Tyo mengangkat koper sang keponakan untuk dibawa ke Kamar Dhea di Lantai atas tepat disamping kamar Tyo berada. Dhea hanya mengekori sang Paman yang membawanya ke Kamar barunya. setelah sampai didepan kamar Dhea,Tyo menekan knop pintu dan... ceklek, pintu pun terbuka. Terlihat di dalamnya kasur king size, sebuah meja rias, dan lemari pakaian. Mereka pun masuk ke dalam ruangan tersebut.
"Ini kamar kamu, Dhea sayang." Menaruh koper sang keponakan di samping kasur king size tersebut.
Dhea mendudukan dirinya di pinggir kasur dan menatap sang Paman yg berdiri di hadapanya sambil menatapnya juga.
"Uncle kamarnya gak kebesaran ya? " tanyanya. Tyo hanya mengerutkan kening pertanda dirinya bingung atas ucapan Dhea.
"Maksud Dhea itu, kamarnya kebesaran"
"Ya gapapa la sayang" mengacak gemas rambut Dhea, "tapi kamu suka kan? " tanyanya memastikan sang keponakan suka dengan kamar yang akan ia tempati selama sebulan kedepan.
"Suka kok uncle," sambil tersenyum hangat.
"Yaudah kamu istirahat aja biar pembantu yang beres beresin pakaian kamu," masih dengan posisi semula.
"Ih uncle, itu kan pakaian aku gak mungkin pembantu yang beresin"
Dhea merasa tahu diri untuk tidak merepotkan sang asisten rumah tangga Uncle nya. Kan dia juga masih punya tangan sama kaki.
"Yaudah kalau kamu gak mau, uncle kekamar Uncle dulu ya. Mau mandi, gerah" mengibas ngibaskan kemeja yang dia kenakan. "Nanti kalau perlu apa-apa panggil Uncle aja ya, kamar uncle disebelah kok" sambungnya lagi.
"iya Uncle, thanks for you" Tyo hanya tesenyum kemudian melangkahkan kakinya keluar dari kamar Dhea.
Dhea yang melihat pamannya yg sudah keluar pun langsung mengambil kopernya dan menyusun seluruh pakaian nya yg ia bawa kedalam lemari besar dikamar tersebut.
Setelah semuanya rapi, ia naik keatas kasur dan merebahkan dirinya. Ia menatap langit langit kamar yg berwarna putih terang itu.
"Bunda sama ayah udah nyampe mana yah"
gumamnya pelan.
Baru saja ia akan memejamkan mata. Tapi dering hp nya yang ada di atas nakas mengganggu kenyamananya. Dengan malas ia mengambil hp nya tersebut. Ia tersenyum setelah melihat nama dilayar panggilan tersebut adalah orang yg baru saja ia rindukan. Dengan semangat 45 dia langsung menjawab telfon tersebut.
"Hallo bun" Ucapnya sambil tersenyum
"Hallo sayang, gimana? kamu suka sama kamar kamu?" tanya seorang disebrang sana yang tak lain adalah Lisa, bundanya Dhea.
"Suka kok bun, eh bunda kok uda nyampe aj ya? bukanya masi lama lagi ya? " ia bingung sendiri kenapa bundanya sudah menelfon nya kan mereka baru terbang 3 jam yg lalu. Mana mungkin secepat itu nyampe ke London.
"Bunda belum nyampe sayang, sekarang ayah sma bunda lagi Transit ini, ya nggak mungkinla kami secepat itu nyampenya, kamu ni ada ada saja ya." terdengan tawa ringan dari sebrang sana.
"Oh iyaya Dhea lupa. " menepuk jidatnya sendiri. "Oh iya bun, ayah mana? kok gak dengar suara ayah dari tadi? " ia penasaran dengan keberadaan sang ayah tercinta.
"Ayah kamu lagi ditoilet sayang. udah dulu ya sayang, pesawatnya uda mau berangkat lagi, kamu baik baik disana ya, jangan nyusahin Uncle Tyo loh."
"Iya bunda, titip salam sma ayah" dan setelahnya telfon pun terputus.
Dhea kembali menaruh hp diatas nakas dan melanjutkan tidurnya yang tertunda. ia melirik jam sebentar,yang menunjukan pukul 13:30 wib. Kemudian dia pun berbaring, dan Tertidur.
