Penolong

Bismillah.

"Lelah sekali rasanya hari ini." Gumun Nafisa.

Dia sedang berjalan seorang diri menuju apartemen mereka. Nafisa tidak sadar jika sedari tadi ada orang yang sedang mengikuti dirinya, entah dia memang pura-pura tidak tahu atau kewaspadaanya sedang buyar karena terlalu lelah.

Gadis itu menenteng buku ditangannya dan tas yang selalu dia gunakan untuk kuliah, hari ini laptop miliknya juga sedang digunakan oleh Reni jadi dia tidak perlu membawa berat-berat.

"Aku sudah rindu rumah kapan bisa pulang." Keluh Nafisa sambil menunggu sebuah taksi.

Grek!

Tiba-tiba saja ada yang menarik tas milik gadis itu dengan cepat, bahkan Nafisa sampai terkaget. Biasanya dia akan peka atas segala sesuatu siang ini tidak tahu kenapa kepekaan yang dia punya seakan hilang begitu saja.

"Woi!" teriak Nafisa kala melihat tasnya dibawa lari seorang.

Orang itu mengenakan hodi jadi Nafisa tidak dapat melihat wajahnya. Tidak ingin kehilangan barangnya Nafisa pergi mengejar orang yang baru saja menjambret tas miliknya.

Jika kalian kira dia gadis yang anggun dengan pakaian syar'i tanpa terkepos sedikitpun auratnya maka lebih baik pikir-pikir lagi untuk menilai Nafisa.

Dia bukan gadis yang seperti itu, walaupun terlahir dari keluarga kaya raya sikapnya sama sekali tidak ada anggun-anggunnya semua itu dia contoh dari kak Rafli dan kak Ayu yang terlalu bar-bar. Efek dari kecil hanya bermain dengan kedua manusia yang selalu menyesatkan membuat Nafisa tumbuh menjadi gadis yang pecicilan.

"Woi berheti kagak!" teriak Nafisa sekali lagi orang itu tak kunjung berheti.

Sekuat apapun Nafisa mencoba mengejar pencuri, pencuri itu lebih kencang larinya dari pada dia.

"Nggak bisa kayak gini harus dapat tas aku lagi." Gumun Nafisa.

Karena lelah terus berlari Nafisa berheti sejenak sebelum kembali mengejar si pencuri.

"Bismillah." Kali ini gadis itu lari dengan lebih cepat dari sebelumnya, dia tidak akan berheti mengejar sipencuri.

Sebenarnya bisa saja Nafisa mengikhlaskan tasnya itu, dia sungguh bisa membeli lagi walaupun isi di dalam tasnya juga hilang. Sayangnta masalahnya bukan itu, bagi Nafisa ini adalah masalah hak dan ada sesuatu yang sangat berharga di dalam tasnya itu tidak bisa dia biarkan begitu saja.

Usaha Nafisa tidak sia-sia dia akhirnya berhasil mengejar si pencuri. "Mau lari kemana lagi kamu!" kesal Nafisa.

"Aku terlalu meremehkanmu sepertinya gadis tengil, tak menyangka kamu bisa mengejar diriku."

"Bacot! Balikin kagak tas saya." Sentak Nafisa berusaha mengintimidasi lawannya sayangnya pencuri itu tidak terpengaruh.

"Punya nyali juga ternyata kamu." Si pencuri tersenyum meremehkan Nafisa.

Jujur Nafisa masih bisa mengalahkan satu orang pencuri ini, dia bisa beladiri walaupun tidak terlalu jago tapi apakah pencuri ini bisa dikalahkan Nafisa masih sedikit ragu.

Dalam perhitungannya Nafisa berusaha merebut tas miliknya dan berhasil. Perhitungan gadis itu tidak pernah salah. Tas berwaran hitam miliknya itu sudah kembali berada ditangannya.

"Akhirnya." Ucap Nafisa lega, kelegaan yang dirasakan Nafisa tidak berlangsung lama. Tiba-tiba 2 orang juga mendekati Nafisa.

"Hebat juga gadis ini bos, dapat mengejar dan mengambil kembali tasnya dengan cara dia sendiri." Ucap salah satu dari dua orang yang barusan datang.

Ketiganya sudah mengerumuni Nafisa. Mereka tertawa mengejek melihat gadis itu.

"Tangkap dia." Suruh si pencuri tadi.

Dengan sangat terpaksa Nafisa melawan ketiga orang itu, walaupun dia yakin kemungkinan untuk menang tidak akan ada.

Bruk!

Satu tendangar keras mendarat di punggung Nafisa, sampai membuat gadis itu mengucap istighfar menahan rasa sakit luar biasa yang tiba-tiba saja menyerang punggungnya.

