam dan tenaganya sudah dihabiskan pada ranjang panas CEO. Wanita itu turun ke lantai 1 menuju dapur, ternyata ada Marco juga disitu.
Marco yang tau ada seseorang berjalan kearahnya, langsung menyodorkan garpu yang ia pegang untuk memakan mie kearah belakang tubuhnya.
Elizabeth terkejut dengan garpu yg hampir saja menusuk tubuhnya bagian perut. Marco terdiam lalu mengetahui jika itu adalah Elizabeth, ia tarik kembali garpunya.
"Maafkan aku. Aku tidak terbiasa berada disini dengaan orang lain yang tidak aku panggil" ucap Marco sambil kembali makan mie dengan garpunya.
Elizabeth tidak berkata apa - apa, langsung saja menuju panci yang tergeletak di atas kompor dan mengambil nya lalu mengisi dengan air. Ia menyalakan kompor untuk mendidihkan air dalam panci itu. Aroma mie goreng dari mangkok Marco membuat ia semakin kelaparan.
"Mienya ada di lemari atas" jelas Marco sebelum ditanya.
"Apakah ia berubah baik karena menyesal sudah mengambil keperawananku?" batin Elizabeth.
"Iya, terima kasih" sahut wanita itu sambil mengambil mie seperti yg dibilang Marco tadi.
Setelah mendapatkan 2 bungkus mie goreng yg dia inginkan, Elizabeth langsung memasukkan nya ke dalam panci.
Beberapa menit kemudian 2 porsi mie goreng itu sudah siap dimakan. Elizabeth tidak peduli saat ini duduk dihadapan Marco yang sedang melihat dirinya makan. Udah laper banget, boro boro memperhatikan orang lain ia hanya ingin mengisi perutnya.
Marco terdiam dan mengamati wajah Elizabeth yang selalu cantik seperti pertama kali bertemu dengannya. Ia mengingat kenangan indah bersama wanita itu hingga melupakan rasa sakitnya ditinggal Elizabeth karena saat ini berada di depannya.
Rasa sesal semakin terasa bagi Marco. Sejak dulu memang ia tidak ada niatan menyakiti wanita yang ia cintai, karena mengingat ibu dan adik nya juga wanita. Meski pun sudah menjadi ketua mafia pun, ia enggan untuk melawan musuh wanita dan ia serahkan ke Niel dan pasukan Black Card lainnya.
Hanya saja ia merasa bermalam dengan wanita yang ia bayar dan gunakan menyalurkan hasrat dengan bermain ganas di ranjang nya, tidak terpikir kan jika hal itu merupakan kekerasan fisik seperti memukul. Padahal selain dengan Elizabeth , semua wanita yg menemani setiap 3 bulan sejak 8 tahun lalu seperti dibuat trauma meskipun dibayar mahal. Tidak dengan pukulan namun cara bermain Marco sungguh kasar dan tanpa belas kasihan.
Elizabeth saja yang membuat Marco merasa cinta. Setiap sentuhan yg ia berikan tadi adalah sentuhan yg ingin ia lakukan sejak lama ketika membayangkan melakukan itu dengan wanita yang ia cintai.
Tanpa sadar Marco memikirkan malam pertama nya dengan Elizabeth beberapa jam lalu dan membandingkan perasaannya dengan wanita lain. Entah merasa bersalah, benci yg ia rasakan luruh begitu saja.
Merasa cinta yang ia penjarakan dihatinya mulai terbuka, sepertinya ia tidak harus menyakiti Elizabeth lebih lama.
"Aku salah. Jujur aku masih tidak percaya jika kamu masih gadis ketika bersamaku tadi. Jika tau seperti itu, aku memilih tidak ingin bersamamu tadi karena akhirnya merasa bersalah menyentuh mu dalam keadaan benci dalam diriku meskipun entah bagaimana pada akhirnya benci itu tetap membuat ku mencinta mu, Eliz" kata Marco membuat Elizabeth menghentikan suapan terakhirnya.
Elizabeth menatap mata biru Marco didepannya. Ia meletakkan lagi garpu berbalut mie goreng terakhir yg akan ia makan. Ia juga sesekali memperhatikan tangan Marco yg terbalut perban.
"Pasti Ia melakukan kekerasan lagi, kali ini pada dirinya sendiri" batin Elizabeth tanpa ingin mengatakan langsung karena berfikir tidak perlu juga mengkhawatirkan lelaki mafia itu yg terbiasa terluka dan melukai.
Elizabeth terdiam.
"Selesai kan dulu saja suapan mie terakhir itu" seru Marco membuyarkan lamunan Elizabeth.
Ia pun meraih garpu dengan belitan mie goreng suapan terakhirnya lalu memakan dengan cepat.
Setelah dirasa sudah tertelan semua, ia mengambil gelas didepanya untuk meminum air dan membersihkan mulutnya dari sisa2 makanan.
Elizabeth kembali menatap tajam Marco dan mengingat kembali kata2 yg barusan Marco sampaaikan kepadanya.
"Apa yang akan Marco lakukan selanjutnya? " batin Elizabeth.
Menyadari raut wajah Elizabeth yg curiga padanya, Marco kembali mengatakan sesuatu.
"Sepertinya aku akan mengembalikan jaminan tubuhmu sebagai kompensasi aku telah mengambil apa yg berharga darimu untuk pertama kali" ucap Marco dengan serius.
"Sekali lagi aku tidak ingin, kamu menyesal telah mengambil hal itu dariku, Marco. Dari awal aku sudah tau apa yg kamu inginkan ketika menjadikanku jaminan hutang ku padamu. Aku menerima itu sebagai balasan telah meninggalkan mu dulu" sahut Elizabeth dengan serius pula.
Mereka pun saling bertatapan makin intens dan suasana menjadi terasa lebih dingin dimalam itu.
"Baik, jadi jika kamu mencari hubungan klausal seperti itu, maka 5 juta Euro sepadan dengan keperawananmu. Aku terima" ujar Marco dengan tatapan tak ingin dibantah.
Elizabeth terdiam. Ia tidak tau harus merasa senang karena lunasnya hutang dan tubuhnya tidak dijadikan jaminan lagi atau merasa sedih karena menganggap dirinya menjual diri demi uang.
"Apakah kamu sungguh sungguh membuat ku tak perlu menggantikan 5 juta Euro itu?" tanya Elizabeth dengan serius untuk memastikan.
"Iya. Aku lunaskan uang itu tanpa kamu harus bayar sepersen pun" jawab yakin Marco.
"Baiklah, aku hanya bisa berterimakasih untuk itu" sahut Elizabeth sambil berniat berdiri dari meja makan dengan membawa piring kosong itu ke tempat cuci piring dan membiarkan piring kosong Marco tetap ditempatnya.
Marco pun ikut berdiri dan membawa piring kosong nya sendiri ke tempat saat ini Elizabeth berada. Marco meletakkan piring kosong itu dipinggiran tempat cuci piring dan mendekat ke tubuh wanita yg sedang mencuci piringnya.
"Tapi jika benihku tumbuh dalam rahim mu, berarti itu adalah milikku, kamu harus memberikannya kepada ku" bisik Marco seketika membuat Elizabeth berhenti melakukan aktifitas nya.
Marco tersenyum seringai, lalu berjalan meninggalkan Elizabeth sendiri di dapur.
"Aku akan membuatmu mencintai ku lagi, Elizabeth" batin Marco.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments