POV suami Lefani...
namaku Baskara, biasanya orang terdekat ku memanggil ku dengan sebutan Kara. Seorang pria tampan berambut merah nan gagah yang banyak dikagumi para wanita. Di masa lalu aku melakukan perjalanan ke berbagai negara di benua ini seorang diri. Di manapun kakiku berpijak, di sanalah setiap wanita cantik ku kencani. Entah itu muda atau dewasa, single atau couple, asalkan dia wanita cantik dan menarik di mataku, aku akan menjadikannya milikku.
Ya benar, aku adalah Badboy sejati dan aku bangga dengan hal itu. ((✷‿✷))
Tapi tenang saja, itu semua hanyalah masa lalu sebelum aku bertemu dengan istriku. Dan sekarang aku hanya mencintai istri ku seorang. Mungkin?
Berbicara mengenai istriku, saat ini ia tengah bersenda gurau dengan bayi yang ia temukan didalam kotak kayu.
betapa dibuat terkejutnya aku dimana dia mendobrak pintu rumah hingga hancur dan berteriak "SAYANG... AKU PUNYA BAYIII" sembari membawa kotak kayu ditangannya. Akan Tetapi...
Baaa' baaa'
"Sayang sayang, lihatlah dia sangat imut"
Baaa'...
'Dia terlihat sangat bahagia' pikirku
Aku tidak bisa tidak tersenyum melihat keceriaan kembali di wajahnya. Itu mengingatkan ku diwaktu buah hati kita terlahir, wajah bahagianya persis sama dengan yang di tunjukkannya sekarang.
Menurut pengakuan istriku, bayi ini ditinggalkan oleh orang misterius yang pernah mengawasi kita.
Didalam kotak terdapat surat yang inti dari tulisannya untuk mau menerima dan merawat bayi tersebut seperti anak yg kita sendiri. Aku tidak sempat membacanya karena kertas itu terbakar setelah dibaca oleh istriku.
Terdapat juga liontin ruby yang berada dilehernya serta kartu hitam dengan ornamen emas yang menghiasinya. Kartu itu berisikan uang dengan nominal yang tidak sedikit, yakni 10.000.000 yatra
(Note; 1 yatra \= 1000 rupiah)
Dengan semua hal itu Membuatku jadi berfikir kalau bayi yang sekarang berada di gendongan istriku tidak terlahir dari masyarakat biasa-biasa saja.
"Kau serius ingin mengadopsi anak ini Leaf?" Ucapku
"Aku serius. Memangnya kenapa? Kau tidak mengizinkannya?"
"Bukan, bukan itu. Maksudku, bagaimana jika beberapa tahun mendatang, orang tuanya kembali untuk mengambilnya?" Ucapku dengan sangat hati-hati
Namun ucapan dariku malah menarik saklar di otaknya.
"Fufufu, Jika mereka kembali untuk merebut anak ini dariku..."
Glup
"... Akan ku hancurkan mereka dengan tangan ku sendiri" ucapnya
Pupil mata hijaunya nampak lebih bersinar, serta senyum sinisnya terlihat begitu menawan di mataku.
'istriku sangat menakutkan, tapi aku menyukainya' fikirku jujur
Sudah begitu lama aku tidak melihat sisi dirinya yang ini. Ahh aku sangat merindukannya.
"Ehem, Be begitukah. Ya aku juga akan selalu mendukungmu Leaf" ucapku sembari menenangkan diriku yang terlalu bersemangat.
"Tentu saja kau harus. Kalau tidak, jangan harap aku mau seranjang lagi denganmu" Ancam Lefani
Baaa'...
Ugh!... Jantungku rasanya mau copot mendengar tanggapan darinya. Dan lagi...
'kenapa anak ini terlihat lebih ceria?. Mungkinkah dia sudah dapat mengerti percakapan orang dewasa? Pastinya tidak kan'
Baaa'...
'iya kan?' aku bertanya-tanya sendiri
Tanpa terasa tanganku sudah terangkat dan ingin sekali mencubit pipinya yang gemoy. Tapi belum sempat melakukannya, telingaku terlebih dulu ditarik oleh istriku.
