3. Harus terbiasa

Keesokkan harinya...

Tok...

Tok...

Tok...

Suara ketukan pintu terdengar bersahut-sahutan, dan dibarengi dengan suara wanita paruh baya yang terus memanggil nama Marisa.

"Ris, Risa?" panggil Ema sambil mengetuk pintu.

Kevin yang merasa terusik dengan suara Ibunya, kini langsung membangunkan istrinya agar segera beranjak dari ranjangnya.

"Ris, itu dipanggil Ibu. Cepat bangun." ucap Kevin dengan suara seraknya.

Mau tidak mau, Marisa pun langsung beranjak dari ranjangnya dan berjalan ke arah pintu. Tetapi sebelum pintu terbuka, Ibu mertuanya terus mengetuk pintu itu dan memanggilnya.

"Ris, bangun ini sudah pagi. Tolong bantu Ibu untuk membuat sarapan!" pinta Ema dari balik pintu.

CEKLEK!

"Iya, Bu. Ini Risa juga bangun, tunggu sebentar Risa mau cuci muka terlebih dahulu." ucap Risa dengan seulas senyum yang dipaksakan.

Ema pun hanya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum lebar ke arah menantunya. Setelah itu wanita itu pun langsung melenggang pergi ke arah dapur.

Hanya membutuhkan waktu lima menit saja, Marisa sudah berada di dapur untuk membatu Ibu mertuanya.

"Kita mau masak apa, Bu?" tanya Marisa sambil memperhatikan sekelilingnya.

Kemudian wanita paruh baya itu langsung membuka lemari pendingin satu pintu, untuk mengambil sayuran dan beberapa lauk pauk.

"Tolong kamu bantu Ibu untuk mencuci ikan ini, Ris! Setelah selesai siangi juga sayuran ini, dan Ibu akan membuatkan bumbunya." pinta Ema.

Marisa pun menuruti perintah dari Ibu mertuanya, karena dia tidak ingin dianggap sebagai istri pemalas. Meskipun dia belum terbiasa dengan kehidupan barunya, tetapi dia harus bisa membiasakan dirinya untuk setiap harinya.

Setelah selesai membersihkan ikan, Marisa langsung mengambil sayuran itu untuk disiangi. Satu persatu sayuran pun selesai dan siap untuk dimasak.

"Sudah, Bu. Apa masih ada yang bisa Risa bantu?" tanya Marisa sambil tersenyum.

Ema yang masih ingin menguji menantunya, kini terus menerus memberikan perintah kepada Marisa agar melakukan ini dan itu.

Setelah selesai memasak, Ema meminta Marisa untuk membereskan semua peralatan yang kotor. Sedangkan Ema kini langsung meninggalkan Marisa seorang diri di dapur.

"Kamu harus terbiasa dengan hidup barumu, Risa! Kamu pasti bisa!" gumam Marisa yang sedang mencoba untuk meyakinkan dirinya sendiri.

.

.

"Mas, bangun sudah jam enam lho. Bukankah seharusnya kamu hari ini pergi ke kantor?" ujar Marisa yang sedang membangunkan suaminya yang masih terlihat sangat nyenyak sekali.

Engghh...

"Iya, Sayang. Sebentar lagi ya? Maaf jika semalam aku tidak membangunkan mu, karena kamu terlihat sangat kelelahan setelah acara selesai." ucap Kevin dengan suara serak khas bangun tidur.

Marisa pun langsung mengangguk tanpa ingin membahas hal yang sudah terlewati. Baginya semalam adalah rutinitas pengantin baru yang tertunda, dan Marisa juga memakluminya karena mereka sama-sama merasa kelelahan.

"Iya, Mas. Mas Kevin tenang saja. Lebih baik sekarang Mas mandi terlebih dahulu sebelum kita sarapan bersama, karena makanan juga sudah siap." ucap Marisa dengan seulas senyum manisnya.

Kevin yang sejak tadi menatap bibir ranum istrinya, kini langsung mencium lembut bibir itu. Marisa yang mendapatkan serangan dadakan dari suaminya, kini merasa sedikit terkejut.

Sejujurnya Marisa belum siap untuk melakukan hal itu saat ini, kini hanya terdiam tanpa membalas ciuman suaminya. Dan diamnya Marisa membuat Kevin langsung melepaskan ciumannya.

"Ada apa, Sayang? Mengapa kamu tidak membalas ciumanku? Apakah kamu menolak untuk memberikan hakku?" cecar Kevin sambil menatap lekat wajah istrinya.

Dengan cepat Marisa langsung menggelengkan kepalanya, dan dia pun segera memutar otaknya untuk memberikan alasan yang tepat kepada suaminya.

"Bu-bukan begitu, Mas. Hanya saja aku takut jika Ibu akan memanggil kita untuk sarapan bersama. Kan aku juga merasa tidak enak, jika Ibu harus menunggu lama." alibi Marisa.

Kevin yang masih bisa bersabar, kini hanya bisa pasrah sambil menghela napas panjang. Dia pun menyadari jika saat ini dia juga harus bekerja lebih keras lagi, karena harus memberikan nafkah untuk istrinya.

"Iya, Sayang. Maafkan, Mas! Mas tidak bermaksud untuk memaksamu. Mas hanya ingin memastikan saja, jika kamu tidak akan menolak saat Mas meminta hak itu." ujar Kevin sambil mengusap lembut puncak kepala Marisa.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!