Sangat Mencurigakan

Pagi hari, Irma tidak mendapati ponsel Beni ada di atas meja. Irma mencari dengan cara pura-pura membersihkan tempat tidur, lalu mencari kalungnya yang sengaja dilepas beberapa waktu sebelum beranjak dari ranjang.

Ponsel Beni ternyata ada di bawah bantal. Kepala menindih sempurna. Dan suaminya mulai terganggu dengan gerakan-gerakan yang ditimbulkan Irma ketika memeriksa seluruh tempat tidur.

Beni menguap lebar, membuka mata sedikit sebelum bertanya dengan suara serak. “Cari apa, Ma?”

“Kalung, baru sadar pas anak-anak berangkat sekolah tadi kok nggak ada di leher! Jangan-jangan jatuh di sini, aku udah cari di mana-mana nggak ada!” jawab Irma. Nada suaranya terdengar menahan kesal.

Ya, Irma kesal karena Beni mendadak sangat protektif dengan ponselnya. Belum pernah sekalipun dalam sejarah pernikahan mereka Beni menyimpan ponsel di bawah bantal. Suaminya itu bahkan sering mengingatkan dirinya untuk meletakkan ponsel di atas meja sebelum tidur untuk menghindari radiasi.

Hal itu berulang kali disampaikan Beni karena Irma sering tak sengaja tidur ketika sedang membaca novel-novel favoritnya di aplikasi Noveltoon.

“Udah ketemu belum?” Beni memicingkan mata, sedikit mengangkat tubuhnya agar Irma bisa mencari kalung yang dimaksud di tempat yang belum terjamah.

Irma memeriksa sekali lagi, lalu menyibak selimut yang dipakai untuk menutupi kalungnya. “Oh iya ini ada! Aku pakai dulu biar nggak lupa.”

Beni bergumam tak jelas, ia tak bisa tidur lagi karena gangguan dari Irma. Ia lalu mengambil ponselnya dari bawah bantal, duduk bersandar headbed dan mulai membuka media sosialnya dengan wajah masih mengantuk.

Irma memasang kalung di depan cermin, mengamati pantulan di depannya yang juga menampakkan gambar suaminya yang sedang mengulas senyum pada ponsel. Irma seketika curiga, ia bertanya dalam hati penyebab Beni sumringah di pagi hari. Ada bidadari yang menyapa dengan senyum manis atau …?

“Mau dimasakin apa, Mas?” tanya Irma, kembali menghadap Beni yang sibuk menatap layar ponsel.

“Ayam goreng!” jawab Beni tanpa melihat ke arah istrinya. “Sayur sop, sambel!”

Erma menatap skeptis suaminya, “Kamu lagi sibuk apa sih sampai ngomong aja nggak mau lihat aku?”

“Ini grup efbe lagi mau ada acara bersama,” jawab Beni.

“Acara apa?”

“Gathering kecil-kecilan untuk tukar pikiran sesama pengusaha salon.”

Erma cepat bertanya, “Kapan?”

“Nanti malam jam tujuh!”

“Mas Beni ikut?”

“Iya, kapan lagi bisa sharing-sharing usaha salon dengan pengusaha yang udah pada sukses. Siapa tau kita bisa nyusul kesuksesan mereka!” Beni menyebutkan tempat yang disepakati untuk pertemuan. Kafe yang terletak di salah satu hotel terkenal di kota.

Irma tidak keberatan dengan acara seperti itu, hanya saja sikap Beni yang mencurigakan membuatnya jadi berpikir ulang. Pengusaha salon kebanyakan adalah wanita, dan tentu saja mereka bisa tampil cantik melebihi dirinya.

Apalagi Beni terbilang tampan dan terawat, berkulit putih dengan postur tubuh mendukung. Irma menyadari kalau dirinya memang tidak cocok berdampingan dengan suaminya dari sejak lama. Secara fisik, banyak perbedaan menonjol di antara mereka.

Irma berkulit gelap, wajah berminyak dan cenderung berjerawat. Setelah memiliki dua anak, tubuhnya yang dulu ramping mulai melebar. Ditunjang dengan kemalasannya merawat diri, Irma tampak lebih tua daripada suaminya. Padahal usia Irma yang sebenarnya justru lebih muda lima tahun daripada Beni.

“Banyak yang ikut gatheringnya, Mas?” tanya Irma lebih antusias. Ia kini duduk di tepi ranjang sambil memijat kaki suaminya.

“Sekitar sepuluh orang,” jawab Beni bersemangat.

“Aku ikut ya! Udah lama nggak ke kafe! Healing tipis-tipis seperti dulu,” pinta Erma.

“Anak-anak sama siapa nanti? Nggak mungkin kita bawa anak-anak ke kafe, apalagi malam. Besok mereka sekolah! Trus nanti siapa yang ngawasin karyawan salon kalau kamu ikut? Dila harus setoran setelah salon tutup,” tolak Beni halus. Mengungkapkan alasan masuk akal yang tidak bisa disangkal istrinya.

Irma mengangguk, mengalah. “Pulang jam berapa nanti?”

“Jam sepuluh udah bubar, tapi namanya nongkrong bareng bisa aja sampai tengah malam. Orang-orang kalau udah ngobrolin usaha mana ada habisnya?” Beni beranjak dari tempat tidur, “Aku mau mandi sekalian, nggak bisa tidur lagi ini. Buatin teh panas ya, Ma!”

Irma menyingkir, menarik selimut untuk dirapikan. Ia tertegun melihat Beni mengantongi ponselnya sebelum keluar kamar. Rupanya sang suami sudah memiliki kebiasaan baru. Mandi sambil bermain ponsel.

Sangat Mencurigakan!

***

Terpopuler

Comments

Hulatus Sundusiyah

Hulatus Sundusiyah

dijaga dg sepenuh hati ponselmu Ben..

2024-10-01

1

🍁мαнєѕꨄ🆂🅾🅿🅰🅴❣️

🍁мαнєѕꨄ🆂🅾🅿🅰🅴❣️

wah.. setuju mencurigakan 😁

2024-03-02

0

Ali B.U

Ali B.U

next.

2024-02-22

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!