**********
Dhea menggeliat dan mengerjapkan matanya.
ia berusaha mengumpulkan seluruh kesadaranya. ia beranjak dan mendudukan dirinya sebentar dipinggiri ranjang. Ia melirik jam yang ada diatas nakas. Pukul 18:10.
"W**ih lama juga gua tidurnya, uda cem mayat aj"
Batin Dhea
Setelah semua kesadaranya terkumpul ia berjalan ke kamar mandi berniat untuk membersihkan tubuhnya yang sudah agak lengket karna terakhir kali ia mandi cuma tadi pagi. 30 menit berlalu Dhea sudah selesai dengan kegiatanya mandi dan berpakaian. ia mengenakan pendek diatas lutut dan kaos berwarna biru yang tampak pas dibadan ramping nya.
Dhea melangkah kan kakinya menuju Dapur untuk membantu sang asisten rumah tangga membuat makan malam. Ketika hendak kedapur ia tak sengaja melirik pintu kamar pamanya yang masih tertutup.
Dhea berpikir mungkin pamanya sedang keluar rumah untuk mengurus pernikahan pamanya itu dengan sang kekasih pujaan hatinya, dalam kurun waktu 1 bulan.
Ya, pamanya sudah memiliki kekasih seorang model cantik dan seksi ternama yang saat ini tinggal diamerika untuk mengejar cita citanya katanya. Tania namanya. Yang Dhea tahu mereka sudah berpacaran selama 4 tahun dan memutuskan segera menikah. Kalau uda niat ya apalagi?| toh uncle nya udah tuek.. Enggak tua2 kali la.
Okeh kembali ke Dhea, ia meneruskan langkahnya sampai ia tiba didapur dan menemukan sang asisten yang kebetulan sedang memasak. Gadis itu menghampiri sang asisten berniat membantu.
"Bibi lagi masak apa?" tanyanya melihat sang asisten yang saat ini memoton bawang.
"Eh nona Dhea, lagi masak ayam kecap non. sama sayur asam non" menoleh sekilas lalu melanjutkan kegiatanya.
"Sini biar Dhea bantu bik" berniat mengambil pisau dari tangan bik Nur. Namun dengan cepat Bik Nur menghindar, dan menolaknya.
"Jangan non, nanti tangan non lecet"
Dhea berdecih. "Ah elah bik, uda biasa kali, sans aj. Di rumah juga Dhea sering bantu bunda masak, jadi gapapa ya bik"
"Yakin non?, nanti saya dimarahin Tuan Tyo kalau nona terluka" Dhea memutar bola mata jengah atas sikap sang asisten yang terlalu berlebihan. Ya walaupun Dhea kaya, tapi dia tidak akan pernah melupakan tugas seorang wanita yaitu memasak dan beberes rumah. Jadi wajar saja dhea pandai memasak.
"Udah deh bik, biasa aj ya, kalau luka kan diobatin, sini biar Dhea yang potong, bibik masak ayam nya aj" si Bibik hanya menggaruk tengkuk nya yang tak gatal karna tingkah Dhea. Ia berpikir masih ada juga ya anak horkay yang pandai memasak.
Namun si Bik tak mau ambil pusing dia pun melakukan pekerjaan yang lainya.
Setelah semua nya selesai Dhea pun makan malam ditemani Bik Nur, walau sempat terjadi sedikit perdebatan karna siasisten tidak mau makan di Meja yang sama dengan Dhea.
Alasanya karna Dhea adalah tuan rumah dan dia adalah seorang pembantu, jadi tidak mungkin pikirnya. Setelah Dhea memaksa akhirnya bik nur mau juga dari pada berdebat sampai besok pagi pikirnya. Sang asisten sangat senang dengan Dhea karna orang nya tidak sombong dan humoris sama seperti pamanya Si Tyo itu. Ya, Tyo memang akrab dengan orang yg ada didekatnya. Namun beda lagi kalau dikantor, juteknya minta ampun, arogant, dingin dan tidak berekspresi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
liliyen_tong
Paman Tyo di adopsi nenek Dhea ya???
2021-01-05
1
Riana Rinanda
Tyo paman angkat kali yaa
2020-12-20
2
Ali Ridho
girang kayaaaah
2020-12-15
0