"Astagfirullah." Keluh Nafisa, dia sudah tidak sanggup lagi.

10 menit melawan orang-orang itu tenanganya hampir terkuras habis, walaupun dia sudah beberapa kali menghindar. Apalagi saat ini Nafisa masih dalam keadaan lelah, sehabis pulang kuliah.

"Hahahaha, menyerah saja gadis. Aku kira kamu seorang yang anggun berpakaian seperti ini, ternyata preman juga rupanya."

"Diam! Jangan pernah menilai seorang dari covernya. Jika aku menggunakan pakaian tertutup sudah menjadi kewajibanku sebagai muslim. Sedangkan sifatku yang seperti ini jangan kamu sangkut pautkan dengan pakian yang aku kenakan." Tegas Nafisa tidak main-main.

"Ya Allah, aku pasrhakan semua pada Mu." Batin Nafisa sudah hampir menyerah dan kelelahan.

"Hajar." Baru saja ketiga orang itu akan menghajar lagi Nafisa, seorang tiba-tiba saja datang memukul ketiganya dengan keras dalam sekali pukulan.

Bruk!

Duk!

Duk!

Ketiga orang itu langsung terkapar di jalan. Jalan itu memang sepi jadi wajar saja jika para pencuri itu bisa mempermaikan Nafisa sampai tidak ada yang membantunya.

"Pergi!" usir suara seorang yang baru saja menolong Nafisa, suaranya terdengar begitu dingin.

Nafisa tidak merasakan apa-apa, tidak merasakan pukulan yang diberikan oleh pencuri dan dua temannya langsung membuka matanya. Hal pertama yang dia lihat wajah dosennya yang terlihat begitu datar.

Dia juga sempat mendengar suara dingin yang mengusir tiga orang yang hendak mencelakai dirinya tadi.

"Pak Zega." Ucap Nafisa sedikit ragu.

Tanpa Nafisa tahu ini sudah kedua kalinya Zega menolong dirinya.

"Kamu tidak apa?" tanya Zega datar.

Sungguh sangat datar tanpa ada ekspresi sedikitpun sampai membuat Nafisa menelan ludahnya kasar.

"Saya tidak apa pak." Bohong Nafisa.

Jelas dia bohong Nafisa sudah terkenal pukulan beberapa kali dipunggung dan perutnya, tapi tidak dengan wajahnya.

Zega sebenarnya melihat hal tersebut, saat tadi lewat jalan itu kebetulan sekali dia melihat Nafisa sedang ditendang dengan keras dari belakang sampai membuat gadis itu seolah tak lagi merdaya.

Zega akhirnya segera turun untuk membantu mahsiswinya itu. Bukan karena Zega menyukai Nafisa, mungkin jika orang lain Zega akan tetap membantunya. Dia sebenarnya sedikit terkejut kala tau gadis yang sedang dihajar 3 orang tadi adalah Nafisa.

"Ikut saya." Suruh Zega tanpa menoleh lagi pada Nafisa, dia meninggalkan Nafisa yang masih berdiri di tempatnya mencerna kata-kata dosen mudanya itu. Sedangkan Zega sendiri sudah berjalan menuju mobilnya.

"Sampai kapan kamu akan terus berdiri disitu." Padahal sudah jelas Zega tidak lagi menoleh kearahnya tapi laki-laki itu tau kalau dia masih menjadi patung di tempatnya.

"Baik pak." Nafisa berjalan mengikuti Zega kemobil laki-laki itu.

"Naik." Satu kata yang keluar dari mulut Zega membuat Nafisa menurut saja.

Aneh memang padahal selama ini tidak ada orang yang berani memerintah dirinya, karena Nafisa akan selalu membankang, di hadapan dosennya gadis itu seakan menjadi seorang gadis yang penurut.

Zega membiarkan saja Nafisa membuka pintu belakang mobil, setidaknya gadis itu masih tau diri tidak duduk disebelahnya. Ini untuk kedua kalinya mobil Zega dimasuki oleh seroang perempuan selain uma dan adik perempuannya.

Setelah Nafisa naik ke dalam mobil Zega segera melajukan mobilnya menuju tempat yang jelas Nafisa tau rumah sakit.

Terpopuler

Comments

Sandisalbiah

Sandisalbiah

saat acara perpisahan / wisuda Nafisha dan Rara, dan nama Zeus di sebut itu udah ada feeling bakal nyangkut nih ke Nafisha ..

2023-12-02

1

Rama Fitria Sari

Rama Fitria Sari

hallo salam kenal, like dan komen sudah mendarat ya. Mampir kembali di karya terbaru ku "Jika masih berjodoh" dan "akankah kita berpisah" mari saling mendukung terima kasih

2023-07-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!