AW AW AW
"Apa yang ingin kau lakukan sayang..." ucapnya lembut
"Ituu dia terlihat sangat menggemaskan, jadi aku ingin mencubit pipinya" jawabku sembari memegangi tangan istriku yang masih menarik telinga ku
"Boleh boleh saja. Tapi lihatlah dirimu dulu, terlihat dekil dan bau keringat. Apa kau ingin mengotori bayiku yang malang?. Padahal hari sudah malam tapi kau masih sibuk dengan palu kesayangan mu dan juga hobimu"
'ITU BUKAN HOBI TAPI PEKERJAANKU' teriak ku dalam hati
"Maafkan aku. Ku kira kau akan pulang larut malam lagi seperti biasa. Jadi untuk menghilangkan kebosananku, aku tetap bekerja di bengkel"
"Benarkah?"
"Ya"
"Bukankah lebih baik tidak ada diriku, jadi kau lebih leluasa menggoda istri tetangga?"
"Aku tidak akan berani melakukan itu"
"Sungguh?"
"Yakinlah, aku lebih baik menunggumu datang dari pada bermain-main dengan istri orang"
"Hmmm"
Istri ku akhirnya melepaskan telingaku setelah aku cukup meyakinkannya.
"Maafkan aku sayang" ucapnya dengan jejak rasa bersalah terlukis di wajah cantiknya
Melihat itu, aku segera datang lebih dekat dengannya Lalu memeluk bahunya.
"Tidak, tidak apa-apa. Aku juga mengerti apa yang kau rasakan saat sedang berada dirumah" ucap ku
"Mhmm. Terimakasih"
Kita berdua saling bertatap muka. Wajah kita begitu dekat hingga pada akhirnya bibir kita saling bertemu.
Bibirnya begitu lembut dan terasa sangat manis. Kalau saja dia tidak menggendong bayi, mungkin dia sudah kubawa dalam belas kasihanku.
Beberapa saat setelahnya bibir kita berpisah, ya itu hanya kecupan bibir biasa. Aku begitu terpesona melihat wajahnya yang memerah, itu begitu menggairahkan dan membuat ku ingin melakukannya lagi. Namun keinginan ku pupus setelah mendengar suara bayi didekat ku.
Baaa'
'anak ini tidak akan mengerti apa yang kita lakukan kan?' pikirku ketika melihat tatapan polos bayi itu.
"Eghem. Jadi Leaf, siapa nama anak ini?" Tanyaku berusaha mengalihkan topik.
"Oh ya? aku juga baru ingat tidak tahu namanya" jawabnya
"Bagaimana dengan isi suratnya?"
"Seingatku, Tidak ada hal yang menyebutkan nama dari anak ini"
"Begitu. Itu bisa saja lupa menuliskan namanya. Atau..."
"Orang tuanya memberikan kita hak untuk menamai bayi ini!" sambung istriku dengan senyum sumringah
"Ya sepertinya begitu" anggukku menanggapinya
"Hmmm setelah ku pikir-pikir orang tuanya tidak seburuk dugaanku"
'ku harap kau tidak menempatkan orang tua kandung anak ini didalam daftar orang-orang buruk' pikirku
"Jadi sudah ada ide untuk namanya" tanyaku lagi
"Belum"
"Kalau begitu, bagaimana dengan Ryan"
Aaa' Aaa' Aaa'
"Hmm Sepertinya dia tidak menyukainya" ucap istriku ketika melihat bayi itu menangis setelah mendengar penamaanku
"Kalau Alvin?"
Aaa'Aaa'
"Roy?"
Aaa'Aaa'
"Roy itu keren loh?"
Aaa' Aaa'
"Cukup sayang, jangan dipaksakan. Sepertinya dia benar-benar tidak menyukai semuanya" tegur istriku
"Aku tak habis pikir apa yang salah dengan nama nama itu" keluhku
"Tidak usah mengeluh hanya karena penamaan mu tidak di terima"
"Hahh ya ya aku tahu. Jadi, nama apa yang kau berikan padanya?"
"Hmmm..."
Istriku sempat berfikir sebentar sebelum membuka bibirnya kembali.
"Bagaimana dengan Karna?"
"Karna?"
"Ya, Karna. Yang artinya pria lembut dan baik hati"
"Ya Boleh juga, tapi apa dia menyukainya?" Ucapku sembari melihat bayi yang masih dipelukan istriku.
Baaa'...
"Sepertinya begitu" jawab istriku sembari tersenyum senang
"Hahhh aku tak habis pikir kenapa dia bisa berubah 180° setelah kau memberinya nama"
"Fufufu aku juga tidak tau. Tapi yang terpenting.."
" Selamat datang di keluarga kecil kita, Karna "
Baaa'...
Dengan begitu, keluarga ku sekarang bertambah 1 orang.
...
POV orang ketiga...
Di gubuk kayu tempat Karna lahir, sang ibu kandung tengah duduk di tempat tidurnya sembari melihat pemandangan hutan malam lewat jendela.
Tok tok tok
"masuklah" ucapnya setelah mendengar ketukan pintu
"Permisi nona"
Kirana memasuki ruangan dengan pakaian yang sama. Dia juga membawa nampan yang terdapat teko terbuat dari batu giok beserta gelasnya.
Ia menaruhnya di meja tepat disebelah tempat tidur. Kemudian, dia dengan terampilnya meracik teh hijau. beberapa saat kemudian dia memberikan teh hijau hasil racikannya ke nonanya.
"Silahkan nona"
"Mhmm terimakasih"
Slurp!
"Mmm Seperti biasa, racikan teh darimu memang yang terbaik Ana"
"Terimakasih nona" jawab Kirana sembari menundukkan kepalanya
Setelah beberapa tegukan, si wanita membuka percakapan kembali
"Jadi, bagaimana?"
"Semuanya berjalan sesuai rencana nona"
"Begitukah"
"Ya"
"Baguslah"
Gadis itu kembali menengok pemandangan dibalik jendela sembari menikmati teh hijau di tangannya.
"Kuharap dia tumbuh dengan baik" pungkasnya dengan tulus
...
Disisi lain, kediaman pasutri yang mengadopsi Karna...
"Sayang"
"Ya sayang"
"Boleh kutanya tentang sesuatu?"
"Apapun sayang"
"Fufufu kalau begitu, ini milik siapa sayang?"
Lefani menunjukkan pakaian dalam wanita dihadapan suaminya.
!!
"Itu, aku aku bisa menjelaskannya sayang" agung menjawab dengan keringat dingin di sekujur tubuhnya.
"Begitukah, fufu lalu bagai dengan ini..."
!!!
"Ini, ini dan ini?"
'mati aku' pikir Karna ketika Lefani menunjukkan satu persatu pakaian dalam dengan ukuran dan bentuk yang berbeda.
"It itu milik tetangga kita yang pernah menumpang kamar mandi. Ya, dia meminjam kamar mandi kita karena dirumahnya listriknya mati. mungkin dia terlupa untuk memakainya lagi, sungguh aneh sekali kan. Hahaha"
Dumb dumb dumb (Suara detak jantung berkecepatan tinggi)
"Fumm Jadi begitu, haruskah aku mengembalikannya secara langsung. Berapa wanita yang harus ku kunjungi, 3, 4 atau 5?" Ucap Lefani sembari tersenyum
"Tidak, itu tidak perlu repot-repot sayang. Aku bisa mengembalikannya sendiri, percalah padaku"
"Fufufu kau sungguh sangat baik sayang"
"Benarkah? Hahaha" kara tertawa canggung sembari menggaruk-garuk kepalanya.
"Mungkin aku harus memberikanmu hadiah" ucap Lefani lembut sembari mendekati suaminya
"Hadiah?"
"Yups"
Bam!
"Kuaaghh!!"
Sebuah pukulan berkekuatan tinggi dengan aura kehijauan di sekitar kepalan tangan Lefani, menghantam perut Kara. Pukulan itu membuat kara terlempar jauh kebelakang dan membuat sebagian rumah dan pepohonan yang dilewati hancur.
Wosshhh~ BOM! BOM! BOM!
Kara terhenti setelah menabrak lereng batu dan meninggalkan bekas tubuhnya disana.
"Uhug uhug, ahh sudah lama sekali aku tidak merasakan perasaan ini" gumam kara yang masih tertancap di bebatuan. namun ini hanyalah awal dari sebuah tragedi di malam hari.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments